Peran Serta Kita dalam Mewujudkan Kesejahteraan Bersama

Hari Rabu Abu – Hari Pantang dan Puasa

Bac: Yl 2:12-18, 2Kor 5:20-6:2, Mat 6:1-6. 16-18

6:1 “Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang  supaya dilihat mereka,  karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. 6:2 Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 6:3 Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. 6:4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. 6:5 “Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 6:6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. 6:16 “Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 6:17 Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, 6:18 supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”

Hari Rabu Abu – Hari Pantang dan Puasa

“Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (6:6)

Teman-teman yang terkasih,

Pada hari ini, kita memasuki pekan pra-paskah. Nanti akan dicoretkan pada dahi kita suatu tanda pantang dan puasa yang akan kita jalankan selama 30 hari. Sikap pantang dan puasa merupakan suatu sikap tobat yang akan kita jalani untuk memperbaharui keterikatan kita kepada Tuhan. Puncaknya akan kita rayakan dalam pembaharuan janji baptis pada Malam Paskah.

Bacaan-bacaan yang kita dengarkan hari ini juga mengajak kita untuk menyiapkan diri untuk menyambut Paskah bersama Kristus yang menderita, wafat, dan bangkit untuk umat manusia. Satu ayat yang dapat menjadi salah satu permenungan kita, Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” Sama dengan sikap pantang dan puasa yang akan kita jalani selama 30 hari kedepan. Tidak perlu banyak orang mengetahui bahwa kita akan berpantang dan berpuasa, cukup Tuhan dan dirimu yang mengetahuinya, percaya bahwa Tuhan akan membalas kebaikanmu.

Refleksi:

“Beranikah aku untuk ikut berpantang dan berpuasa?”

Doa:

Ya Tuhan, ajarilah aku supaya mampu dengan rendah hati dan dengan keinginan yang kuat menjalani pantang dan puasaku untuk menemani Engkau dalam derita yang akan dihadapi. Amin.

Aksi:

Aku mau dengan penuh menjalani masa pantang dan puasa ini.

Ignatius Agung Nugroho-Mahasiswa PenDiKat-Atmajaya Jkt

Hari Kamis Sesudah Rabu Abu

Bac: Ul 30:15-20, Luk 9:22-25

9:22 Dan Yesus berkata: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” 9:23 Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. 9:24 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. 9:25 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?

Hari Kamis Sesudah Rabu Abu

Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. (9:23)

Teman-teman yang terkasih,

Masa prapaskah mempersiapkan kita untuk merayakan kebangkitan Tuhan, yaitu kemenangan kehidupan atas kematian. Tentu bukan suatu hal yang mudah apalagi ringan yang harus dipikul oleh Yesus. Namun, semuanya ini harus tetap dijalankan supaya genap yang sudah tertulis dan juga demi umat manusia. Betapa baiknya Yesus ditengah-tengah penderitaan yang dihadapai oleh-Nya, Ia masih mengingat kita yang sudah menyalibkan-Nya.

Setiap orang juga memiliki salib yang harus dipikul. Seringkali kita merasa lelah dengan beban salib yang kita pikul, bahkan banyak juga yang merasa bahwa ia sudah tidak sanggup lagi. Namun, lagi-lagi Yesus memberikan contoh kepada kita. Ia jatuh sampai ketiga kalinya namun masih bangkit dan terus berjalan sampai ke titik akhir perjuangan-Nya. Apakah dengan melihat Yesus, kita masih ingin menyerah?

Refleksi:

Seberapa kuat aku memikul salib yang aku miliki?”

Doa:

Ya Tuhan, Engkau telah mencontohkan kepada kami suatu bentuk perjuangan dan pengorbanan. Maka ajarilah kami supaya mampu dan kuat untuk memikul salib-salib yang kami miliki, seberapa berat dan jauhnya jalan yang harus kami lalui. Amin,

Aksi:

Aku mau untuk tidak mengeluh dengan salibku sendiri.

Ignatius Agung Nugroho-Mahasiswa PenDiKat-Atmajaya Jkt

Hari Jumat Sesudah Rabu Abu

Bac: Yes 58:1-9a, Mat 9:14-15

9:14 Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” 9:15 Jawab Yesus kepada mereka: “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka?  Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.

Hari Jumat Sesudah Rabu Abu

Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” (9:14)

Teman-teman yang terkasih,

Kita berpuasa sebagai sarana pertobatan menyambut Paskah. Bertobat berarti mengendalikan diri, tidak melakukan perbuatan-perbuatan jahat dan berlajar untuk berbuat baik atau memperbaiki diri. Pantang dan puasa yang benar akan memberikan daya kekuatan bagi kita untuk lebih mampu mengasihi sesame dan pada akhirnya mampu lebih dekat kepada Yesus Kristus.

Namun, jangan sampai kita merasa terpaksa untuk melakukan pantang dan puasa tersebut atau jangan pula kita hanya ikut-ikutan teman yang berpantang dan berpuasa. Akan lebih baik jika itu lahir dari niat dan kesadaran kita sebagai orang Kristiani. Kesadaran tersebut yang mampu membuat kehadiran dan pertolongan Tuhan menjadi semakin konkret dan dekat kepada kita.

Refleksi:

Beranikah aku untuk mewujudnyatakan pantang dan puasaku dalam tindakan konkret sehari-hari?”

Doa:

Ya Tuhan, ajarailah kami untuk mampu mewujudnyatakan pantang dan puasa kami dalam suatu tindakan konkret sehari-hari, baik kepada sesama ataupun diri kami sendiri. Supaya kami semakin mensyukuri segala sesuatu yang kami miliki. Amin.

Aksi:

Aku mau berbuat kasih kepada sesama.

Ignatius Agung Nugroho-Mahasiswa PenDiKat-Atmajaya Jkt

Hari Sabtu Sesudah Rabu Abu

Yes 58: 9b-14, Luk 5:27-32

5:27 Kemudian, ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” 5:28 Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia. 5:29 Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia. 5:30 Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: “Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” 5:31 Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; 5:32 Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.”

Hari Sabtu Sesudah Rabu Abu

Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat. (5:32)

Teman-teman yang terkasih,

Yesus dalam perumpamaannya mengibaratkan orang-orang berdosa sebagai mereka yang sedang sakit dan memerlukan tabib atau dokter pada zaman sekarang. Tabib itu ialah Yesus sendiri yang mau hadir dan menyembuhkan mereka. Pada masa prapaskah ini, kita juga diajak untuk menyadari kedosaan diri kita dan usaha atau niat tobat yang ingin kita bangun di masa prapaskah ini. Bukan suatu hal yang mudah ataupun sederhana, dibutuhkan kerendahan hati untuk mengakui atau menyadari kedosaan diri kita.

Kita percaya bahwa dalam masa prapaskah ini kita disembuhkan melalui Yesus yang hadir menemani kita dan menebus kita melalui penderitaan-penderitaan yang akan Ia alami. Oleh karena itu, melalui pantang dan puasa kita berusaha ikut merasakan penderitaan-penderitaan Yesus yang juga dialami atau dirasakan oleh orang-orang yang miskin dan berkekurangan.

Refleksi:

Maukah aku dengan rendah hati membuka diri dan menyadari segala kekurangan yang aku miliki?”

Doa:

Ya Tuhan, ajarilah kami untuk mau membuka diri dan mengenali segala kekurangan dan kedosaan yang kami miliki. Supaya menjadi lebih mudah bagi kami untuk memperbaiki diri menjadi manusia-manusia baru. Amin.

Aksi:

Aku mau menyadari kekurangan dan membangun usaha untuk memperbaiki diri.

Ignatius Agung Nugroho-Mahasiswa PenDiKat-Atmajaya Jkt

Pekan Prapaskah I

Kej 2:7-9; 3:1-7, Rm 5:12-19, Mat 4:1-11

4:1 Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. 4:2 Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam,  akhirnya laparlah Yesus. 4:3 Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah,  perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.” 4:4 Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” 4:5 Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci  dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, 4:6 lalu berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah,  jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” 4:7 Yesus berkata kepadanya: “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” 4:8 Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, 4:9 dan berkata kepada-Nya: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.” 4:10 Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis ! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!  4:11 Lalu Iblis meninggalkan Dia,  dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.

Pekan Prapaskah I

Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis ! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti! “(4:10)

Teman-teman yang terkasih,

Manusia itu rapuh sehingga mudah jatuh dalam godaan-godaan. Godaan setan dilakukan dengan halus dan licin, karena setan mencobai kesombongan manusia, yaitu manusia sebagai citra Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat. Pelan namun pasti, setan memberikan tawaran-tawaran yang menarik hati sehingga manusia jatuh dalam dosa.

Dalam bacaan injil hari ini, Yesus telah mencontohkan dan mengingatan kepada kita bahwa kita masih mampu untuk menolak godaan-godaan setan. Selain itu, hanya kepada Tuhan lah kita harus menyembah dan berbakti. Jangan sampai ada yang menggantikan Tuhan baik di dalam hati dan kehidupan kita sehari-hari.

Refleksi:

Beranikah kita untuk menolak godaan-godaan setan?”

Doa:

Ya Tuhan, ajarilah dan kuatkanlah hati kami supaya mampu menolak semua godaan setan. Dan mensyukuri segala nikmat yang boleh kami nikmati dan miliki, karena kami percaya bahwa semuanya berasal dari-Mu dan akan kembali kepada-Mu. Amin.

Aksi:

Selalu bersyukur atas segala sesuatu yang aku miliki.

Ignatius Agung Nugroho-Mahasiswa PenDiKat-Atmajaya Jkt

Pekan Prapaskah I

Im 19:1-2, 11-18, Mat 25:31-46

25:31 “Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta  kemuliaan-Nya. 25:32 Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan  mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing ,  25:33 dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. 25:34 Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. 25:35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; 25:36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian;  ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.  25:37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? 25:38 Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? 25:39 Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? 25:40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. 25:41 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya .  25:42 Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; 25:43 ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. 25:44 Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? 25:45 Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. 25:46 Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal. 

Pekan Prapaskah I

Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. (25:45)

Teman-teman terkasih,

Dalam masa prapaskah ini biasanya kita akan lebih sering mendengar APP atau Aksi Puasa Pembangunan. Mungkin masih banyak yang belum tahu fungsi dan tujuan dari APP ini. APP ini masih bagian dari tindakan konkret kita dalam berpantang dan berpuasa dalam masa prapaskah. Kita diajak untuk menyisihkan sebagian dari rejeki yang kita miliki untuk berbagi kepada sesama kita yang membutuhkan.

Ini juga merupakan pesan Yesus yang tertulis dalam bacaan injil hari ini, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.” Kita percaya bahwa Yesus selalu hadir da nada dalam diri setiap orang. Oleh karena itu, tindakan konkret yang kita berikan kepada sesama kita berikan juga kepada Yesus.

Refleksi:

Hal apa yang sudah saya berikan untuk sesamaku?”

Doa:

Ya Tuhan, ajarilah kami supaya peka terhadap sesama dan lingkungan di sekitar. Supaya kami mampu berbuat kasih kepada-Mu melalui sesama kami yang membutuhkan. Amin.

Aksi:

Aku mau menyisihkan sebagian uang jajanku untuk APP.

Ignatius Agung Nugroho-Mahasiswa PenDiKat-Atmajaya Jkt

Pekan Prapaskah I

Yes 55:10-11, Mat 6:7-15

6:7 Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. 6:8 Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. 6:9 Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, 6:10 datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. 6:11 Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya 6:12 dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; 6:13 dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.  (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.) 6:14 Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. 6:15 Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu. 

Pekan Prapaskah I

Teman-teman terkasih,

Doa Bapa Kami adalah doa yang lengkap karena di dalamnya sudah ada beberapa hal yang perlu diungkapkan oleh manusia, ada syukur atau pujian, permintaan, dan pengampunan. Seringkali kita merasa bahwa kita tidak mampu berdoa atau mungkin kita takut doa kita terlalu panjang dan bertele-tele. Melalui bacaaan hari ini, Tuhan hendak mengingatkan kepada kita bahwa banyaknya kata-kata dalam doa bukan menjadi suatu jaminan bahwa doa kita akan dikabulkan. Dikatakan bahwa Bapa lebih tahu apa yang kamu butuhkan saat ini, sebelum kamu memintanya.

Pengampunan juga menjadi poin yang ingin ditekankan oleh Yesus. Hal ini ditekankan karena banyak orang yang tidak ingin mengampuni atau memaafkan sesamanya. Bagi orang-orang jaman sekarang mengucapkan kata maaf menjadi lebih sulit, karena kita terhalang oleh gengsi yang dimiliki. Kita merasa bahwa gengsi minta maaf lebih dahulu atau kita merasa bahwa orang lain yang bersalah kepada kita sehingga harus menunggu orang lain meminta maaf baru kemudian kita mengampuni mereka. Sekali lagi kita diajak untuk berbuat baik, yaitu memaafkan atau mengampuni karena dengan begitu kitapun akan diampuni oleh Bapa.

Refleksi:

Maukah kita lebih dulu mengampuni sesamaku yang berbuat salah kepadaku?”

Doa:

Ya Tuhan, ketuklah hatiku yang keras ini supaya aku mau dengan rendah hati mengampuni sesama yang telah berbuat salah kepadaku dan bantulah supaya aku juga mau meminta maaf kepada mereka yang telah aku sakiti. Amin.

Aksi: Aku mau mengampuni dan memaafkan sesamaku.

Ignatius Agung Nugroho-Mahasiswa PenDiKat-Atmajaya Jkt

Lukas 11:29-32

“Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: “Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo! Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!”

Renungan
Halo sahabat muda yang dikasihi Tuhan,
Dalam hidup sehari-hari kita biasanya membutuhkan tanda-tanda. Suatu tanda biasanya menunjuk sesuatu yang lain yang ditandakannya. Di dalam ruangan kelas kita melihat ada gambar handphone lalu diberi garing silang, yang arti dilarang menggunakan hp di dalam kelas selama pelajaran. Begitu juga di jalan banyak tanda-tanda yang bisa kita kenali dan memberikan informasi tertentu kepada kita. Bagaimana pun juga tanda-tanda tersebut hanyalah sarana atau alat, jauh lebih penting adalah pesan atau informasi yang ditunjukkan lewat tanda tersebut.
Injil hari ini berbicara tentang orang-orang yang kurang percaya selalu menuntut tanda. Kehadiran Yesus di tengah-tengah mereka masih kurang meyakinkan mereka. Padahal mereka sendiri telah berulangkali melihat tindakan Yesus mulai dari membuat mujizat sampai meyembuhkan orang yang sakit. Tapi sepertinya mereka belum percaya juga. Karena itu, tanda apapun yang ditunjukkan kepada manusia selama manusia tidak memiliki iman, maka tanda itupun menjadi sia-sia.
Refleksi
Maka, belajar dari injil hari ini, sebagai orang muda perlu pertanya dalam diri kita masing-masing “betulkah aku percaya bahwa Yesus adalah Allah yang datang untuk menyelamatkan?”, “sudahkah aku tunjukkan imanku dalam kehidupan nyata sehari-hari?”. Masa Prapaskah adalah masa yang tepat untuk berubah. Mari kita mengubah sikap kita mulai dengan hal-hal kecil. Kita dapat mulai sikap percaya kita dengan percaya pada Tuhan yakni dengan cara percaya bahwa Ia senantiasa hadir dalam orang-orang disekitar kita terutama yang membutuhkan.
Doa
Ya Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk senantiasa percaya bahwa Engkaulah yang datang dari Allah dan senantiasa hadir dalam diri setiap makhluk yang dikucilakan dalam masyarakat. Ajarilah aku ya Tuhan, untuk peka mengenali kehadiran-Mu di dalam kehidupanku sehari-hari. Amin.

Ponsianus Natang- GAK British School Jakarta

Tuhan Tahu Apa yang Terbaik Untuk Kita
Matius 7:7-12
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

Renungan
Halo sahabat muda yang dikasihi Tuhan,
Sebagai orang muda Katolik, sering kita mengalami beraneka macam kesulitan dan persoalan di dalam keseharian hidup kita. Kegagalan, kekecewaan, frustasi, sakit hati, datang silih berganti. Kita kadang tidak sanggup dengan semuanya itu dan lari, tidak hanya dari kesulitan tersebut tapi juga lari dari Tuhan. Kita putus asa dan tidak sabar untuk menanti jawaban dari Tuhan. Yesus mengajak kita untuk tekun dan setia mengetuk hati Bapa.
Yesus pada hari ini mengajak kita untuk menyadari bahwa Tuhan senantiasa memberikan kepada kita yang terbaik. Kadang kita lupa kalau sebenarnya apa yang kita minta dalam doa-doa kita hanyalah kesenangan kita semata yang bisa dalam sekejap menghilang. Kita berdoa apa-apa saja yang kita inginkan, bukan apa-apa saja yang kita butuh. Minta, cari, dan ketuk; ketiga-tiganya adalah kata kerja yang mau mengajarkan kita untuk bener-bener memilah apa yang menjadi kebutuhan kita dan apa yang menjadi kesenangan belaka. Karena itu, dalam masa yang penuh rahmat ini kita memohon Roh penerangan untuk membersihkan diri kita dari hal-hal yang bersifat sesaat, kesenangan semata karena Tuhan tahu bukan itu yang kita butuhkan.

Refleksi
Keyakinan kita akan Allah yang memberikan yang terbaik untuk kita memungkinkan kita untuk senantiasa bersyukur atas semua karunia Tuhan yang Ia berikan kepada kita. Maka pertanyaan bagi kita adalah: “Sudahkah aku bersyukur hari ini?”, “Adakah hal yang membuat aku bersyukur hari ini?”.

Doa
Ya Tuhan, aku percaya bahwa Engkau senantiasa memberikan yang terbaik kepadaku. Ajarilah aku untuk senantiasa bersyukur, Terpujilah Engkau Tuhan kini dan sepanjang masa. Amin.
Ponsianus Natang- GAK British School Jakarta

Bijak Ketika Marah
Matius 5:20-26

“Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.”

Renungan
Halo sahabat muda yang dikasihi Tuhan,
Siapa sih yang tidak pernah marah? Ada ga sih yang tidak pernah meluapkan amarahnya kepada orang lain? Atau ada ga sih yang tidak pernah kesal ke orang lain? Semua dari kita pasti mengalamai semuanya itu. Marah, kesel, jengkel kepada orang lain karena apapun. Apakah ini sangat manusiawi, ya betul; ini sangat manusia. Tapi Yesus hari ini mengajak kita untuk berhati-hati ketika amarah atau rasa kesal itu muncul. Karena pembunuhan muncul karena ada rasa marah atau kesal yang amat sangat di dalam hati kita.
Yesus mengajak kita untuk memiliki kualitas hidup yang lebih baik dari orang-orang Farisi. Salah satu hal yang bisa kita lakukan agar kita memiliki kualitas hidup seperti yang diingikan Tuhan adalah dengan cara mengotrol amarah, rasa kesal, dan jengkel yang bisa muncul kapan saja. Semakin kita bisa mengontrol semuanya itu, maka semakin berkualitas pula hidup kita.

Refleksi
Temukan pengalaman apa yang membuat kamu marah hari ini? Adakah orang-orang tertentu yang membuat kamu marah/ kesal hari ini? Bagaimana biasanya kamu mengekspresikan kemarahan atau kekesalan kamu? Tuhan Yesus mengajak kita untuk bijak ketika marah.

Doa
Ya Tuhan, ajarlah aku untuk meredam amarah dan rasa kesal yang ada dilubuk hatiku agar aku mampu membangun hidupku menjadi lebih baik dan berkenan kepada-Mu. Amin.
Ponsianus Natang- GAK British School Jakarta

Mengasihi Dengan Sempurna Seperti Bapa
Matius 5:43-48

Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”

Renungan
Halo sahabat muda yang dikasihi Tuhan,
Mungkin sebagian besar dari kita akan lebih gampang untuk mengasihi orang-orang yang juga mengasihi kita. Kita akan lebih muda mberbuat baik kepada orang-orang yang juga berbuat baik kepada kita. Tapi rasanya sulit dan hampir mustahil jika kita diminta mengasihi orang-orang yang jelas-jelas berbuat jahat kepada kita. Mustahil rasanya jika kita diminta untuk tetap berbuat baik kepada orang-orang yang jelas-jelas sudah mencelakai kita. Namun Yesus mengajak kita semua sebagai pengikutnya untuk mengasihi semua orang termasuk musuh-musuh kita. Apakah ini mudah, tentu tidak. Tapi apakah ini mungkin, jawabannya adalah ya.
Salah satu kunci agar kita dapat mengasihi musuh atau orang-orang yang membenci kita adalah sadar dan ketahuilah bahwa tidak ada satu peristiwapun dalam hidup kita yang terjadi di luar kehendak Tuhan. Tuhan kadang menempatkan orang-orang sulit di sekitar kita agar kita bertumbuh menjadi karakter yang kuat. Ketika kita berdoa memohon kesabaran dari Tuhan, Ia mengirimkan orang-orang sulit atau musuh kepada kita. Di saat seperti itu Tuhan mau kita mampu seperti Bapa di surga untuk mengasihi dengan sempurna.

Refleksi
Pikirkanlah orang-orang yang membuat kamu kesal dalam beberapa hari belakangan ini, mungkin itu keluarga sendiri, teman main, teman sekolah, atau siapapun itu. Pikirkan apa yang membuat kamu benci terhadap mereka. Bayangkan wajah belaskasih Yesus dari atas salib ketika banyak orang menghujat Dia. Yesus mau agar kita juga bisa menunjukkan wajah belaskasih yang sama kepada orang lain. “Orang baik akan memperlakukan musuhnya lebih baik dibanding orang yang tidak baik memperlakukan temannya” (Joseph Hall).

Doa
Ya Tuhan, ajarilah aku untuk memiliki wajah belaskasih dan pengampunan semperti Engaku sendiri agar aku bisa mengasihi tidak hanya kepada orang-orang yang mengasihi dan menerima aku, tetapi terutama mengasihi mereka yang membenci dan menolak aku. Amin.

Ponsianus Natang- GAK British School Jakarta

Dipanggil bukan hanya untuk mengagumi tetapi mewartakan kemuliaan Tuhan
Matius 17:1-9

Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia. Kata Petrus kepada Yesus: “Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” Mendengar itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan. Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: “Berdirilah, jangan takut!” Dan ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorangpun kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: “Jangan kamu ceritakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.”

Renungan
Halo sahabat muda yang dikasihi Tuhan,
Pernahkah kita berjumpa dengan tokoh atau idola yang kita kagumi? Coba bayakan rasa kagum yang kamu rasakan bila pergi ke suatu tempat yang kamu idam-idamkan dari dulu. Pengalaman kagum atau terpesona adalah pengalaman manusiawi yang bisa terjadi kepada siapa saja dan kapa saja. Pengalaman itu juga dirasakan oleh Petrus, Yohanes dan Yakobus dalam bacaan Injil hari ini. Saking senangnya ketiga murid ini, sampai-sampai Petrus berkata “Betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.”
Pengalaman yang dirasakan Petrus, Yohanes dan Yakobus tentu bisa dikatakan sebagai pengalaman spiritual, dimana mereka merasakan perjumpaan dengan Tuhan dan menyaksikan kemuliaan Tuhan. Betapa takjub dan senangnya ketiga murid Yesus tersebut bisa merasakan pengalaman yang takjub yang tidak dirasakan murid-murid yang lain. Namun Yesus dalam Injil hari ini tidak mengindahkan permintaan Petrus untuk mendirikan tenda untuk tetap berada di atas bukit. Karena bagi Yesus pengalaman takjub akan kemuliaan dan perjumpaan dengan Tuhan haruslah diwartakan kepada orang lain sampai Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Sekali lagi Yesus mengajak kita untuk tidak hanya takjub, melainkan mewartakan kemuliaan Tuhan.

Refleksi
Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga punya pengalaman spiritual. Mungkin tidak sedasyat yang dialami ketiga murid Yesus dalam bacaan Injil hari ini. Pengalaman-pengalaman sederhana yang melaluinya Tuhan sedang membentuk dan mengajarkan kita. Dalam masa prapaskah ini cobalah kita melihat pengalaman-pengalaman dimana Tuhan sedang mengajarkan kita. Jadikanlah pengalaman tersebut sebagai kekuatan bagi kamu untuk mewartakan kebaikan Tuhan.

Doa
Ya Tuhan, berikanlah kekuatan kepada kami unutk semakin berani mewartakan kemuliaan-Mu kepada setiap orang agar semakin banyak orang bisa merasakan kebesaran dan kemuliaan-Mu. Amin.

Ponsianus Natang- GAK British School Jakarta

Ubah Menghakimi Menjadi Memberkati
Lukas 6:36-38

“Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati. Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”

Renungan
Halo sahabat muda yang dikasihi Tuhan,
Ada yang suka julid? Ada yang suka bergosip? Ya tentu saja itu sering kita lakukan. Memang benar bahwa menghakimi orang lain adalah salah satu kecenderungan dasar dari manusia. Kita cenderung menilai orang lain dengan sudut pandang yang berbeda, yang kebanyakan berbicara sisi negatif dari orang lain. Sepertinya membicarakan kekurangan dari orang lain adalah bahan pembicaraan yang menarik banyak orang. Media sosial yang sekarang ini banyak membicarakan orang lain dari satu sudut pandang saja, yang lebih cenderung menghakimi orang.
Hari ini Yesus mengajak kita untuk tidak mudah menghakimi orang lain. “Janganlah kamu menghakimi!”. Tidak ada gunanya kita menghakimi orang lain. Kita tidak akan menjadi manusia yang lebih baik apabila kita biasa menghakimi sesama kita. Kitapun tidak menjadi saleh setelah menghakimi sesama karena motif apapun. Malah sebaliknya kecenderungan menghakimi orang lain hanya akan merusak relasi kita dengan orang yang kita hakimi. Kita menjauhkan diri darinya dan menjadi tidak peduli lagi kepada sesama.

Refleski
Daripada menghakimi orang lain, marilah kita belajar untuk mengapresiasi orang lain. Mari kita belajar menghargai cara pandang orang lain. Mari kita membiasakan diri melihat hal-hal positif dari orang lain. Sudahkah kita mengapresiasi orang tua kita hari ini? Saudara kita? Teman kita? Tetangga kita? Guru kita? Mari di masa yang pebuh berkat ini kita mohonkan kekutan dari Tuhan untuk mengurangi kecenderungan menghakimi orang lain, tapi sebaliknya belajar untuk memberikan pujian atau apresiasi kepada orang lain.

Doa
Ya Bapa, Putra-Mu telah mengalami bahwa betapa kejam penghakiman umat manusia terhadap sesama. Ajarilah aku memerangi kecenderungan untuk saling menghakimi, yang berkembang subur dalam hati, supaya kehadiranku bisa menjadi berkat bagi banyak orang. Amin.

Ponsianus Natang- GAK British School Jakarta

From Talk to Action
Matius 23:1-12

Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.

Renungan
Halo sahabat muda yang dikasihi Tuhan,
Bacaan Injil hari ini mengajarkan kita untuk selalu menyuarakan kebenaran. Lantas apa itu kebenaran? Secara sederhana kebenaran dapat dipahami kesesuaian antara ucap dan tindak. Apa yang kita lakukan haruslah mencerminkan apa yang kita ucapakan. Itulah kebenaran sesungguhnya. Hari ini Yesus mengkritisi cara hidup para ahli taurat dan orang Farisi yang hanya pandai berkata-kata tapi tidak diimbangi dengan sikap dan tindakan nyata. Inilah sikap hipokrit atau kemunafikan yang dibenci oleh Yesus. Meskipun kritikan ini diberikan kepada pemuka agama dan pemimpin itu tidak berarti kecenderungan ini hanya terjadi di kalangan para pemimpin. Tentu tidak. Sebagai orang biasa juga kita sering kali bertindak tidak sesuai dengan apa yang kita ucapkan. Yesus mengajarkan kita untuk konsisten dalam menyelarasakan tutur kata dengan tingkah laku kita. Itulah kebenaran yang dikehendaki oleh Yesus agar kita peganng teguh sebagai pedoman dalam hidup. Kita diajak untuk menjadi pelaku bukan hanya pewarta kebaikan Tuhan.

Refleksi
Menjadi pengikut Kristus berarti menjadi orang yang menerima firman-Nya dan menjadikan firman tersebut berbuah dalam perbuatan baik. Di masa prapaskah ini baiklah kita memikirkan kebaikan apa yang sudah kita taburkan kepada orang lain dan buah kebaikan apa yang masih perlu saya perjuangk

Doa
Ya Tuhan, ajarlah aku untuk menghayati berbagai kebenaran dan kebaikan yang aku peroleh dalam hidupku agar aku tidak hanya menjadi pewarta kebaikan tetapi menjadi pelaku kebaikan. Amin.

Ponsianus Natang- GAK British School Jakarta

Minggu Prapaskah II
Bacaan: Matius 20:17-28

Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan: “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan. ” Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: “Apa yang kau kehendaki?” Jawabnya: “Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.” Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: “Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?” Kata mereka kepada-Nya: “Kami dapat.” Yesus berkata kepada mereka: “Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.” Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

Bukan Untuk Dilayani Melainkan Untuk Melayani
“Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu”
Teman-teman yang terkasih, sejauh mana kita berpikir atau mengartikan kata dari “dilayani” dan “melayani”. Mungkin di benak kita “dilayani” itu sesuatu hal yang besar atau terhormat yang bisa mendatangkan suatu kebanggaan. Berdeda dengan “melayani” yang dapat dirasakan sebagai sesuatu hal yang rendah, yang tidak pantas terkesan seperti seorang pembantu/pelayan. Kebanyakan dari kita, disadari atau tanpa disadari dengan kekayaan, kekuasaan, jabatan, intelektual, gaya hidup menjadikan kita merasa layak dan berhak untuk dilayani dan bagi mereka melayani itu hanya berlaku untuk orang-orang yang statusnya berada di bawah mereka, yang tidak memiliki suatu hal yang besar atau tinggi.
Teman-teman yang terkasih, dari Injil Matius 20 ini kita dapat mengambil sebuah pelajaran bagi hidup kita dan dapat belajar dari teladan Yesus Kristus. Sebuah kehormatan, kejayaan, kekuasaan hanyalah bersifat duniawi dan tidak abadi, janganlah kita mengedepankan sikap gengsi, sikap tidak mau kalah, sikap selalu ingin menjadi yang paling teratas, merasa layak untuk dilayani dan terkadang mau ikut melayani karena tujuan tertentu, karena ingin dikenal, ingin disanjung, ingin mendapat nama baik dan sebagainya. Kita diberikan kehormatan oleh Tuhan untuk dapat memberikan rasa hormat juga terhadap sesama, bukan untuk menjadikan kita angkuh dan sombong. Sikap tersebut tidak menjadikan kita layak untuk menjadi besar di hadapan Tuhan. Kita manusia adalah sama di mata Tuhan, tidak ada derajat manapun yang bisa membedakan hal itu. Kehormatan dan kebesaran yang sesungguhnya harus kita dapatkan itu adalah di mata Tuhan, bukan di mata duniawi. Dengan melayani bukan dilayani, melayani Tuhan dan sesama dengan ikhlas dan sepenuh hati tanpa ada tujuan tertentu.

Refleksi:
1. Apakah kita bersedia mengesampingkan gengsi untuk menolong dan melayani sesama tanpa membedakan?
2. Sudahkan kebesaran yang kita miliki mendatangkan manfaat bagi sesama?

Marilah Berdoa
Tuhan Yesus, terima kasih telah membuat kami sadar bahwa untuk menjadi besar di mataMu tidak di lihat dari kebesaran yang kami miliki di dunia ini, melainkan kebesaran atas pelayanan kami di ladang kemuliaanMu. Maka kami mohon ya Tuhan, jadikanlah kami umatMu yang setia melayaniMu dan sesama dengan keikhlasan dan kerendahan hati agar kelak kami dapat menjadi layak di mataMu di dalam kerjaan Allah Bapa. Demi Yesus Kristus Tuhan dan Perantara kami. Amin.
Aksi: Dengan kemampuan dan kelebihan yang saya punya, saya akan menggunakannya untuk dapat menolong, melayani sesama tanpa membedakan baik di duniawi maupun di ladang Tuhan.

Marlyne Suteja – SMA Katolik Ricci 1, Jakarta Barat

Minggu Prapaskah II
Bacaan: Luk 16:19-31

Orang Kaya dan Lazarus yang Miskin
“Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. Jawab orang itu: Tidak, Bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.”

Cahaya Pengharapan
“Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.”
Teman-teman, di dalam perumpamaan ini, kita dapat melihat kontras kehidupan kedua orang yang diumpamakan ini. Orang kaya tersebut berfoya-foya, tanpa memperdulikan orang lain, dan Lazarus harus makan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu, namun malah anjing-anjing datang dan menjilati borok-boroknya. Kehidupan kedua orang yang dikisahkan oleh Yesus Kristus tersebut memang sangat bertolak belakang, namun demikian realita yang ada di dunia ini dari masa ke masa. Sepanjang waktu, memang jelas terlihat adanya kehidupan yang berbeda drastis. Kita bisa melihat pengemis-pengemis di jalan, dan juga melihat para orang kaya yang memiliki banyak usaha, dan menggunakan uangnya seperti menggunakan air.

Namun, semua orang akan mati. Lazarus mati, dan didalam perumpaan, ia tidak dikubur, sedangkan orang kaya juga mati, dan ia dikubur. Pada akhirnya, seberapa sukses orang dalam kehidupannya, maut tidak memilih-milih. Semua orang akan mati, dan Lazarus dibawa oleh malaikat ke pangkuan Abraham, dan orang kaya itu menderita sengsara dalam alam maut.
Orang kaya tersebut dapat melihat Abraham dan Lazarus duduk dipangkuannya. Dia begitu kesakitan dalam nyala api, namun sifat sebagai orang kaya selama di dunia yang suka memerintah orang dilakukannya kembali dengan berkata kepada Abraham: “suruhlah Lazarus”. Dia berseru memohon belas kasihan dari bapa Abraham.
Betapa menyesalnya si orang kaya itu Tidak ada lagi yang bisa ia lakukan sekarang untuk mengubah keadaan. Semua sudah berakhir. Namun, orang kaya meminta bapa Abraham, untuk menyuruh Lazarus untuk mengingatkan saudara-saudaranya agar mereka tidak melakukan apa yang orang kaya tersebut lakukan, agar mereka tidak sama-sama menderita seperti ia sendiri.
Bapa Abraham mengatakan, “Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.” Nasi sudah menjadi bubur, mereka yang sudah tidak percaya, tidak akan percaya walaupun ada mujizat yang terjadi didepan matanya.

Refleksi
1.) Apakah saya selalu percaya kepada Yesus Kristus?
2.) Apakah saya terlalu fokus terhadap materi yang ada di hidup ini?

Marilah Berdoa
Tuhan Yesus, terima kasih atas kesempatan yang engkau berikan kepada kami, Engkau mengajarkan aku, bahwa kehendak Engkaulah adalah yang utama. Kami meminta Engkau agar kami selalu berteguh dalam kehidupan ini, dan selalu mengingat engkau dalam keadaan yang sulit. Ajarilah kami agar kami menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, agar kami dapat mengabdi kepada-Mu seterusnya. Demi Kristus, Tuhan dan Perantara kami. Amin.

Aksi : Saya akan mengingat dan membantu sesama, dan berteguh jika saya berada pada keadaan sulit.

Justin Sim – SMA KATOLIK RICCI 1

Minggu Prapaskah II
Matius 21: 33-43, 45-46

Perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur
“Dengarkanlah suatu perumpamaan yang lain. Adalah seorang tuan tanah membuka  kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya. Tetapi penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: mereka memukul yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain pula dengan batu. Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih banyak dari pada yang semula, tetapi merekapun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka. Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris,  mari kita bunuh dia,  supaya warisannya  menjadi milik kita. Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya. Maka apabila tuan kebun anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?” Kata mereka kepada-Nya: “Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya.” Kata Yesus kepada mereka: “Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu. Ketika imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mendengar perumpamaan-perumpamaan Yesus, mereka mengerti, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya. Dan mereka berusaha untuk menangkap Dia, tetapi mereka takut kepada orang banyak, karena orang banyak itu menganggap Dia nabi.

Berbuat Baik
“Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya.”
Teman-teman yang terkasih, dalam bacaan Injil pada hari ini diceritakan bahwa sang penggarap tidak mau bertanggungjawab atas apa yang telah dititipkan oleh tuan tanah. Tuan tanah itu sudah menyewakan miliknya dan menyuruh penggarap tersebut untuk memetik hasilnya, namun penggarap itu tidak puas akan apa yang telah didapatkan, sehingga mereka berbuat yang tidak baik terhadap hamba dari tuan tanah itu.
Jika kita ibaratkan Tuan Tanah Tuhan Allah, maka seringkali, secara sadar maupun tidak sadar, kita menjadi penggarap-penggarap kebun anggur tersebut. Kita seringkali tidak puas dengan apa yang Tuhan berikan kepada kita. Tuntutan yang lebih banyak lagi juga tidak jarang kita ungkapkan kepada Tuhan, padahal Tuhan mengerti dan sudah memberikan apa yang kita perlu dan kita butuhkan. Ingatlah bahwa Tuhan selalu memberikan bukan yang kita inginkan. Janganlah kita seperti penggarap yang menginginkan lebih, dan mencapainya dengan cara yang salah. Boleh kita berharap lebih kepada Tuhan, tetapi teman-teman, kita harus mencapainya dengan cara yang tepat, yaitu dengan berdoa dan berusaha, diikuti dengan kesabaran.
Teman-teman, terkadang, tanpa disadari, kita juga berbuat tidak baik terhadap sesama. Dalam Injil hari ini diceritakan bahwa penggarap tersebut membunuh hamba dari Tuan Tanah itu. Seperti penggarap tersebut, mungkin secara tidak sadar, teman-teman sekalian juga pernah membunuh sesama. Bukan membunuh dalam artian yang sebenarnya, tetapi bisa saja membunuh dengan kata-kata yang diucapkan. Membicarakan keburukan orang lain memang sulit dihindari, namun hal tersebut bisa berdampak negatif. Jika kita terus membicarakan keburukan orang lain, ini akan memengaruhi mental orang yang sedang dibicarakan. Maka dari itu, kita harus berhati-hati terhadap ucapan yang dikeluarkan mulut kita.
Yesus sendiri sudah menyampaikan kepada kita lewat perumpamaan hari ini, bahwa Ia akan membinasakan orang yang jahat. Sebagai orang yang beriman, kita tentunya tidak ingin binasa dalam kejahatan. Maka dari itu, teman-teman yang terkasih, kita harus bisa menjauhkan hal-hal yang jahat dan mendekatkan diri ke perbuatan yang baik. Dengan berbuat baik, Tuhan pasti tidak akan membiarkan kita jatuh dalam kebinasaan, melainkan akan menghantarkan kita kepada kehidupan kekal.

Refleksi:
1. Apakah saya selalu mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan kepada diri saya?
2. Apakah sejauh ini kita sudah berbuat baik terhadap sesama?

Marilah berdoa:
Allah Bapa yang Maha Pengasih, kami bersyukur kepadaMu atas anugerah yang telah Kau berikan kepada kami. Meskipun terkadang kami tidak mensyukuri pemberian-Mu, kami mohon, agar kami dapat sadar akan berkat-Mu. Semoga dalam masa Prapaskah ini juga, kami dapat mempergunakan apa yang telah Engkau berikan kepada kami untuk berbuat baik kepada sesama. Demi nama Yesus Kristus Tuhan dan Perantara kami. Amin.

Aksi: Saya akan selalu bersyukur atas apa yang Tuhan berikan dan selalu mempergunannya untuk berbuat baik kepada sesama.

Fabiola Faustina Chairani – SMA Katolik Ricci 1 Jakarta

Minggu Prapaskah II
Lukas 15: 1-3,11-25

Perumpamaan tentang domba yang hilang
Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: “Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.”Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki,” Kata yang bungsu kepada ayahnya: “Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku.” Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: “Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku” dan berkata kepadanya: “Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa, jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.” Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: “Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.” Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: “Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.” Maka mulailah mereka bersukaria. Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. Jawab hamba itu:”Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat.” Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: “Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur,” maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. Kata ayahnya kepadanya:”Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.”

Cahaya Pengharapan
“ia telah hilang dan didapat kembali.”
Teman-teman sekalian, mungkin kita berpikir bahwa “orang yang hilang” adalah orang yang berada di luar Gereja. Hal ini tidak sepenuhnya benar. Menurut Allah, orang-orang yang hilang adalah mereka yang melakukan pemberontakan baik secara fisik maupun rohani.
Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi merasa diri benar karena hidup saleh (ay. 1-3). Kepada mereka, Tuhan Yesus menceritakan tiga perumpamaan dan salah satunya adalah Perumpamaan dua anak yang hilang. Perumpamaan tersebut dikisahkan si bungsu mengklaim bagiannya secara hukum dan seharusnya tidak boleh menggunakannya sebelum ayahnya meninggal. Namun, dia malah berfoya-foya. Sesudah hartanya habis, dia pulang. Sang Ayah menyambutnya dan bahkan mengadakan pesta untuknya.
Apakah kita seperti Anak Bungsu ini? Apakah kita merasa tidak memerlukan hidup kerohanian (merasa tidak perlu ke gereja, mengabaikan pelayanan, meninggalkan aktivitas rohani)? Bertobatlah dan Bapa Surgawi pasti akan menerima kita, seperti Sang Ayah yang menerima Si Bungsu.
Melihat respon Sang Ayah terhadap Si Bungsu, Si Sulung pun marah. Apa yang dilakukan oleh Si Sulung ini menggambarkan orang yang setia hadir di gereja dan melakukan berbagai pelayanan tetapi hatinya jauh dari Tuhan. Terhadap Si Sulung, Sang Ayah pun mengasihinya. Sang Ayah menemuinya dan mengajaknya masuk ke pesta. Apakah kita juga seperti Si Sulung ini ketika melihat orang yang kita anggap berdosa kemudian bertobat dan diterima Tuhan?
Dari perumpamaan ini kita belajar bahwa orang yang terhilang mencakup orang yang hilang secara fisik (seperti Si Bungsu) maupun secara rohani (seperti Si Sulung). Jika saat ini kita terhilang, bertobatlah karena Allah, seperti Sang Bapa dalam perumpamaan ini, sedang menunggu kita dan mengundang kita masuk ke dalam pesta surgawi yang telah disiapkan-Nya.

Refleksi:
1. Apakah selama ini saya meninggalkan gereja?
2. Apakah selama ini saya jauh dari tuhan?

Marilah berdoa
Tuhan Yesus, terima kasih atas kesempatan yang telah engkau berikan kepada ku,karena selama ini aku telah diam-diam meninggalkan gereja mu.tetapi engkau memanggilku dengan cara mu,dengan kesadaran yang penuh dan pertolongan mu,aku Kembali ke rumah mu,sekali lagi aku berterima kasih atas kesempatan yang engkau berikan kepada ku bantulah dan bimbinglah aku agar selalu berada di jalan mu dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa dan mengucap syukur.Amin.

Aksi: berkat campur tangan mu,saya akan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lagi,dan berada di jalan mu.

Oscar Reyhan EkaHaidir – SMA KATOLIK RICCI 1

Minggu Prapaskah III
Yohanes 4:5-42

Percakapan dengan Perempuan Samaria
Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf. Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas.Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: “Berilah Aku minum.”Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan.Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria). Jawab Yesus kepadanya: “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.”Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?” Jawab Yesus kepadanya: “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini.” Kata perempuan itu: “Aku tidak mempunyai suami.” Kata Yesus kepadanya: “Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar.” Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah.” Kata Yesus kepadanya: “Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” Jawab perempuan itu kepada-Nya: “Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.” Kata Yesus kepadanya: “Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau.” Pada waktu itu datanglah murid-murid-Nya dan mereka heran, bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan. Tetapi tidak seorangpun yang berkata: “Apa yang Engkau kehendaki? Atau: Apa yang Engkau percakapkan dengan dia?” Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ: “Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?” Maka merekapun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus. Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: “Rabi, makanlah.” Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal.” Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: “Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?” Kata Yesus kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita. Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai. Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang emetic hasil usaha mereka.” Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: “Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.” Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka; dan Iapun tinggal di situ dua hari lamanya. Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya, dan mereka berkata kepada perempuan itu: “Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar juru selamat dunia.

Air Kehidupan
“Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.”
Ada seorang anak raja yang sedang menjalani masa belajar. Ia bernama Tirta, ayahandanya berkehendak agar Tirta menjadi seorang Putera Mahkota yang mandiri, sehingga ia dapat melanjutkan memipin kerajaan dengan bijaksana. Suatu kali Sang Ayah menjenguk Tirta di Padepokan milik Ki Sentosa. Ayahnya senang melihat Tirta bertumbuh menjadi anak yang baik dan belajar dengan baik pula. Suatu hari, Sang Guru bercerita kepada para muridnya, bahwa di suatu tempat terdapat Air Kehidupan yang begitu menyegarkan. Air itu konon katanya dapat menyembuhkan orang dari berbagai macam penyakit serta membuat orang bisa tanpa tanding dikalahkan. Tetapi, untuk mendapatkan air tersebut, orang harus dihadapkan pada berbagai macam tantangan dan rintangan di dalam perjalanannya.
Tirta, satu-satunya murid Ki Sentosa yang berani menerima tantangan tersebut. Ki Sentosa merestui permintaan Tirta. Akhirnya Tirta berangkat untuk mencari Air Kehidupan tersebut. Benar saja apa yang dikatakan oleh Ki Sentosa, Tirta mengalami berbagai rintangan dalam perjalananya. Ia bertemu dengan temannya yang membenci Tirta. Tirta ditantang untuk berkelahi, pada akhirnya Tirta menang. Tantangan kedua adalah Tirta digoda oleh berbagai macam makhluk gaib, dengan kekuatan doa, Tirta dapat terhindar dari serangan makhluk gaib tersebut. Di penghujung perjalananya, Tirta bertemu seorang kakek, ia bernama Ki Sabda. Ki Sabda bertanya kepad Tirta sedang apa engkau anak muda di hutan belantara seperti ini. Tirta menjawab bahwa ia sedang mencari Air Kehidupan. Ki Sabda memberitahu Tirta, bahwa dirinya lah pemilik Air Kehidupan. Namun, sebelum Tirta mendapatkannya, ia harus belajar terlebih dahulu dengan Ki Sabda. Selesai mereka belajar, Ki Sabda memberi sebuah cangkir yang berisi air. Tirta meminumnya, namun tidak terjadi apa-apa di dalam dirinya. Ki Sabda berkata kepada Tirta “Air Kehidupan itu sebenarnya ada di dalam dirimu”.
Dari kisah tersebut, kita bisa belajar, bahwa Air Hidup adalah sumber di mana segala pengharapan, segala sukacita dan segala kesegaran ada di dalamnya. Air Hidup bukan di luar diri kita, namun ada di dalam diri kita. Air Hidup yaitu Yesus sendiri yang senantiasa menawarkan harapan, sukacita dan kesegaran bagi jiwa-jiwa yang kering. Teman-teman, dari Bacaan Injil Percakapan Yesus dengan Perempuan Samaria, Yesus sungguh menawarkan kasihnya kepada Orang Samaria tersebut. Orang Samaria yang disingkirkan oleh Orang Yahudi, didekati oleh Yesus. Artinya, Yesus hadir di manapun, kepada siapapun dan senantiasa memberi kesegaran. Kita diingatkan sebagai sahabat-sahabat Yesus, bahwa kebahagiaan dan sukacita bukan hanya ada di luar diri kita, namun lebih dalam dari pada itu, segalanya ada dalam diri kita. Hal tersebut jelas ada, sebab Yesus sendiri diam di dalam diri kita. Karena Yesus ada dalam diri kita, marilah kita juga memberi Air Hidup kepada teman-teman kita yang sedang lelah, putus asa, dan tidak ada harapan. Marilah kita membawa harapan, sukacita dan kesegaran bagi orang-orang yang kita jumpai.
Refleksi
1. Apakah saya sudah menyadari kehadiran Tuhan di dalam diri kita?
2. Apakah selama ini saya sudah menjadi harapan, pembawa sukacita dan kesegaran bagi sesama?

Marilah berdoa
Bapa Kami bersyukur atas Yesus Kristus Putera-Mu yang hadir di tengah-tengah kami. Ajarilah kami menjadi Air Kehidupan bagi sesama kami. Semoga dengan kehadiran Putera-Mu di dalam hati kami, kami mampu menjadi sumber harapan, sumber sukacita dan sumber kesegaran bagi mereka yang mengalami keputusasaan. Biarkanlah kami menyapa mereka yang tersingkirkan, seperti Yesus menyapa Perempuan Samaria. Semoga hari demi hari kami dimampukan dan semakin Kau serupakan dengan Yesus Kristus Puteramu kini dan sepanjang masa. Amin

Aksi: Menjadi orang yang mau mendengarkan dan menemani mereka yang sedang lelah, putus asa dan merasa ditinggalkan oleh siapapun dalam hidup ini.

Yulius Gery Pintoko – Guru Agama SMA KATOLIK RICCI 1

Minggu Prapaskah III
Bacaan : Lukas 4:24-30

Dan kata-Nya lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu.” Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu.
Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.

Menjadi Pribadi Yang Lebih Baik
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.”
Teman-teman yang terkasih, dalam bacaan ini diceritakan bahwa dalam Injil hari ini tidak ada nabi yang dihargai ditempat asalnya. Sebagaimana dialami oleh Yesus sendiri, orang-orang sekampung halaman-Nya juga mencibir Dia ketika Dia mengajar dengan hebat atau membuat karya-karya besar. Mereka merasa tau banyak tentang siapa Yesus dan keluarga-Nya.
Di kehidupan sehari-hari, kita sering sulit untuk melihat dan mengakui kelebihan, prestasi, ketrampilan, kepandaian dan kesuksesan teman-teman kita. Ketika teman kita memiliki kehebatan, kelebihan atau sukses didalam karya, tugas, usaha, kita tidak mampu menghargainya. Lebih dari itu, kita bahkan memendam rasa iri terhadap mereka. Terkadang rasa iri menjadikan kita sulit untuk mengapresiasi teman kita justru akan menyoroti kekurangan atau kelemahannya. Kita sering tidak tulus untuk memuji atau menghargai kesuksesan sesama. Rasa iri sering mendorong kita untuk memojokkan teman yang berhasil.
Seharusnya dari keberhasilan teman kitalah yang akan menjadi motivasi bagi kita agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Karena kita semua pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Maka dari itu, kita harus saling menopang dan mendorong untuk menutupi kelemahan-kelemahan kita dan membuat karya-karya dari kelebihan kita melainkan saling iri dengki.

Refleksi
1. Apakah selama ini aku iri dengan prestasi teman-temanku ?
2. Apakah aku mau berkembang menjadi orang yang lebih baik dan mau berusaha ?

Marilah Berdoa
Allah Bapa pencipta langit dan bumi, kami bersyukur atas kelebihan dan kekurangan yang telah engkau berikan kepada kami. Buatlah kami menyadari atas kelebihan dan kekurangan kami untuk membantu sesama dan sebagai motivasi melainkan sebagai media iri dan dengki. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami. Amin

Aksi : Saya akan memotivasi diri saya menjadi pribadi yang lebih baik

Nicholas Glenn Kurniawan – SMAK RICCI 1

Minggu Prapaskah III
Bacaan : Mat 18:21-35

Perumpamaan tentang pengampunan
Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.”

Pengampunan dalam Penderitaan
” Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.”
Teman- teman yang terkasih, pernahkah kalian memaafkan teman atau orang disekitarmu yang pernah melakukan kesalahan kepadamu? Kita semua pasti pernah mengatakan, ” Iya, aku maafin kok. ” Tapi, apakah itu benar benar ikhlas atau hanya omongan belaka saja agar cepat cepat berlalu. Maka dari itu, saya akan men-sharing kan kisah saya tentang pengampunan. Saya memiliki seorang papa yang keras, egois, tidak mau disalahkan, dan selalu merasa paling benar. Dia pernah beberapa kali membentak bentak saya dan mama saya. Padahal, yang selalu dia permasalahkan itu, hanya hal kecil. Setiap kali saya di marahin dan dibentak, saya selalu bertanya pada Tuhan, ” Tuhan, kenapa Engkau tidak adil, orang orang di luar sana punya ayah yang baik, dan penuh kasih sayang. Sedangkan saya, punya ayah yang selalu marah marah, suka membentak bentak mama saya dan egois. Kenapa Tuhan? Aku benci banget lho sama dia!” Saya benar benar benci dengannya. Sampai belom lama ini mama dan papa saya berpisah, karena ada alasan tersendiri. Dia masih mengechat mama saya setiap harinya mulai dari mengajaknya balikkan, menyumpahinya, hingga memaki maki. Dan sampai sekarang juga, saya masih memerlukan waktu untuk mengampuni papa saya sepenuhnya. Karena saya berpikir Tuhan saja bisa mengampuni umatnya yang berkali kali mengkhianatinya, masa saya yangi di maki-maki dan diejek beberapa kali saja tidak bisa.Jadi, sampai sekarang saya masih mencoba untuk mengampuninya.
Dalam bacaan hari ini berbicara tentang pengampunan. Definisinya melupakan, menerima dengan tulus segala kesalahan orang lain dan tidak mengingatnya kembali. Petrus yang mewakili konsep orang Yahudi pada umumnya memahami bahwa pengampunan diberikan maksimal 7 kali. Tetapi Tuhan Yesus berkata harus memberikan pengampunan 70 x 7 kali. Apakah ini berarti 490 kali? Tidak, ini tidak berbicara tentang jumlah melainkan pengampunan harus selalu diberikan. Tuhan Yesus sendiri sudah melakukannya di atas kayu salib. Dia berkata, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk. 23:34).
Kenapa kita harus memberikan pengampunan yang tidak terbatas dan tidak terhitung? Karena Allah sudah terlebih dahulu memberikan kita pengampunan dosa di masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Pengampunan Allah melalui Tuhan Yesus itu penuh dan utuh. Karena itu, kita yang sudah diampuni secara utuh sudah sewajarnya menyatakan pengampunan meski dalam situasi menderita dan berduka.

Refleksi
1. Apakah kita sudah bisa mengampuni orang orang disekitar kita, bahkan orang yang paling kita benci sekalipun, seperti yang dilakukan oleh Allah kepada umat umat-Nya?

Marilah berdoa
Allah Bapa yang Maha Pengampun, terima kasih telah mengajarkan kami tentang arti dari pengampunan. Bantulah kami, agar Engkau selalu membimbing kami dalam setiap jalan kami agar kami bisa mengampuni orang orang disekitar kami, terlebih orang yang paling kami benci sekalipun agar kami bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Kami mohon juga berkat-Mu, semoga kami memiliki hati yang tulus untuk mengampuni bukan untuk dendam dengan orang lain. Terima kasih, ya Tuhan. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Aksi : Saya akan selalu berusaha untuk mengampuni orang orang disekitar terlebih kepada orang yang saya benci sekali pun seperti Tuhan yang selalu mengampuni umat umat-Nya.

Cecilia Indah Putri – SMA KATOLIK RICCI 1

“Memberi kritik dengan rendah hati”
Mat 24:37-44
“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya  .  Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.   Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat  sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga
Ayat Emas : Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi
Suster, Frater, Bapak dan Ibu serta teman-teman yang terkasih dalam Tuhan Yesus.
Dalam bacaan Injil, Yesus datang tanpa memposisikan diri sebagai seorang yang akan mengubah segala hal. Dengan rendah hati ia berkata, “Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” Ia tidak mengkritik habis-habisan apa yang diajarkan dalam hukum Taurat justru Ia meminta pada para murid untuk melakukan dan mengajarkan apa yang ada dalam hukum Taurat. Sebelum melontarkan kritik, hendaknya kita berhenti sejenak dan merenungkan. Apa intensi kita dalam memberikan kritik? Intensi ini tentu yang berkaitan dengan kasih misalnya, untuk menghindarkan seseorang dari bahaya, mengingatkan orang akan perbuatannya yang cenderung kebablasan atau demi tercipta harmoni dalam lingkungan. Kemudian, baru rangkai kata sebagai bungkus kritik agar tidak bernuansa menyerang, memojokkan atau mempermalukan.

REFLEKSI : Saat ada sesuatu mengganjal, siapa yang bakal tahan buat terus diam tanpa mengkritik? Melontarkan kritik tidak berarti bahwa kita sudah paling benar dan beres hidupnya, tetapi ada bentuk perhatian dan kasih.
DOA :
Allah Bapa yang Maha Baik, terimakasih atas berkat yang boleh kami terima dariMu. Bantulah kami agar kami dapat semakin bersikap rendah hati Ketika menerima sebuah kritikan maupun ketika kami hendak memberi kritikan dan bertindak seturut dengan kehendakmu agar kami semakin menyempurnakan diri kami sehingga kami dapat mengingatkan antara satu dengan yang lain sehingga kami semakin mampu menebarkan kasih kepada saudara-saudari kami. Amin

FX Joko Sulistyo/- GAK SMA Notre Dame

“Belajar menjadi kagum dengan tetap beriman”
Lukas 11 : 14-23
” Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata: “Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan.” Ada pula yang meminta suatu tanda dari sorga kepada-Nya, untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya. Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.
Ayat Emas : “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.”
Suster, Frater, Bapak dan Ibu serta teman-teman yang terkasih dalam Tuhan Yesus.
Kekaguman yang diceritakan dalam Injil tidak selalu membuat orang menjadi beriman. Orang-orang yang menyaksikan penyembuhan orang yang kerasukan setan, sikapnya sangatlah ironis. Meskipun mereka sangat kagum tapi kekaguman mereka itu berakhir dengan penolakan terhadap Yesus. Mereka menuduh Yesus bersekongkol dengan Beelzebul. Menjadi orang beriman tidak cukup hanya sekedar memiliki rasa kagum. Memang bagus bila orang mengagumi apa yang diimaninya. Tetapi iman juga menuntut sebuah komitmen. Tanpa komitmen yang jelas, apa yang dikagumi itu tidak akan menjadi berarti. Kita bisa kagum setiap kali melihat panorama yg indah pada saat matahari terbenam. Tapi keindahan itu tidak ada artinya bila kita tidak berbuat apa-apa. Indahnya sinar matahari itu baru berarti bila kemudian kita tergerak untuk bersyukur kepada Tuhan. Kita mengabadikannya dan memasangnya supaya senantiasa mengingat Sang Pencipta. Kekaguman tetap bisa membuat seseorang menjadi buta jika mencegah orang itu untuk melihat tangan Tuhan yang menciptakannya; dan membuat tuli jika menutup telinga untuk mendengarkan suaraNya. Dalam masa prapaskah ini kesempatan kita untuk mengalami kasih Tuhan ditawarkan secara berlimpah. Pantang, puasa, doa, pertobatan dan karya amal kasih, yang kita lakukan, kiranya dapat menjadi sarana untuk mendekatkan diri kita kembali kepada Tuhan.

REFLEKSI : Dalam masa prapaskah ini sudahkah saya mengalami kasih Tuhan ditawarkan secara berlimpah. Pantang, puasa, doa, pertobatan dan karya amal kasih, yang saya lakukan, apakah sudah menyadarkan saya untuk dapat menjadi sarana untuk mendekatkan kita kembali kepada Tuhan.
DOA :
Tuhan, terimakasih atas berkat yang boleh kami terima dariMu. Bantulah kami agar kami dapat mengalami kasihMu di tengah situasi dan kondisi iman kami yang sering mengalami tantangan dan kesulitan.Semoga kami semakin mempunyai rasa kagum yang mendalam terhadap ajaran cinta kasihMu Amin

FX Joko Sulistyo/- GAK SMA Notre Dame

“Gunakan kecerdasan untuk kebaikan dan keselamatan”
Markus 12 : 28b-34
” Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: “Hukum manakah yang paling utama?” Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu , dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.” Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: “Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan. Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah! ” Dan seorangpun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.”
Ayat Emas : “Kasihilah Tuhan, Allahmu , dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu”.
Suster, Frater, Bapak dan Ibu serta teman-teman yang terkasih dalam Tuhan Yesus.
Pada bacaan Injil hari ini kita bisa belajar satu hal menarik untuk masa prapaskah ini, yakni bahwa kita mesti menggunakan kecerdasan kita untuk kebaikan dan keselamatan. Kebaikan yang kita miliki sudah semestinya untuk mendukung kebaikan-kebaikan lainnya. Jika selama ini kita masih memakai kecerdasan kita untuk menipu orang lain, saatnya kita perlu bertobat. Kapan saja corona bisa menyerang kita, jangan sampai terlambat. Jika selama ini kita memakai jabatan atau kekuasaan hanya untuk kepentingan sendiri, saatnya juga untuk pertobatan dan kembali ke jalan yang semestinya. Ahli Taurat itu tidak memakai kecerdasannya untuk menjatuhkan Yesus. Kebenaran yang Yesus tegaskan diamini olehnya, tidak dibantah apalagi dibelokkan. Maka buahnya ada berkat dari Yesus. Demikian dengan kita, perlu meniru apa yang dilakukan ahli taurat itu. Daya kebaikan yang kita miliki untuk mendukung kebaikan yang lainnya. Maka terbentuklah ‘network’ kebaikan yang tidak berciri multilevel. Cirinya adalah jaringan kebaikan yang kristiani.

REFLEKSI : Jika selama ini kita masih memakai kecerdasan kita untuk menipu orang lain, Apakah kita siap sedia dan berani untuk bertobat.?
DOA :
Tuhan, terimakasih atas berkat yang boleh kami terima dariMu. Ya Tuhan, semoga sabda-Mu memampukanku untuk selalu berbagi kebaikan dan kasih. Semoga sabda-Mu selalu menjadi kebenaran, keselamatan, dan jalan hidup kami. Amin.

FX Joko Sulistyo/- GAK SMA Notre Dame

“Dia Mengenal Hatiku”
Lukas 18 :9-14
“Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: “Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan. .”
Ayat Emas : “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan”.
Suster, Frater, Bapak dan Ibu serta teman-teman yang terkasih dalam Tuhan Yesus.
Pada Bacaan Injil hari ini Yesus memberikan contoh dua orang yang pergi ke Bait Allah untuk berdoa. Mereka adalah orang Farisi dan seorang pemungut cukai. Ketika orang Farisi berdoa, ia menyatakan kalau ia tidak sama dengan pemungut cukai. Bahkan, ia memaparkan telah menunaikan kewajibannya, telah beribadah, dan memberi persepuluhan. Ia mengatakan kepada Allah bahwa ia adalah orang saleh, tidak seperti kebanyakan orang berdosa lainnya .Dengan melakukan semua itu, ia tidak menunjukkan kesungguhan hati, melainkan keangkuhan. Ia menganggap dirinya lebih baik dari orang lain dan dirinyalah yang benar. Itu sebabnya, ia menjadi tidak menghargai orang lain. Belajar dari kedua contoh di atas, mari kita mengoreksi diri. Apakah motivasi kita sudah benar atau tidak? Bila tidak, belum terlambat bagi kita untuk mengubahnya karena Allah mengenal hati kita. Allah pun akan menguji motivasi kita ketika datang berdoa, beribadah, atau menghadap-Nya secara pribadi. Sikap hati yang benar diperlukan saat kita datang menghampiri Tuhan dalam doa
REFLEKSI : Bagaimana sikap kita ketika datang menghadap hadirat Allah? Apakah kita memiliki sikap hati yang benar?
DOA :
Tuhan, terimakasih atas berkat yang boleh kami terima dariMu. Bantulah kami agar di zaman now: Zaman yang penuh keangkuhan dan semakin sulit untuk mengakui kesalahan, datang mohon ampun dosa kepada-Nya. Kami siap datang dengan penuh kerendahan diri dan penyesalan akan keberdosaan kami. Kami memohon belas kasihanMu Amin

FX Joko Sulistyo/- GAK SMA Notre Dame

“Melihat Dengan Hati”
Yohanes 9:1-41
” Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” Jawab Yesus: “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja. Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia. Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi dan berkata kepadanya: “Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam. ” Siloam artinya: “Yang diutus.” Maka pergilah orang itu, ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek. Tetapi tetangga-tetangganya dan mereka, yang dahulu mengenalnya sebagai pengemis, berkata: “Bukankah dia ini, yang selalu mengemis? Ada yang berkata: “Benar, dialah ini.” Ada pula yang berkata: “Bukan, tetapi ia serupa dengan dia.” Orang itu sendiri berkata: “Benar, akulah itu.” Kata mereka kepadanya: “Bagaimana matamu menjadi melek?” Jawabnya: “Orang yang disebut Yesus itu mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku dan berkata kepadaku: Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu. Lalu aku pergi dan setelah aku membasuh diriku, aku dapat melihat. Lalu mereka berkata kepadanya: “Di manakah Dia?” Jawabnya: “Aku tidak tahu.” Lalu mereka membawa orang yang tadinya buta itu kepada orang-orang Farisi. Adapun hari waktu Yesus mengaduk tanah dan memelekkan mata orang itu, adalah hari Sabat. Karena itu orang-orang Farisipun bertanya kepadanya, bagaimana matanya menjadi melek. Jawabnya: “Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku dapat melihat.” Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu: “Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat. ” Sebagian pula berkata: “Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mujizat yang demikian?” Maka timbullah pertentangan di antara mereka. Lalu kata mereka pula kepada orang buta itu: “Dan engkau, apakah katamu tentang Dia, karena Ia telah memelekkan matamu?” Jawabnya: “Ia adalah seorang nabi. Tetapi orang-orang Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan baru dapat melihat lagi, sampai mereka memanggil orang tuanya dan bertanya kepada mereka: “Inikah anakmu, yang kamu katakan bahwa ia lahir buta? Kalau begitu bagaimanakah ia sekarang dapat melihat?” Jawab orang tua itu: “Yang kami tahu ialah, bahwa dia ini anak kami dan bahwa ia lahir buta, tetapi bagaimana ia sekarang dapat melihat, kami tidak tahu, dan siapa yang memelekkan matanya, kami tidak tahu juga. Tanyakanlah kepadanya sendiri, ia sudah dewasa, ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri.” Orang tuanya berkata demikian, karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, sebab orang-orang Yahudi itu telah sepakat bahwa setiap orang yang mengaku Dia sebagai Mesias, akan dikucilkan. Itulah sebabnya maka orang tuanya berkata: “Ia telah dewasa, tanyakanlah kepadanya sendiri. Lalu mereka memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu dan berkata kepadanya: “Katakanlah kebenaran di hadapan Allah; kami tahu bahwa orang itu orang berdosa. Jawabnya: “Apakah orang itu orang berdosa, aku tidak tahu; tetapi satu hal aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat.” Kata mereka kepadanya: “Apakah yang diperbuat-Nya padamu? Bagaimana Ia memelekkan matamu?” Jawabnya: “Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya; mengapa kamu hendak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga?” Sambil mengejek mereka berkata kepadanya: “Engkau murid orang itu tetapi kami murid-murid Musa. Kami tahu, bahwa Allah telah berfirman kepada Musa, tetapi tentang Dia itu kami tidak tahu dari mana Ia datang. Jawab orang itu kepada mereka: “Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang, sedangkan Ia telah memelekkan mataku. Kita tahu, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya. Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta. Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa.” Jawab mereka: “Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak mengajar kami?” Lalu mereka mengusir dia ke luar Yesus mendengar bahwa ia telah diusir ke luar oleh mereka. Kemudian Ia bertemu dengan dia dan berkata: “Percayakah engkau kepada Anak Manusia? Jawabnya: “Siapakah Dia, Tuhan? Supaya aku percaya kepada-Nya. Kata Yesus kepadanya: “Engkau bukan saja melihat Dia; tetapi Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah itu!” Katanya: “Aku percaya, Tuhan!” Lalu ia sujud menyembah-Nya. Kata Yesus: “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta. Kata-kata itu didengar oleh beberapa orang Farisi yang berada di situ dan mereka berkata kepada-Nya: “Apakah itu berarti bahwa kami juga buta? Jawab Yesus kepada mereka: “Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu.
Ayat Emas : “”Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta”.
Suster, Frater, Bapak dan Ibu serta teman-teman yang terkasih dalam Tuhan Yesus.
Bacaan Injil hari ini terlihat dalam pikiran para murid bahwa mereka mempertanyakan siapa yang bersalah saat mereka melihat pengemis yang buta sejak lahir itu. Untuk mengubah pemikiran mereka yang terjebak dalam pola sebab akibat, Yesus memberi penjelasan. Kadang Allah mengizinkan keadaan seperti itu agar pekerjaan-Nya dinyatakan. Pernyataan itu dibarengi dengan belas kasih Yesus yang menyembuhkan pengemis buta. Sebagaimana diri-Nya adalah Terang dunia, Yesus memberikan terang kepadanya.
Penyembuhan itu-sekalipun merupakan perbuatan baik-bagi orang Farisi menjadi pelanggaran karena dilakukan pada hari Sabat. Mereka memahami hukum keempat dari Hukum Taurat sebagai larangan untuk orang melakukan pekerjaan apa pun, termasuk menyembuhkan orang sakit. Namun bagi Yesus, hari Sabat adalah ketetapan-Nya dan setiap manusia adalah ciptaan-Nya. Maka, dengan kesadaran penuh Ia memulihkannya. Itulah Sabat yang seutuhnya, yakni terjadinya pemulihan bagi ciptaan.
Orang Farisi secara fisik tidak buta, tetapi mata batinnya buta. Apakah kita seperti mereka? Karena persoalan legalitas, kita melupakan kasih Allah yang menjangkau semua manusia tanpa dibatasi apa pun. Mari kita lihat dengan hati, sebab Allah juga memandang manusia dengan hati-Nya yang penuh kasih

REFLEKSI : Apakah selama ini kita melihat dengan hati terhadap sesame kita ? Kita yakin bahwa Allah juga memandang manusia dengan hati-Nya yang penuh kasih.
DOA :
Tuhan, terimakasih atas berkat yang boleh kami terima dariMu. Bantulah kami agar kami dapat melihat dengan hati terhadap segala sesuatu yang kami temukan dalam kehidupan ini sehingga kami semakin mampu menebarkan kasih kepada saudara-saudari kami. Amin

FX Joko Sulistyo/- GAK SMA Notre Dame

“Belajar Untuk Taat Kepada Allah”
Lukas 2 : 41-51a
” Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu. Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya. Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka. Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia. Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya. Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.” Jawab-Nya kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah d Bapa-Ku?” Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka. Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya..”
Ayat Emas : “”Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah d Bapa-Ku?” ”.
Suster, Frater, Bapak dan Ibu serta teman-teman yang terkasih dalam Tuhan Yesus.
Kita kadang tidak bisa menguasai emosi ketika kita menemui peristiwa yang mengagetkan dan tidak sesuai dengan keinginan kita, yang datangnya tiba-tiba. Kita mungkin kesal, marah-marah dan melakukan sesuatu yang negatif sebagai kompensasi. Apa yang kita lakukan mungkin malah memperburuk situasi yang justeru akan menghalangi kehendak Allah terjadi pada diri kita. Hendaknya kita menyadari bahwa kehendak dan rencana Allah berbeda dengan kehendak dan rencana kita, bagaikan langit dan bumi. Dalam konteks ini, kita belajar dari Yesus sendiri untuk lebih taat pada Allah daripada manusia. Marilah juga kita meneladan Bunda Maria ketika menghadapi peristiwa yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Mari kita menyimpannya dalam hati, merenungkan dan berharap Allah akan membisikkan kehendak-Nya pada diri kita melalui hati kita.

REFLEKSI :

sudahkah saya taat kepada Tuhan Ketika menghadapi peristiwa yang tidak sesuai dengan kehendak kita ?
DOA :
Tuhan, terimakasih atas berkat yang boleh kami terima dariMu. Bantulah kami agar kami dapat semakin taat dan bertindak seturut dengan kehendakmu sehingga kami semakin mampu menebarkan kasih kepada saudara-saudari kami. Amin

FX Joko Sulistyo/- GAK SMA Notre Dame

Injil: Yohanes 5: 1-16
Bacaan:
Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem. Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apapun juga penyakitnya. Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: “Maukah engkau sembuh?” Jawab orang sakit itu kepada-Nya: “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.” Kata Yesus kepadanya: “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat. Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu: “Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu.” Akan tetapi ia menjawab mereka: “Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Mereka bertanya kepadanya: “Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?” Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu. Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: “Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.” Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia. Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat.
Ayat Emas: Maukah engkau sembuh?
Renungan:
Maukah engkau sembuh?
Anak-anak yang terkasih, Dosa telah menjauhkan kita dari Allah. Karena Dosa, kita telah berlari sejauh-jauhnya dari kasih dan kemurahan hati Allah. Sama seperti penyakit yang mematikan, dosa telah menggerogoti kita hingga kita lumpuh dan tidak mampu untuk mengulurkan tangan dan memohon kesembuhan kepada Allah. Singkat kata, Dosa memenjarakan kita dan membuat kita tidak bisa berada di dekat Allah dan menerima Kasih karunia Allah yang Maha Kasih.
Karena manusia sering kali jatuh dalam dosa, Gereja memberi kesempatan kepada manusia untuk dapat sembuh dan terbebas dari dosa tersebut. Kita sebagai manusia yang berdosa diberi kesempatan untuk sembuh dari dosa. Salah satunya dengan cara dengan sungguh menghayati masa Prapaskah ini. melalui Masa Prapaskah ini, Gereja mengajak kita untuk menjawab Pertanyaan Yesus kepada si lumpuh, “Maukah engkau sembuh?”. Kita diajak untuk menjawab pertanyaan itu, dengan menyadari segala dosa kita dan dari kesadaran itu, kita mau dan bersedia untuk sembuh dari Dosa kita.
Refleksi: maukah saya menjawab Pertanyaan Yesus, “Maukah engkau sembuh?” dan menyadari segala kedosaan saya?
Doa: Allah Bapa Maha Kasih, bantulah saya untuk menyadari segala kedosaan saya dan sembuhkan saya segala dosa, sehingga saya dapat dilahirkan kembali menjadi manusia baru bersama dengan penebusan Kristus. Amin.
Antonius Toto Iswanto – GAK Katolik Sang Timur – Tomang

Injil: Yohanes 5: 17-30
Bacaan:
Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga.” Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah. Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barang siapa yang dikehendaki-Nya. Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barang siapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barang siapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia. Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum. Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.
Ayat Emas: Barang siapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal.

Renungan:
Iman yang teguh
Anak-anak yang terkasih, tidak jarang dalam kehidupan beriman kita menjadi ragu dan mulai goyah. Banyak hal yang mungkin dapat menjadi faktor keraguan kita. Dalam keraguan itu kita mulai mempertanyakan iman kita, dan mulai mencari pembenaran dari keraguan tersebut. Berhadapan dengan keraguan itu, Sabda Tuhan menyapa kita dengan begitu tegas “Barang siapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal”. Tuhan mengharapkan kita semua untuk mendengar dan Percaya akan apa yang telah diajarkan oleh Yesus. Dengan kepercayaan itu, kita akan memperoleh kehidupan yang kekal. Kita sebagai anak-anak Allah diajak untuk menjadi orang yang percaya kendati tidak melihat.

Refleksi: Sejauh mana saya meyakini apa yang saya imani? Dan sejauh mana saya menjalani apa yang saya imani?

Doa: Allah Bapa maha kasih, Bantulah saya untuk dapat percaya dan mengimani Engkau. Sekiranya saya masih kurang percaya, tumbuhkan lah dan suburkanlah iman saya. Amin.

Antonius Toto Iswanto – GAK SMA Katolik Sang Timur – Tomang

Injil: Yohanes 5: 31-47
Bacaan:
Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar; ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar. Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu. Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat, dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya. Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu. Aku tidak memerlukan hormat dari manusia. Tetapi tentang kamu, memang Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih akan Allah. Aku datang dalam nama Bapa-Ku dan kamu tidak menerima Aku; jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia. Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa? Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa; yang mendakwa kamu adalah Musa, yaitu Musa, yang kepadanya kamu menaruh pengharapanmu. Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?”
Ayat Emas: Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?”

Renungan:
Percaya melalui Firman
Anak-anak yang terkasih, Sabda Tuhan lagi-lagi berbicara soal kepercayaan. Sering kali kita sebagai manusia hanya percaya pada hal yang dapat ditangkap oleh Panca indra kita. Seperti Rasul Thomas, kita tidak mudah percaya ketika mata kita tidak melihat, tangan kita tidak menyentuh dan telinga kita tidak mendengar. Berhadapan dengan manusia yang bertegar hati seperti kita ini, Yesus menyadarkan kita melalui sabda-Nya. Dikatakan Oleh Yesus di akhir perikop “Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?”. Dengan tegas Yesus mengingatkan kita bahwa jika ingin percaya kepada Allah, satu-satunya jalan hanyalah dengan mempercayai apa yang Tertulis dalam Kitab Cuci. Mengapa? Karena, “jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?” Iman akan Yesus diawali pengenalan manusia kepada Pribadi Yesus yang tertulis dalam Kitab suci, kemudian pengalaman itu di pupuk oleh pengalaman pribadi kita dicintai oleh Tuhan.

Refleksi: Sudahkah aku percaya tentang apa yang telah saya baca dari Kitab Suci?

Doa: Allah Bapa maha kasih, bantulah saya mengenali dan kemudian mengimani Engkau dengan sungguh melalui bacaan-bacaan yang aku baca selama ini dalam Kitab Suci. Amin.3

Antonius Toto Iswanto – GAK SMA Katolik Sang Timur – Tomang

Injil: Yohanes 7: 1-2; 25-30
Bacaan:
Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun. Beberapa orang Yerusalem berkata: “Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorang pun yang tahu dari mana asal-Nya.” Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: “Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku.” Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba.
Ayat Emas: Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal.

Renungan:
Jangan Sombong
Anak-anak yang terkasih, salah satu dosa yang sering ada dalam manusia adalah dosa kesombongan. Karena sikap sombong itu, manusia sering kali meremehkan orang lain. hal inilah yang terjadi dalam kisah Injil hari ini. karena kesombongannya, orang-orang Galilea meremehkan Yesus. Hal itu terjadi bukanlah tanpa alasan, hal itu terjadi karena mereka mengetahui asal-usul dan latar belakang Yesus.
Dalam kehidupan sehari-hari pun kita sering kali jatuh dalam dosa ini. kita sering kali meremehkan sesama kita, teman-teman kita hanya karena kita merasa lebih baik dari padanya. Belajar dari kisah Injil hari ini, mari kita menyadari bagaimana sikap kita selama ini? apakah kita sering kali menjadi pribadi yang sombong? Mari kita renungkan.

Refleksi: Apakah kita sering kali menjadi pribadi yang sombong?

Doa: Bapa maha kasih, bantulah kami menyadari segala kesombongan yang mungkin tidak kami sadari. Jauhkanlah kami dari sikap meremehkan orang lain yang pada akhirnya hanya memenjarakan kami dalam penjara kesombongan. Amin.
Antonius Toto Iswanto – GAK SMA Katolik Sang Timur – Tomang

Injil: Lukas 1: 26-38
Bacaan:
Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
Ayat Emas: Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu
Renungan:
Pasrah kepada kehendak Allah
Anak-anak yang terkasih, sering kali dalam hidup kita menjadi tidak sabar. Terlebih jika kita memohon sesuatu kepada Tuhan. Kita ingin cepat-cepat terkabul dan bahkan menjadi kecewa jika apa yang kita harapkan tidak segera terkabul atau yang dikabulkan oleh Allah tidak sesuai dengan harapan kita. Rasa kecewa itu muncul karena kita lupa dengan nasehat nabi Yesaya yang satu ini “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu”. Maka agar kita bebas dari rasa kecewa itu, sabda Tuhan mengajak kita untuk belajar dari Bunda Maria. Berhadapan dengan ketidakpastian, Maria tidak egois dan tidak mementingkan keinginannya sendiri melainkan menyerahkan dirinya pada rencana Tuhan. Dengan lantang Bunda Maria mengatakan “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu. Mari kita meneladani Bunda Maria dan menyerahkan diri kita pada kehendak Tuhan.

Refleksi:
Sudahkah saya berpasrah dan menyerahkan diri pada kepada kehendak Allah?

Doa:
Allah Bapa, jauhkanlah kami dari sikap egois dan hanya mementingkan diri sendiri terlebih bila segala sesuatu terjadi tidak sesuai dengan keinginan kami. Bantulah kami untuk berpasrah pada kehendak-Mu. Amin.

Antonius Toto Iswanto – GAK SMA Katolik Sang Timur – Tomang

Injil Yohanes 11: 1-45
Bacaan:
Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta. Maria ialah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya. Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus: “Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.” Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.” Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus. Namun setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada; tetapi sesudah itu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Mari kita kembali lagi ke Yudea.” Murid-murid itu berkata kepada-Nya: “Rabi, baru-baru ini orang-orang Yahudi mencoba melempari Engkau, masih maukah Engkau kembali ke sana?” Jawab Yesus: “Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari? Siapa yang berjalan pada siang hari, kakinya tidak terantuk, karena ia melihat terang dunia ini. Tetapi jikalau seorang berjalan pada malam hari, kakinya terantuk, karena terang tidak ada di dalam dirinya.” Demikianlah perkataan-Nya, dan sesudah itu Ia berkata kepada mereka: “Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya.” Maka kata murid-murid itu kepada-Nya: “Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh.” Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa. Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: “Lazarus sudah mati; tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi sekarang kepadanya.” Lalu Tomas, yang disebut Didimus, berkata kepada teman-temannya, yaitu murid-murid yang lain: “Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia.” Maka ketika Yesus tiba, didapati-Nya Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur. Betania terletak dekat Yerusalem, kira-kira dua mil jauhnya. Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya. Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah. Maka kata Marta kepada Yesus: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.” Kata Yesus kepada Marta: “Saudaramu akan bangkit.” Kata Marta kepada-Nya: “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.” Jawab Yesus: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” Jawab Marta: “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.” Dan sesudah berkata demikian ia pergi memanggil saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: “Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau.” Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan Yesus. Tetapi waktu itu Yesus belum sampai ke dalam kampung itu. Ia masih berada di tempat Marta menjumpai Dia. Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ. Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.” Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata: “Di manakah dia kamu baringkan?” Jawab mereka: “Tuhan, marilah dan lihatlah!” Maka menangislah Yesus. Kata orang-orang Yahudi: “Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!” Tetapi beberapa orang di antaranya berkata: “Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?” Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu. Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu. Kata Yesus: “Angkat batu itu!” Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: “Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati.” Jawab Yesus: “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?” Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: “Lazarus, marilah ke luar!” Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.” Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya.
Ayat Emas:
“Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan”
Renungan:
Semakin Mencintai Kristus
Anak-anak yang terkasih, Yesus Kristus Allah kita adalah Allah yang maha kuasa. Ia bahkan berkuasa untuk mengangkat manusia dari kematian. Hal itu dibuktikan dalam sabda Tuhan hari ini. Kebangkitan Lazarus menjadi Bukti bahwa Allah kita adalah Allah yang melampaui kematian. Belajar dari Sabda Tuhan hari ini bagaimanakah sikap kita? Masih ragukah akan Yesus? Sekiranya kita sungguh mengimani Kristus, pastilah kita akan mengagumi tindakan Yesus ketika membangkitkan Lazarus. Sekiranya kita meragukan KeAllahan Kristus, Gereja memberikan kesempatan kepada kita untuk bertobat dan bangkit menjadi manusia baru. Masa Prapaskah adalah saat yang tepat bagi kita untuk semakin mengimani dan mencintai Kristus.
Refleksi:
Apakah kebangkitan Lazarus membuat iman saya semakin bertumbuh?

Doa:
Allah Bapa maha Kasih, semoga dengan kebangkitan-Mu dari kayu salib, imanku semakin bertumbuh subur dan memuat saya semakin jatuh cinta kepada-Mu. Amin

Antonius Toto Iswanto – GAK SMA Katolik Sang Timur – Tomang