PULO GEBANG – Ada yang berbeda pada hari itu, Sabtu, 12 Oktober 2019, di aula GKP lantai 3. Tidak biasanya tampak wajah-wajah ceria bapak-bapak yang ganteng dan pasangannya yang cantik-cantik, telihat di sana. Ya, hari itu Marriage Encounter (ME) rupanya tengah mengadakan kegiatan. Mereka bekerja sama dengan Seksi Kerasulan Keluarga dan Persekutuan Doa (PDPKK) mengadakan rekoleksi sehari untuk pasutri dan perseorangan. Tema yang diusung adalah, Menuju Keluarga Bahagia, Seks Itu Suci dan Indah.

Tema yang dipilih kali ini memang agak berbeda. Mungkin pula ada yang menganggapnya vulgar lantaran  tradisi ketimuran kerap menilai tak patut membicarakan seks secara terbuka. Seks, sekalipun itu dalam bingkai perkawinan, masih dianggap sesuatu yang sangat tertutup dan merupakan privasi yang tidak layak dibicarakan secara terbuka didepan publik. Namun disinilah daya tarik dari rekoleksi dengan tema ini.

Seks menjadi salah satu unsur yang mau tidak mau, suka tidak suka, adalah konsekwensi dari perkawinan. Seks menjadi bagian penting dari sepasang anak manusia membina dan meningkatkan relasi suami istri dalam suatu perkawinan yang sah, yang terbekati dalam sebuah sakramen. Seks menjadi sesuatu yang suci dan indah yang akan menghasilkan buah-buah cinta yaitu keturunan (anak-anak), untuk membangun sebuah keluarga yang bahagia. Ini juga menjadi tujuan utama dari setiap perkawinan

Acara yang dimulai pada pukul 08.00 dibuka dengan lagu pujian  Keluarga Cemara yang dinyanyikan Tim PDPKK lalu dilanjutkan dengan sambutan dari RD Susilo Wijoyo sebagai Pastor Kepala Paroki Pulo Gebang. Selanjutnya, Koordinator ME Paroki Santo Gabriel, Pasutri Wahyu & Ivon. Selanjutnya berturut-turut para pemateri yakni Romo Susilo Nugroho CP , yang membawakan materi tentang Seksualitas Perkawinan dari Sudut Pandang Gereja dan Dr. Tony Gosal yang khusus datang dari Bali, membawakan materi tentang Seksualitas dari Sisi Kedokteran. Ta lupa, dua pasutri yakni Elly & Rusly serta Fonny & Jeffry dari Tim ME dalam bagian sharing.

Romo Suslio dalam paparannya mengatakan bahwa ada dua tujuan utama dari perkawinan. Pertama, Bonum Prolis (demi keturunan): Dasar biblis Kej 1: 26-30, firman Allah untuk beranak cucu dan bertambah banyak serta penuhilah bumi, serta Kej 2 : 18-25…sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayah ibunya dan bersatu dengan istrinya ( ayat 24 ). Kedua, Bonum Coniugum (kesejahteraan suami istri demi intimitas): Arti sakramen perkawinan : Suami adalah tanda rahmat kehadiran Tuhan bagi isterinya, dan isteri adalah tanda rahmat kehadiran Tuhan bagi suaminya. Ini merupakan transformasi dari dicintai menjadi mencintai (aspek mental/rohani), dari menerima cinta (biologis dan dominasi) menjadi memberi cinta (berkorban).

Perkawinan Katolik mempunyai 3 ciri yang khas yaitu : 1. Ikatan yang harus berlangsung seumur hidup antara laki-laki dan perempuan,  2. Ikatan monogami, yaitu satu suami dan satu istri, 3. Ikatan yang tidak terceraikan.

Romo Susilo dalam bagian penutup menyampaikan suatu anjuran yang membuat semua peserta tertawa. Ia menyarankan para pasutri agar mulai membiasakan diri dengan berdoa bersama terlebih dahulu sebelum dan sesudah melakukan kegiatan seksualitas perkawinan mereka. Karena seksualitas itu adalah suatu hal yang suci yang merupakan anugerah Allah kepada manusia sehingga dalam melakukannya, manusia perlu melibatkan Tuhan.

Sesi kedua dibawakan oleh pasutri Elly & Rusly yang menjelaskan tentang bagaimana pasutri memperoleh keindahan seksualitas. Mereka menjabarkan pengertian seks dalam arti luas dan sempit. Seks dalam arti sempit hanyalah tempat tidur dan sebuah altar perkawinan. Dalam arti luas, seks adalah segala aktivitas atau komunikasi kasih dengan bahasa cinta dalam kehidupan suami istri yang menuju kedekatan dan keintiman. Misal, suami mencium kening isteri saat akan berangkat kerja.

Menurut mereka, setiap pasutri harus mempunyai bank cinta, yaitu rekening yang dibuka dalam bank milik pasangan dimana, setoran yang menambah saldo bukan berupa uang melainkan berupa: sifat, tingkah laku, perhatian, dukungan atau apa saja yang positif atau menyenangkan bagi pasangan karena hal yang tidak menyenangkan akan mengurangi saldo di bank tersebut.

Mereka juga mengingatkan bahwa kebutuhan dasar antara wanita dan pria tidak sama, sehingga harus saling mengisi satu sama lain. Kebutuhan dasar wanita adalah afeksi, komunikasi, kejujuran dan keterbukaan, dukungan keuangan, dan komitmen untuk keluarga. Sedangkan kebutuhan dasar pria adalah pemenuhan seksual, teman yang menghibur, pasangan yang menarik, dukungan dan kekaguman. Karena itulah untuk memperoleh keindahan seksualitas dalam perkawinan, relasi dengan pasangan harus baik, membangkitkan gairah dengan menyiapkan perasaan dan pikiran. Karena ahli jiwa menyatakan, organ seksual utama adalah otak, berarti sebelum tubuh bereaksi pikiran yang bereaksi terlebih dahulu.

Saat istirahat makan siang pada pukul 12.15,  panitia memberi kejutan kepada pasutri Jeffry & Fonny yang hari itu merayakan HUP ke 20. Wahyu & Ivon membawa kue ulang tahun dengan lilin menyala kedepan mimbar diiringi lagu Selamat Ulang Tahun yang dinyanyikan oleh Tim PDPKK. Lalu panitia memanggil pasutri peserta yang berulang tahun di bulan oktober untuk maju kedepan dan merayakan bersama HUP mereka.

Sesi ke tiga dimulai kembali pada pukul 13.00, dengan sharing dari pasutri Jeffry & Fonny. Mereka membagikan cerita tentang jatuh bangunnya kehidupan seksualitas dalam perkawinan mereka, sampai akhirnya mereka ikut Weekend ME dan mulai saling memahami satu sama lain. Mereka menjadi semakin terbuka terhadap pasangan, berani mengemukakan apa yang mereka inginkan dan butuhkan dari pasangan dengan  meningkatkan dialog kepada pasangan lewat ciri khas ME yaitu BPS (bagaimana perasaan saya).

Seksualitas yang tadinya tidak pernah dibahas karena dianggap hanya suatu kewajiban dalam perkawinan sehingga menjadi beban, dengan komunikasi dan keterbukaan mereka setelah mengikuti Weekend ME, berubah menjadi sesuatu yang indah dan  menyenangkan. Keterbukaan dan pengertian yang terbangun dari komunikasi bahasa cinta mereka telah menjadikan seksualitas bukanlah sekedar nafsu tapi sesuatu yang suci dan indah sebagai pasangan  sah yang diikat oleh Allah dalam sakramen perkawinan.

Sesi terakhir dibawakan oleh Dr. Tony Gosal yang didampingi isteri. Ia menjelaskan seksualitas dari 5 aspek, yaitu aspek biologis, psikososial, perilaku, klinis dan kultural. Dari sisi medis atau klinis, ia menjelaskan segala hal yang berkaitan dengan seksual, gejala PMS dan menopause yang akan dialami oleh wanita juga andropause yang akan dialami oleh  pria. Tak lupa, ia juga memaparkan tentang apa saja gejala disfungsi seksual pada wanita dan pria. Dr. Tony di bagian ahir memberi kesimpulan bahwa seks adalah suatu alat bantu untuk keharmonisan rumah tangga, sementara komunikasi  adalah kunci keberhasilan kegiatan seksualitas. Yang terpenting adalah kesehatan jasmani dan rohani karena dua aspek ini memegang peranan penting untuk seks.

Setelah seluruh sesi selesai, para peserta diberikan kesempatan untuk bertanya dimana pertanyaan dituliskan pada selembar kertas. Dibatasi hanya 10 pertanyaan. Semua pertanyaan itu dijawab bergantian oleh pembicara sesuai bidang dan kompetensinya. Pertanyaan yang berkaitan dengan hal medis dijawab oleh Dr Tony. Yang berkaitan dengan hal rohani dijawab oleh Romo Susilo.

Tepat pukul 15.00 ,seluruh peserta dan panitia mengikuti Misa penutup bersama Romo Susilo. Setelah Misa dengan bergandengan tangan, peserta dan panitia menyanyikan lagu tema ME  “Ada dunia Baru”….Ada dunia baru, negeri harapan, ku kan sampai disana bila kau membimbingku, kuharapkan selalu kau ada disampingku karena hanya kau yang berarti bagiku….. Dengan berakhirnya lagu itu, berakhir pula seluruh rangkaian acara rekoleksi sehari  yang dihadiri oleh 100 peserta. Tepat jam 16.15, kegiatan ditutup setelah dilakukan foto bersama. (Penulis dan Foto: Limut / Editor: Ferdinand Lamak)