Hari Orang Sakit Sedunia diperingati secara khusus setiap tahunnya oleh gereja Katolik untuk mendoakan penderita sakit. Sakit yang dimaksud bukan semata sakit jasmani atau sakit yang dirawat di Rumah Sakit, tapi juga setiap orang yang merasa memerlukan jamahan Tuhan dalam hidupnya untuk menyembuhkan luka batin ataupun kekuatan untuk mengampuni sesama.
Mengampuni identik dengan pertobatan, dan pertobatan menjadi bagian sangat penting dalam proses penyembuhan. Itu sebab dalam prosesi pengurapan orang sakit biasanya ada penerimaan sakramen tobat. Karena dengan pertobatan diharapkan seseorang mampu melepaskan dendam, mengiklaskan yang hilang dan berdamai dengan keadaan, sehingga hati menjadi lebih ringan dan gembira. Bukankah hati yang gembira adalah obat?
Dalam homilinya Rm. A. Susilo Wijoyo, Pr mengisahkan penampakan Bunda Maria di Lourdes, Perancis yang ajaib kepada Bernadette pada tanggal 11 Februari 1858, yang menjadi bagian dari sejarah dicanangkannya Hari Orang Sakit Sedunia. Penampakan Bunda Maria di Lourdes membuat banyak orang percaya berduyun-duyun hadir dan mengalami mujizat penyembuhan. Sampai saat ini semakin banyak umat yang pergi ke Lourdes, untuk mengalami penyembuhan. Bukan penyembuhan yang hanya tampak mata tapi juga penyembuhan rohani yang membawa damai. St.Bernadette sendiri dinyatakan sebagai santa pada tahun 1933 dan menjadi santa pelindung bagi para penderita sakit dan orang miskin.
Pada jaman dulu, penderita kusta adalah orang-orang yang dikucilkan dan hak-hak kesehariannya sebagai umat manusia dicabut oleh seorang imam agung, kecuali penderita kusta itu sembuh dan ditahirkan oleh imam untuk menerima kembali hak-haknya. Maka dalam bacaan injil, doa yang diucapkan oleh penderita kusta adalah menjadi contoh doa yang rendah hati kepada Tuhan untuk memohon kesembuhan , “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” (Markus 1:40) Dengan memohon seperti itu, orang kusta ini mengajarkan kepada kita untuk berserah dalam setiap doa permohonan, seturut kehendak Tuhan, bukan menuntut. Sepanjang permohonan penyembuhan pun, sebaik-baiknya kita berusaha adalah dengan melakukan dua hal bersamaan ; usaha berdoa dan usaha berobat. Ora Et Labora.
Romo Susilo juga mengingatkan kita, bahwa penyakit kusta sampai saat ini tetap ada, yaitu penyakit kusta yang menggerogoti hati manusia , perasaan bahwa seseorang tidak merasa dicintai ternyata menjadi sakit pembunuh pertama, bukan aids ataupun kanker. Jika hidup seseorang mengalami defisit cinta, maka hidupnya menjadi lesu, kering iman dan menjadi mudah putus asa. Tapi sebaliknya jika hidup sesorang dalam kondisi surplus cinta, maka hidupnya pasti akan penuh sukacita, semangat dan mempunyai ketahanan mental yang kuat. Maka dalam menghadapi penyakit kusta pada era saat ini adalah bersandar selalu pada bantuan Tuhan. Dialah Dokter diatas segala dokter dan Tabib diatas segala tabib.
Setelah umat mendapatkan siraman rohani, maka umat diperkenankan memperoleh pengurapan orang sakit, atau perminyakan. Umat dengan usia lanjut dan yang menggunakan kursi roda atau tongkat yang sudah duduk di barisan depan memperoleh perminyakan terlebih dulu, dilanjutkan umat lain yang berbaris seperti hendak menerima komuni. Banyak umat yang turut menerima perminyakan, dari remaja hingga lanjut usia.
Selamat mengalami kesembuhan.
(Erin)