Misa Inkulturasi Imlek tahun ini tidak dilaksanakan bertepatan pada Hari Raya Imlek (5/2/2019), tetapi Gereja St Gabriel Paroki Pulogebang memilih merayakan Imlek bersama pada Misa Minggu, pukul 09.00 WIB (10/2/2019).

Warna merah mendominasi gereja mulai dari dekorasi lampion, pohon harapan, seragam petugas koor sampai dengan jubah Romo. Misa Imlek minggu itu juga terasa spesial karena dibawakan secara konselebrasi oleh Romo A. Susilo Wijoyo, Pr dan Romo A. Setya Gunawan, Pr. Imlek adalah perayaan masyarakat Tionghoa, namun bagi umat Paroki, Imlek adalah perayaan syukur bersama sebagai satu keluarga besar. Kebersamaan sebagai satu keluarga semakin terasa saat umat baik anak-anak, orang muda maupun dewasa, kompak menggunaan pakaian bernuansa merah, walau umat berasal dari latar belakang dan suku yang berbeda–beda.

Panitia dari Wilayah 17 menyiapkan kekhasan misa Imlek ini, mulai dari pemutaran video tentang Imlek sebelum misa, tarian anak-anak saat persembahan dan doa umat yang didaraskan dengan bahasa mandarin.

Kebahagiaan memang menjadi inti dari Perayaan Imlek, seperti yang disampaikan Romo Susilo bahwa konsep bahagia adalah “melihat orang lain bahagia karena saya, maka saya akan bahagia”. Setelahnya Romo Susilo memberkati jeruk-jeruk dan angppao di dekat altar. Romo berharap umat dapat melihat simbol dari keberuntungan dan kemakmuran ini bukan dari harganya, tapi lebih kepada makna untuk saling membahagiakan.

Misa penuh syukur itu membawa kegembiraan bagi semua orang, terutama anak-anak yang dalam antrian panjang tetap antusias penuh tawa menerima berkat sekaligus menerima jeruk dan angpao.

Gong Xi Fat Chai!

Deny Kus, Foto @Widy