Dalam dokumen Paschales Solemnitatis, yang dikeluarkan oleh Congregation of Divine Worship (Kongregasi Penyembahan Ilahi), 1988, disebutkan bahwa, “Pencucian kaki dari para laki-laki dewasa yang terpilih, menurut tradisi, dilakukan pada hari ini [Kamis Putih], untuk menyatakan pelayanan dan cinta kasih Kristus, yang telah datang ‘bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani.’ Tradisi ini harus dipertahankan, dan pentingnya maknanya dijelaskan secara sepantasnya.”

PULOGEBANG – Tradisi pembasuhan kaki oleh imam kepada umat laki-laki dewasa terjadi pada misa Kamis Putih di Gereja Pulogebang yang dipimpin oleh kedua pastor yakni Romo Gunawan Pr. dan Romo Susilo Pr. Tidak hanya membasuh kaki saja, kedua pastor itu pun mencium kaki 12 orang pria dewasa yang dipilih untuk memerankan keduabelas rasul Yesus. Aktualisasi dari peristiwa malam perjamuan terakhir itu, membuat sejumlah umat yang duduk di deretan depan gereja terharu dengan pemandangan yang mereka saksikan. Tak hanya itu, salah seorang pemeran rasul yang dicium kakinya, tak kuasa menitikkan air mata kala kakinya dibasuh air dan semakin terharu kala Romo Gunawan mencium kakinya.

Romo Gunawan Pr. mencium kaki umat yang berperan sebagai rasul

Misa pertama Kamis Putih yang dipimpin oleh Romo Gunawan Pr. (Kamis, 29/3/2018) dimulai dengan perarakan misdinar, prodiakon, frater dan imam dari gerbang utama gereja. Umat mengiringi perarakan menuju altar dengan lagu yang dipimpin oleh paduan suara.

Dalam pembukaannya, Romo Gun menekankan ajaran kasih dalam iman Katolik yang harus selalu diwujudnyatakan dalam tindakan dan tingkah laku sehari-hari. Ia pun mengajak umat berlutut dan menyatakan tobat karena kerap kali tidak sanggup mewujudnyatakan ajaran kasih kepada sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Bacaan pertama, lektor membacakan Kitab Keluaran tentang Perayaan Paskah, yang berisi tentang firman Tuhan kepada Musa dan Harun di tanah Mesir tentang bulan yang akan menjadi permulaan segala bulan.  “Sebab pada malam ini Aku akan menjalani  tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak manusia sampai anak binatang, akan Kubunuh, dan kepada semua allah  di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah, TUHAN.”

Bacaan berikutnya diambil dari Surat I Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus yang berkisah tentang peristiwa pada malam perjamuan terakhir, saat dimana Yesus menyerahkan tubuh dan darahNya bagi keselamatan manusia. “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum dari cawan ini, kamu mewartakan wafat Tuhan sampai ia datang.”

Romo Gunawan membawakan bacaan Injil (13: 1-15) tentang peristiwa Yesus membasuh kaki para muridnya. “Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu membasuh kakimu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimusebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga melakukan seperti yang telah aku lakukan kepadamu.

Dalam homilinya mengatakan tiga hal yang utama dari perayaan Kamis Putih. “Pertama, Yesus mengungkapkan cinta kasih sehabis-habisnya, kasih dalam arti yang sesungguhnya yang diwujudkan dalam tiga peristiwa: Yesus mau merayakan ekaristi. Ekaristi sebagai rekaman nyata, sebagai sebuah perayaan perjamuan dimana Tuhan Yesus ingin memberikan diriNya untuk keselamatan manusia, sampai mati di kayu salib. Maka di dalam ekaristi kita merayakan; makan bersama. Dalam peristiwa itu Yesus memberikan diriNya untuk keselamatan manusia. Maka saat kita menerima ekaristi, kita menerima Yesus sendiri, yang menjadi penyelamat bagi kita semua.”

Untuk menyambut ekaristi, umat perlu memersiapkan diri yang matang. Persiapan dimulai dari awal, selalu diawali dengan pertobatan, mengaku dosa dan memohon belaskasihan yakni Tuhan Kasihanilah Kami. “Karena kita orang berdosa yang tidak pantas menyambut tubuh Kristus maka kita mohon belas kasih Tuhan.”

Romo Gunawan mengupas tuntas tentang bagaimana ekaristi dan bagaimana seharusnya umat merayakan ekaristi itu. Setiap bagian dari doa di dalam ekaristi, dijelaskan secara detail bagaimana makna dibalik semua bagian perayaan ekaristi itu.

Ketika tiba saatnya upacara pembasuhan kaki murid, keduabelas umat laki-laki dewasa yang bertindak sebagai rasul pun mengambil tempat duduk di atas altar di depan tangga. Romo Gunawan yang memerankan Yesus pun membasuh satu demi satu kaki para umat. Misdinar yang mendapingi romo menyerahkan air dan perlahan romo menuangkan air itu ke kaki masing-masing mereka, lalu menyekanya dengan kain. Usai kaki itu dikeringkan, perlahan Romo Gunawan menundukan kepalanya dan kaki umat itu pun diciumnya.

Peristiwa ini sangat membekas bagi sebagian umat yang duduk di deretan depan dan menyaksikan langsung kejadian itu. Seorang ibu tua yang duduk di atas kursi roda langsung menundukkan kepalanya begitu menyaksikan rasul pertama dicium kakinya oleh romo. Sementara itu, seorang pemeran rasul tak kuasa menahan air mata haru saat romo mulai membasuh kakinya dan semakin terharu ketika romo mencium kakinya.

Kepada penulis usai perayaan misa malam itu, Romo Gun mengatakan, dirinya sangat mengharapkan agar semua umat dan pengurus lingkungan kembali ke tempat masing-masing dan melakukan hal yang sama untuk umat di lingkungannya. Sebuah simbol kerendahan hati untuk mau melayani tanpa memandang siapa dan bagaimana orang yang dilayani. Pertanyaannya, sanggupkah kita? Dalam nama Tuhan Yesus, Ya! Kita pasti sanggup. (Penulis/Editor/Foto: Ferdinand Lamak)