PULO GEBANG – Malam tadi, seperti malam-malam sebelumnya di lingkungan kami, Lingkungan Alfonsus di Wilayah II, yang berada di Blok H, Pulo Gebang Permai. Di salah satu rumah warga, beberapa umat sudah mulai berdatangan, ketika tiga wajah baru yang bukan warga lingkungan kami melangkah masuk ke dalam kediaman Lukas – Wiwi di Blok H13/24. Ya, malam tadi kami berkumpul di rumah itu untuk berdoa rosario, malam ke-12 sekaligus novena Tiga Salam Maria yang memasuki malam ke-5 sejak dimulai pada 8 Oktober silam.

“Selamat malam,” sapa ketiga tamu itu disambut beberapa wajah yang agak kaget karena tak menyangka ada kunjungan dari para pengurus Legio Mariae Paroki Pulo Gebang.

Markus Orong dan Pasutri Heri-Susan pun ramah disalami belasan umat yang sudah hadir. Sambil menunggu kehadiran umat yang lain, obrolan ringan pun mengalir. Asal tahu saja, ini kali kedua Legio Mariae paroki hadir secara khusus ke lingkungan kami. Pertama kali, terjadi pada 2016 saat kami melakukan rosario pula.

Tak berapa lama, berdatanganlah umat mulai dari oma-opa, dewasa hingga anak-anak dengan rosario di tangan mereka. Sebagaimana kebiasaan, satu persatu mereka menyalami umat yang sudah lebih dulu hadir, juga tiga orang tamu kami ini. Tepat jam 19.50, sebagaimana malam-malam yang lalu, kami memulai rosario Tujuh Dukacita Bunda Maria.

——- ——

Rosario Tujuh Dukacita Maria mulai kami perkenalkan di lingkungan ini sejak Mei 2017 sebagai pengganti dari peristiwa dukacita pada rosario lima peristiwa yang didaraskan pada setiap Selasa dan Jumat. Doa ini mengantarkan umat untuk merenungkan tujuh peristiwa duka yang dialami Santa Perawan ketika mendampingi Sang Putera sedari bayi hingga dimakamkan.

Ketika pertama kali diperkenalkan, sejumlah umat bahkan meminta buku panduan yang diterbitkan oleh pengurus lingkungan untuk digandakan sendiri, lantaran mereka ingin mendoakannya secara pribadi di rumah masing-masing. Bahkan ada yang berinisiatif untuk mencari dan membeli rosario-nya yang berbeda dengan rosario lima peristiwa.

Malam tadi, saya memimpin sendiri ibadat rosario dan novena ini. Jika malam-malam sebelumnya kehadiran pernah mencapai 43 orang dan tidak pernah kurang dari 23 orang, malam tadi kami, ber-28 orang ditambah 3 tamu, khusyuk dalam suasana doa dan larut dalam narasi yang menggambarkan kedukaan Bunda Maria. Seluruh umat pun secara bergantian mengangkat doa Salam Maria yang diulang sebanyak tujuh kali, pada tujuh peristiwa dukacita itu.

——- ——

Lingkungan Alfonsus hanyalah satu bagian dari paroki ini. Namun kesungguhan dan kesadaran umat akan pentingnya devosi kepada Bunda Maria dalam tiga tahun terakhir ini sudah menunjukkan kemajuan yang baik. Jika sebelumnya, sebagaimana jamak dilakukan di banyak lingkungan lain, rosario hanya dilakukan selama 9 kali dengan mengacu pada novena yang disatukan dengan rosario, sejak Oktober 2016 umat di lingkungan ini menjalankan rosario selama sebulan penuh, baik di Oktober maupun Mei.

Tak hanya rosario sebulan penuh, petugas ibadat yang tadinya hanya itu-itu saja lantaran tidak banyak yang berani memimpin doa, kini digilir dan lebih dari 50% umat sudah berani untuk memimpin doa, baik orang tua maupun anak-anak. Ada juga yang bertugas membacakan ujud, membawakan bacaan Injil dan renungan harian yang diambil dari Buku Inspirasi Batin.

Dorongan dan ajakan bahkan mungkin ada yang memulainya dengan terpaksa, tetapi perlahan-lahan semua mulai terbiasa. Dan setiap menjelang akhir bulan Oktober dan Mei, umat justru merindukan suasana rosario saban malam seperti malam-malam yang sudah lewat.

Sebetulnya alasan utama mengapa di lingkungan ini rosario dilakukan sebulan penuh, sederhana saja. Sebagai ketua lingkungan, ada mimpi untuk melihat semua umat terlibat, setidaknya menampakkan wajahnya dalam kegiatan lingkungan. Jika tidak bisa setiap kegiatan, minimal sekali dua kali mereka hadir. Melalui kesepakatan bersama umat, metode ini pun dilakukan agar setiap kepala keluarga menyediakan rumah mereka untuk berdoa bersama umat. Alhasil, 30 hingga 31 KK dengan sukacita memilih tanggal sesuai kesediaan mereka.

Memang, tidak semua warga kebagian ketempatan namun kami mengaturnya agar rumah-rumah yang sudah kebagian pendalaman iman pada bulan lalu, kali ini tidak mendapatkan bagian ketempatan.

—— ——-

Rosario dan novena malam tadi pun berakhir sekira jam 21.00 lewat sedikit. Usai mengucapkan terima kasih kepada tuan rumah dan para petugas ibadat, saya pun meminta waktu sebentar kepada umat untuk mendengarkan beberapa sharing dari Tim Legio Mariae.

Markus Orong menyampaikan sedikit tentang perkembangan terkini dari Legio Mariae yang tadinya hanya terdiri dari dua presidium, kini akan menjadi lima presidium. Ia juga memperkenalkan sekitar 8 orang warga lingkungan ini yang tergabung dalam Legio Mariae.

“Terima kasih karena kami boleh diterima di tempat ini dan kami senang melihat semangat umat di lingkungan ini yang bersedia meluangkan waktu setiap malam sekitar lebih dari 1 jam untuk berdoa bersama dengan jumlah yang sebanyak ini.”

Setelah Orong, Susan pun membagian sedikit pengalaman rohani yang dia alami tentang kekuatan devosional kepada Bunda Maria. Ia pun mengimbau agar kesungguhan dalam berdoa, pengorbanan waktu dan tenaga yang diberikan untuk mengisi Bulan Maria dan Bulan Rosario ini akan menjadi lebih sempurna jika teladan Ibu Maria diejawantahkan dalam kehidupan umat sehari-hari.

Pertemuan kami berakhir dengan foto-foto bersama meski beberapa umat pamit lebih awal untuk urusan masing-masing mereka.

Masih ada 18 hari kedepan dan lingkungan ini terbuka bagi umat dari lingkungan tetangga yang ingin hadir dalam doa rasorio yang selalu ada setiap malamnya. Semoga kisah ini dapat menginspirasi kita semua. (Penulis: Ferdinand Lamak, Ketua Lingkungan Santo Alfonsus, Wilayah II)