Tanggal 19 Mei  2019 hari Minggu pagi pukul 06.00 rombongan yang terdiri dari 9 orang pengurus SKP berangkat dari halaman Gereja St Gabriel Pulo Gebang  menuju  BSP Farm  Cigombong – Bogor.

SKP ( Seksi Keadilan dan Perdamaian)  dibentuk oleh KAJ ( Keuskupan Agung Jakarta) pada tahun 2016 dan dibentuk  Dewan Paroki Pulo Gebang pada tahun 2017.  SKP bertujuan untuk  mengajak umat / manusia  cinta damai dan keadilan.  Perdamaian dan keadilan tidak hanya dilakukan/ diberikan kepada sesama manusia namun juga harus diberikan untuk lingkungan dan bumi serta seisinya,  seluruh ciptaan Tuhan, seperti yang sering disampaikan  oleh  Uskup  Agung Jakarta  Mgr Ignatius  Suharyo dalam  Video khotbah Gembala. Maksud cinta kepada lingkungan bumi dan seisinya adalah bahwa manusia harus hidup berdampingan dengan  tumbuhan, alam, binatang tanah dan udara, kita saling memelihara dan menjaga. Untuk lebih memahami maksud SKP dalam kehidupan nyata, maka Yana Kurniadi  ketua SKP Paroki Pulo Gebang mengajak seluruh pengurus SKP mengunjungi Pertanian Organik BSP ( Bumi Sarana Panorama) Farm.

Perjalanan pagi yang  lancar dan udara sejuk, sepertinya sangat mendukung  rombongan kecil ini, mereka tidak menyia-nyiakan waktu, hingga dalam perjalanan pun rombongan serius membicarakan banyak hal yang berkaitan dengan kelangsungan  SKP. Mobil yang berayun  karena jalanan yang meliuk-liuk dan deru mobil di jalanan sama sekali tidak mengganggu konsentrasi diskusi pagi itu.

Pukul 7.30 rombongan tiba di BSP Farm yang  memiliki area 40 hektar berada pada  ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut dikelilingi oleh Gunung Salak. Tanaman tumbuh subur, udara pagi sejuk bersih. kami  mencoba menarik nafas lama dan dalam, setiap tarikan  nafas seolah  otot paru-paru menjadi kuat dan oksigen  bersih penuh terhirup ke paru.

Di teras  Vila, sejauh mata memandang, terlihat  pegunungan Salak menjulang tinggi  molek hijau, mata tidak ingin berkedip, bibir ingin selalu tersenyum melihat keagungan  Tuhan Sang Pencipta semesta yang begitu indah. Tentu saja seluruh peserta yang terdiri dari 6 Wanita dan 3 Pria mengabadikan saat  indah bahagia ini dengan berfoto.

Pukul 9  rombongan di ajak  berkeliling kebun melewati seluruh fasilitas yang dimiliki BSP misalnya area kamping dan Vila. Sebelum berkeliling, koordinator perkebunan yang bernama pak “Usaha” menjelaskan tentang  perkebunan BSP yang melakukan usaha perkebunan secara organik. Sesuai penuturanya  Organik harus meliputi  3 hal yaitu ; Ekonomi, Ekologis dan Sikap. Contohnya;  sejak mengolah tanah sampai memanen  harus dihitung  secara matang untung ruginya, kesejahteraan petani , kesuburan tanah dan tanaman harus diperhatikan.  Kelestarian alam  dan ekonomi warga terjaga  dengan cara menggunakan pupuk kandang ( BSP Farm membeli kotoran kambing dari warga sekitar untuk dijadikan pupuk ).  Sikap menjaga kelestarian alam tidak menggunakan pupuk pestisida, memanfaatkan tanah sesuai dengan fungsinya, jika tanah resapan maka tidak boleh didirikan bangunan.

Dalam berkeliling kebun kami dibekali tongkat bambu sepanjang ±150cm sebagai penopang badan menjaga keseimbangan tubuh, supaya jangan terpeleset atau terjungkal. Jalanan setapak menuju perkebunan yang kami lalui dari area kebun satu ke area lainnya dengan kontur tanah yang naik turun, terjal sempit, kadang berbatu dan becek. Sepertinya perjalanan kami ini  bisa disebut treking kecil-kecilan agak menguras tenaga.  Aneka jenis perkebunan dan penginapan yang dimiliki BSP Farm sangat menyadarkan pengurus SKP ini, betapa hidup yang berkesinambungan selayaknya dijaga dan dipelihara. Misalnya di area perkebunan aquaponik, nutrisi tanaman disupply dari kotoran ikan yang dipelihara di samping kebun. Di area sawah padi dan kebun sayuran ( Wortel, bit, daun bawang, kol, sawi, pokcoy, cabe dsb)  di sepanjang parit di tanami pohon sejenis kenikir, sebagai makanan hama tanaman. Hama tanaman menyukai bunga sejenis kenikir. Tanaman produktif tumbuh sehat, aman. Hama tanaman senang beterbangan didekat kebun tanpa mengganggu tanaman produktif  karena hama sudah kenyang dengan menghisap bunga kenikir. Kami penasaran dengan aroma, rasa bunga dan daun yang sangat mirip kenikir dan disukai hama. Mencoba mencium  dan kunyah secuil daun dan bunga  tsb, tentu saja tidak kami telan, ternyata tidak ada rasa dan aroma apapun ( entah kenapa hama menyukainya, tentu karena ketajaman  penciuman  kami berbeda dengan hama tanaman). Berbeda dengan kenikir yang biasa kita konsumsi memiliki bau yang khas – biasa orang jawa menyebutnya bau sengir.

Ayam  dipelihara di sebagian area  perkebunan sayur, melingkari satu bidang kebun sayur dibuatkan  seperti gorong-gorong yang terbuat dari kawat untuk bermain-main ayam, di ujung kebun dibuatkan kandang ayam yang beratap.  Di ujung kebun bagian lain  area untuk fermentasi pupuk kandang. Pupuk dibuat dari campuran pupuk kandang, sekam padi,  sampah kebun dsb, setiap sebulan sekali di aduk supaya tercampur. Durasi fermentasi ± 3 bulan pupuk siap digunakan.   Setelah Pukul 11.30 kami istirahat makan siang, makanan yang kami konsumsi ; Sayur, lauk dan buah yang rasanya enak siang itu   semuanya dari hasil  organik BSP Farm, sesuai penuturan  penyaji  makanan.

Pukul 13 Perjalanan mengelilingi kebun dilanjutkan.  Jika di Jakarta jam 13 adalah udara sangat menyengat seolah matahari di atas kepala,  berbeda di area kebun ini, kontur tanah menanjak sempit  dan terjal tidak membuat kami cepat lelah karena banyak pohon-pohon besar dan beberapa kolam  dengan air  jernih dan dingin membuat tubuh tidak terasa panas meski disiang hari.  Area yang kami kunjungi pertama adalah  perkebunan kopi ( jenis kopi Robusta), kemudian kebun teh dan terakhir kebun salak. Di setiap area kebun , pemandu menerangkan cara memanen dan mengolah hasil kebun, serta ekosistimnya.  Misalnya ; setiap tanaman teh satu hektar menghasilkan 5 liter air di dalam tanah. Kami  merasa sangat terhibur ketika diperkenankan  memetik salak yang sudah siap panen dan sangat lebat . Sambil duduk-duduk di antara pohon salak  menikmati buah salak hasil metik sendiri, pemandu menjelaskan cara pembuahan pohon salak, panen dan pembersihan kulit salak yang ternyata tajam berduri bila masih menempel di pohon.  Pemandu memberikan tips cara  membersihkan  duri  lembut di kulit salak dengan cara salak dimasukkan dalam karung besar kemudian karung digoyang goyang, dengan demikian duri akan rontok.

Pukul 16.00 waktu kami pun habis dalam kunjungan ke BSP Farm. Seluruh rombongan SKP  Paroki Pulo Gebang pulang  menuju Jakarta dengan hati riang gembira, membawa harapan bahwa pengalaman ini bisa ditularkan ke semakin banyak orang. Hidup menjaga keadilan dan perdamaian bagi seluruh makhluk hidup ciptaan Tuhan tanpa menyakiti satu sama lain. Sesungguhnya Alam adalah jujur, bila kita menjaganya maka Alam akan membalas kebaikan kita.  Mari kita jaga perut bumi dan alam raya ini dengan sepenuh hati, dengan memelihara ekosistim kita sebagai mahkluk hidup.  –Rita-