VATIKAN – Paus Fransiskus pada hari Sabtu (26/5/2018) berbicara kepada para peserta dalam konferensi internasional yang membahas kebijakan dan gaya hidup di era digital. Ia mendesak agar kekayaan ajaran sosial Gereja Katolik yang tersebar di seluruh dunia dimaksimalkan untuk membantu membangun budaya global yakni keadilan ekonomi, kesetaraan dan inklusi.

“Kesulitan dan krisis saat ini dalam sistem ekonomi global memiliki dimensi etika yang tak terbantahkan,” kata Paus.

“Mereka terkait dengan mentalitas egoisme dan eksklusi yang telah secara efektif menciptakan budaya sampah buta bagi martabat manusia yang paling rentan,” kata Paus kepada peserta dalam konferensi internasional yang diselenggarakan oleh Centsimus Annus pro Pontifice Foundation.

Paus Yohanes Paulus II melembagakan yayasan tersebut (Centsimus Annus pro Pontifice – red) pada tahun 1993 untuk mempromosikan ajaran sosial Gereja, terutama yang dituangkan dalam ensiklik tahun 1991,

“Centesimus Annus” sekaligus memperingati 100 tahun ensiklik penting Paus Leo XXIII tentang ajaran sosial Gereja.

Para peserta dalam konferensi di Roma pada 24-26 Mei ini membahas tema, “Kebijakan dan Gaya Hidup Baru di Era Digital.”

Dalam ceramahnya, Paus Francis menyesalkan ‘ketidakpedulian globalisasi’ yang semakin meningkat, yang menempatkan ‘berbagai hambatan yang integral bagi perkembangan manusia’ baik di negara miskin maupun negara maju.

Dia secara khusus menunjuk pada ‘masalah etika mendesak yang terkait dengan gerakan migrasi global.’ Bapa Suci juga mengritik ‘dikotomi palsu’ antara ajaran etis dari tradisi agama dan kepedulian praktis dari komunitas bisnis saat ini. (Ferdinand Lamak, Sumber: www.vaticannews.va)