“Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!“

Ular (iblis) menggoda Hawa untuk makan buah terlarang dengan iming–iming, bahwa dia tidak akan mati, dia akan melihat Allah dan tahu yang baik dan jahat. Sepintas janji itu sangat menggiurkan dan tampak tidak salah. Hawa pun jatuh dalam dosa dan sekaligus menyeret Adam. Mereka terjebak dalam kepercayaan diri palsu, sehingga mengingkari kesetiaan dan ketaatan pada Allah.

Iblis menggunakan taktik yang sama ketika mencobai Yesus. Ia meminta Yesus untuk membuktikan diri identitasnya sebagai Anak Allah (mengubah batu menjadi roti – lih. Mat. 4:3) ; untuk memamerkan kehebatannya sebagai Anak Allah yang dilindungi Allah (menjatuhkan diri dari bubungan Bait Allah – lih. Mat. 4:6) dan untuk menyembah iblis demi mendapatkan kemewahan duniawi (lih. Mat. 4:9). Iblis sengaja mengutip ayat Kitab Suci untuk menciptakan kesan bahwa tantangannya itu sejalan dengan Sabda Allah. Tuhan Yesus berhasil mengalahkan godaan iblis, karena Ia lebih memilih setia dan taat pada kehendak Allah. Ketaatan-Nya kepada Allah, Bapa-Nya justru membuktikan, bahwa Ia sungguh Anak Allah, bukan karena pengakuan dari manusia apalagi dari iblis.

Bacaan suci hari ini menyadarkan kita bahwa godaan sering kali terselip dalam hal-hal yang tampaknya baik, seperti popularitas, kesuksesan,
kekayaan, pujian dan termaksud hal-hal rohani. Jika tidak waspada kita akan terjebak dalam kepercayaan diri palsu dan mengingkari kesetiaan pada Tuhan. Kita perlu belajar dari Yesus agar lebih mampu memilih kehendak Allah ditengah pelbagai godaan untuk mendapat pengakuan manusia.

Semoga segala niat baik yang telah kita rencanakan dalam masa pertobatan ini, sungguh bisa kita laksanakan, sehingga pada akhirnya kita layak mengalami kebangkitan bersama Yesus. Tuhan memberkati.
(Suster PIJ)