“Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.“

Setelah perayaan Paskah minggu yang lalu, hari ini dalam warta suka cita kita diajak untuk merenungkan pengalaman perjumpaan para murid dengan Yesus yang bangkit. Para murid masih berada dalam suasana sedih, takut dengan orang-orang Yahudi, mereka berkumpul dalam sebuah rumah dengan kondisi pintu terkunci, mereka berkumpul bersama untuk saling menguatkan. Yesus yang sudah bangkit mengatasi ruang dan waktu, Ia hadir di tengah-tengah mereka dimanapun para murid berada. (Yoh. 20:19).

Tomas salah satu murid Yesus tidak dapat mempercayai bahwa Yesus telah bangkit. Karena pada waktu itu Tomas tidak bersama dengan murid-murid Yesus disitu, ketika Yesus datang mengunjungi para murid. Maka ketika para murid mengungkapkan kegembiraannya bahwa mereka telah melihat Yesus, Tomas belum percaya. Selama dia belum melihat dan menyentuh Yesus sendiri, sekali-kali dia tidak akan percaya. Tetapi apa yang terjadi kemudian? Delapan hari setelah itu, Yesus datang lagi dan secara khusus memperlihatkan diri-Nya kepada Tomas. Barulah pada saat itu, Tomas percaya bahwa Yesus bangkit. Tomas akhirnya mengakui:
“Ya Tuhanku dan Allahku!”
Karena itu, Yesus berkata: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya, berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (Yoh. 20:24-29).

Pada Minggu Paskah II hari ini, Gereja Katolik merayakan Pesta Kerahiman Ilahi. Rasa tidak percaya juga sering menghinggapi kita. Kita sangsi apakah Tuhan masih mau mengampuni dosa-dosa kita? Apakah Tuhan tidak bosan mendengar doa dan permohonan yang sama terus menerus? Apakah Tuhan tidak lelah menunggu kita untuk kembali kepada-Nya? Dan berbagai keraguan lainnya. Namun seperti Yesus menjawab Tomas dengan mengatakan, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya.” (Yoh. 20:29) Yesus ingin agar kita juga belajar untuk percaya. Percaya berarti menaruh harapan pada belas kasih Allah. Percaya berarti mau kembali ke pangkuan Yesus bila kita jatuh dalam dosa. Tidak ada yang lebih buruk dari kehilangan harapan dan kepercayaan akan belas kasih Allah. Ia datang bukan untuk menghakimi namun untuk mencintai, mengampuni yang berdosa serta berbeban berat. Tuhan memberkati. ***
Suster PIJ