“Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.“

Mengikuti Allah berarti menjadi anak-anak angkat-Nya, inilah kebanggaan dan sukacita kita. Jika kita benar-benar bersukacita menjadi anak-anak Allah,maka kita akan mempergunakan rasa bahagia itu sebagi pegangan hidup kita. Kebanggan itu membuat kita tidak mudah untuk putus asa. Anak-anak Allah tidak mudah putus harapan. Anak-anak Allah akan lebih bersemangat mengatasi godaan dosa, sebab bagi mereka Allah dan sukacita lebih penting dari semuanya.

Betapa bahagia Yohanes diijinkan untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan Yesus, “Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari
padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku “ (bdk. Yoh. 1:30). Ia bersukacita karena boleh menjadi pelayan Tuhan, kedekatan dengan Yesus justru membuatnya rendah hati dan tahu diri bahwa ia adalah seorang hamba dan berbahagia sebagai seorang yang diutus untuk mempersiapkan kedatangan-Nya.

Ada 2 hal yang bisa kita petik dari bacaan Injil hari ini. Pertama, kita diajak untuk menjadi pribadi yang rendah hati, yang rela memberikan segala yang ada pada kita demi kemuliaan Allah, dengan kesadaran bahwa semua yang kita miliki adalah karena Allah yang Mahamurah. Kedua, kita diajak untuk mengenal dan menyadari kehadiran Allah dalam kehidupan kita, mau diutus dan berani menjadi saksi Yesus, baik dalam pemikiran, tutur kata dan perbuatan kita dalam interaksi dengan sesama (bdk. 1Kor 1:1-3).

Marilah kita berani meneladani sikap Yohanes Pembaptis, menjadi pribadi rendah hati, yang memberikan diri seutuhnya untuk kemuliaan Allah, dan melayani Tuhan dengan penuh keberanian, sukacita dan kegembiraan. “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (lih. Yoh. 3:30). Tuhan memberkati. *** (Suster PIJ)