“Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai.“

Bacaan Injil hari ini mula-mula menampilkan perumpamaan tentang lalang ditengah-tengah gandum. Tuhan amat sabar terhadap manusia. Segalanya diarahkan kepada kebaikan. “Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai:

Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.” (Mat. 13:30)

Bagaimanakah kita merefleksikan kutipan ayat diatas dalam hidup kita sehari-hari di masyarakat?

Kita hidup bersama orang lain dimana setiap orang dipanggil untuk menuju kepada kesucian hidup. Usaha untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan tentu saja mengalami yang namanya jatuh bangun. Janganlah kita menjadi terlalu gegabah begitu saja menuding orang lain sebagai pendosa. Demikian pula kita hidup dalam masyarakat yang ditandai oleh pluralisme agama dan budaya. Gereja Katolik tidak menolak keyakinan iman apapun yang ada di dalam agama-agama tersebut, semuanya adalah benar dan suci. Dengan sikap hormat yang tulus, Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran yang memang  dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkan oleh Gereja sendiri, tetapi tidak jarang juga memantulkan sinar kebenaran yang menerangi semua orang. Namun tentu saja Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus yakni Jalan, Kebenaran dan Hidup.

Sejauh mana kesabaran kita dibuktikan dan diterapkan dalam hidup bersama yang lain?

Tuhan, Engkau sabar dan penuh belaskasih. Ajarlah kami untuk memiliki sikap sabar dan selalu mengandalkan Engkau dalam seluruh perjuangan kami. Amin.
Tuhan memberkati. ***
(Suster PIJ)