“Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.“
Kemuliaan duniawi hanya memberi kesenangan sementara, ketika hati mulai terpikat oleh kemuliaan duniawi komitmen untuk melayani Tuhan dan umat akan meredup. Kedua bacaan Injil dalam perayaan Minggu Palma menunjukkan bahwa kemuliaan dunia memang cepat berlalu.
Ketika memasuki Yerusalem, Yesus disambut dengan antusias dan meriah oleh orang banyak. Mereka berseru-seru, “Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!” (Mat. 21:9) Kemudian kita melihat perubahan situasi yang sangat drastis dimana seruan kekaguman berubah menjadi hujatan kebencian. Ketika diadili oleh Pilatus orang banyak menuntut agar Yesus disalibkan, mereka bahkan mengatakan, ”Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!” (Mat. 27:25).
Dalam perubahan situasi yang drastis itu, kita melihat konsistensi Yesus dalam melaksanakan kehendak Bapa, Yesus tidak terpikat oleh sambutan meriah orang banyak ketika memasuki Yerusalem. Bukan popularitas, kehormatan dan kekuasaan duniawi yang Yesus cari. Yesus tidak menggunakan sambutan orang banyak untuk membentuk gerakan politik untuk mengejar kekuasaan dunia, tetapi mentaati rencana Allah Bapa. Yesus memilih mati disalib untuk menebus dosa manusia. Kisah ini panjang dan memberikan gambaran tentang Allah yang mengasihi umat-Nya secara sempurna dan tiada batas.
Marilah kita mengalami kasih Allah dalam seluruh pengalaman hidup ini. Kesulitan yang panjang juga bisa kita imani sebagai tanda kasih Allah yang panjang juga.
Selamat merayakan Minggu Palma.
Tuhan memberkati.
(Suster PIJ)