PULO GEBANG – Kalimat pada judul diatas adalah pesan penting yang disampaikan oleh Romo Susilo Wijoyo, Pr. pada misa peringatan arwah semua orang beriman yang jatuh setiap tanggal 02 November. Misa di Gereja Santo Gabriel, Pulo Gebang diadakan bersamaan dengan misa biasa pada hari Sabtu pukul 17.00. Sama seperti tahun-tahun yang lalu, umat datang ke gereja membawa foto-foto keluarga dan sahabat yang sudah meninggal dunia, yang hendak didoakan dalam misa itu. Foto-foto itu seperti biasa diatur dengan rapih berjejer dibawah altar. Tahun ini jumlah foto tampaknya jauh lebih banyak daripada tahun sebelumnya.

Berbicara soal kematian, bukanlah sesuatu yang menyenangkan dan membuat nyaman. Namun harus disadari bahwa mau tidak mau, setiap orang akan mengalami dan menghadapinya. Ada yang pergi  dan ada yang ditinggal pergi.

Umat Katolik patut bersyukur, secara khusus setiap tahunnya, gereja di seluruh dunia mengadakan misa peringatan untuk mendoakan semua arwah orang-orang beriman yang telah meninggal dunia. Saat itu, doa dipanjatkan untuk memohon belas kasih Allah bagi mereka yang sudah meninggal dunia.

Doa dipanjatkan, bukan hanya bagi anggota keluarga yang foto-fotonya dibawa pada hari itu, namun juga bagi sahabat, saudara, kenalan yang ada dihati dan pikiran masing-masing. Terutama bagi arwah-arwah yang berada di api penyucian karena mereka semua masih sangat membutuhkan doa-doa dari umat yang masih hidup. Doa ini akan membantu mereka untuk mendapatkan pengampunan dan belas kasih Allah, agar kerinduan mereka untuk segera bersatu dan berjumpa dengan Allah dapat terwujud.

Homili yang dibawakan oleh Romo Susilo pada hari itu mengupas dua hal yakni, bacaan injil yang diambil dari Lukas 19: 1-10 dan tentang tujuan pengenangan arwah orang beriman yang diperingati oleh gereja Katolik pada tanggal 02 November setiap tahunnya. Tentang bacaan dari injil yang menceriterakan Zacheus atau Zakeus seorang kepala pemungut cukai, Romo Susilo mengatakan, Zacheus adalah pendosa karena memperkaya dirinya dengan memeras uang rakyat. Dengan jabatannya yang begitu tinggi itu, Zacheus mau merendahkan harga dirinya sampai rela naik keatas pohon Ara ( karena badannya pendek ) hanya untuk berusaha melihat Yesus ketika dia mendengar bahwa Yesus akan melewati rumahnya. Kerinduannya untuk dapat berjumpa dengan Yesus jauh lebih besar daripada harga dirinya, yang terbalaskan dengan bersedianya Yesus untuk menumpang dirumahnya.

Syukur seorang Zacheus diungkapkan dengan berjanji kepada Yesus untuk memberikan setengah dari harta miliknya kepada orang miskin dan mengembalikan 4x lipat kepada orang yang telah diperasnya. Yesus berkata kepada Zacheus bahwa ada keselamatan dirumahnya pada hari itu juga. Bagi Zacheus dan semua manusia, keselamatan itu lebih penting dari segalanya.

Romo pun mengupas tema yang kedua, yakni tentang makna dan tujuan misa mengenang arwah orang beriman. Ini dimaksudkan agar manusia yang masih hidup didunia lewat ekaristi mengenang arwah orang beriman ini, diingatkan senantiasa untuk selalu berjaga-jaga karena filosofi kematian hanya ada dua : 1. Pasti , artinya semua orang pasti akan meninggal 2. Tidak Pasti, artinya orang tidak tau persisnya kapan dia akan meninggal.

Dua filosofi itu membuat manusia harus selalu berjaga-jaga. Maka gereja mengingatkan umat, setahun sekali setiap tanggal 02 November untuk mengadakan misa ini. Disamping itu, bukan hanya diingatkan oleh gereja, tapi manusia juga diingatkan tentang kematian pada banyak kesempatan lain. Misal saat menghadiri pemakaman saudara, sahabat atau kenalan yang meninggal atau saat datang kerumah duka. Semua manusia harus ingat bahwa semua yang ada pada dirinya selama hidup didunia, hanyalah titipan Tuhan. Hidup cuma sementara, tidak ada yang akan dibawa saat meninggal nanti. Mengenai hal ini Romo Susilo memberi contoh kisah di Alkitab yaitu perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh ( Lukas 12: 13-21 ) dan orang  muda yang kaya raya ( Matius 19: 16-26).

Orang yang sudah dibaptis bersama Yesus akan mati bersama Yesus dan akan bangkit bersama Yesus, hanya Yesuslah yang akan membawa semua manusia untuk sampai pada keselamatan. Karena suatu hari nanti, suatu saat nanti, manusia pasti akan mengikuti jejak orang-orang yang ada difoto yang selalu  didoakan pada misa peringatan arwah orang beriman ini.

Pada orang yang sudah meninggal yang tertinggal hanya perbuatan apa yang banyak dilakukannya didunia. Jika banyak berbuat kejahatan, maka saat meninggal yang akan tertinggal hanyalah ingatan akan kejahatan yang telah dilakukan, demikian pula sebaliknya. Maka, banyak-banyaklah berbuat kebaikan semasa masih hidup didunia ini, maka saat meninggal, yang tertinggal adalah ingatan akan semua kebaikan yang telah dilakukan. Hanya kedua hal itulah yang akan dikenang saat manusia meninggal nanti. Semua perbuatan baik atau semua perbuatan jahat yang telah dilakukan saat masih hidup. Diakhir homilinya, Romo Susilo mengajak umat untuk merenungkan 3 kalimat, “Hidup cuma sekali, setelah itu mati, maka harus berarti.”  Berkah Dalem. (Editor: Ferdinand Lamak, Penulis: Limut, Foto: Limut dan Th. Iwan Darmawan)