VATIKAN – Masih dari Misa lapangan terbuka pada 21 September di Albano, sekitar 20 mil selatan Roma, Paus Fransiskus juga memberikan pesan bagi seluruh umat Katolik, baik bagi mereka yang jarang ke gereja maupun para aktifis gereja Katolik. Mengetahui bahwa mungkin di antara yang menghadiri Misa tersebut, ada orang-orang yang dimaksud, Paus Fransiskus pun mengatakan, “Saudara dan saudariku yang terkasih, jika seperti Zakheus kamu mencari makna dalam hidupmu tetapi tidak menemukannya, jika kamu membuangnya dan menggantinya dengan “cinta pengganti” seperti kekayaan, karier, kesenangan, atau semacam ketergantungan, maka biarkanlah dirimu dilihat oleh Yesus..

“Hanya dengan Yesus kamu akan menemukan bahwa kamu selalu dicintai. Kamu akan merasa tersentuh oleh kelembutan Tuhan yang tak terkalahkan yang menggerakkan dan menginspirasi hatimu,” ungkapnya sebagaimana dikutip dari vaticannews.va.

Meskipun Paus tidak berbicara secara khusus tentang hari raya Santo Matius dan pengalamannya yang luar biasa tentang rahmat Tuhan selama pengakuan dosa pada hari raya 21 September tahun 1953, namun itu jelas ada dalam pikirannya. Bahkan semboyan uskupnya, “Miserando atque eligendo” (karena dia melihatnya melalui mata belas kasihan dan memilihnya) itu, berasal dari homili tentang panggilan Injil St Matius oleh St Bede Yang Mulia abad ke delapan.

Di Albano itu, Paus Fransiskus mengatakan bahwa setiap pertobatan dimulai dengan pencurahan kasih dan belas kasihan Tuhan. Jika belas kasihan dan cinta itu bukan sumber pertama untuk segala sesuatu yang dilakukan paroki, maka, “Kita berisiko membuat iman menjadi duniawi, menyulitkannya, mengisinya dengan yang tidak penting.”

“Kamu tidak perlu menjadi orang Kristen yang rumit yang menguraikan ribuan teori dan tersesat mencari jawaban online,” katanya.

Mereka yang telah mengalami belas kasihan Tuhan dan aktif dalam kehidupan paroki harus melakukan yang terbaik untuk memastikan gereja-gereja mereka menjadi tempat di mana orang lain dapat merasakan belas kasihan dan kasih Allah. “Sayangnya, komunitas-komunitas kita menjadi asing dan tidak menarik bagi banyak orang,” katanya.

“Terkadang kita menyerah pada godaan untuk menciptakan kelompok tertutup, ruang yang ekslusif di antara orang-orang pilihan. Kita selalu berpikir kita orang terpilih, elit.”

Tetapi Yesus ingin semua orang mengetahui kasih-Nya yang menyelamatkan dan itu berarti berusaha membantu mereka yang merasa tidak layak atau tidak disukai atau yang telah menjauh “karena seorang imam memperlakukan mereka dengan buruk,” kata paus.

Yesus ingin Gereja-Nya menjadi “tenda yang ramah,” di mana setiap orang dapat bertemu dengan-Nya. (Penulis: Ferdinand Lamak)