PULO GEBANG – Sesuai tradisi umat Katolik, setiap 02 November, dirayakan peringatan arwah semua orang beriman. Inti dari perayaan ini adalah  untuk mengenang mereka yang telah meninggal dunia namun masih berada di api penyucian. Arwah-arwah ini sangat membutuhkan doa-doa dari semua umat beriman yang masih menjalani penziarahan hidup  didunia ini. Oleh karena itu, selama bulan November umat diajak untuk berdoa memohon kerahiman Allah atas mereka yang sudah meninggal dunia. Bahkan doa indulgensi dan novena 9 hari untuk arwah pun sudah dimulai dari tanggal 01 November baik secara pribadi maupun dalam kelompok-kelompok komunitas.

Di Paroki Pulo Gebang, peringatan arwah semua orang beriman dipersembahkan dalam ekaristi yang dipimpin oleh Romo Susilo Wijoyo, Pr. Misa diadakan bersamaan dengan Misa Jumat Pertama dimulai pada pukul 19.00. Umat yang hadir membawa serta foto orang-orang yang mereka kasihi yang ingin mereka doakan dalam misa tersebut, dan dibantu petugas, foto-foto tersebut diletakkan dengan rapih berjejer pada undakan tangga dibawah meja altar.

Pemandangan ini mengharukan, melihat banyaknya foto yang dipajang, menyadari bahwa orang yang dikasihi telah meninggalkan dunia ini, sedih bahwa kerabat hanya bisa menatap fotonya namun sekaligus ada rasa syukur bahwa sebagai orang Katolik, secara khusus dapat mengenang dan mendoakan mereka dalam sebuah perayaan misa, doa indulgensi dan novena untuk arwah mereka.

Hari kenangan dan peringatan ini pun sekaligus memberikan penghiburan rohani bagi kita, bahwa kelak kitapun akan berjumpa kembali dengan orang-orang terkasih yang telah mendahului kita, untuk bersama memuji dan memuliakan Allah dalam persekutuan semua orang kudus karena kita pun akan pulang kerumah Bapa, dan kita percaya bahwa hidup atau mati, kita tetap milik Allah.

Dalam homilinya, Romo Susilo mengatakan bahwa peristiwa kematian itu adalah sesuatu yang pasti yang akan kita terima. Dengan gaya guyonnya Romo Susilo juga mengatakan bahwa kita semua ini adalah calon arwah..”Kalau ada yang bercita-cita, mau jadi ini, mau jadi itu, belum tentu terkabul loh… Tapi kalo bercita-cita mau jadi arwah itu pasti terkabul,” ungkapnya berguyon.

Dibalik guyonan itu terselip suatu makna realita kehidupan yang mau tidak mau, suka atau tidak suka, pada saatnya semua manusia akan menghadap Tuhan melalui apa yang disebut sebagai kematian.

Diakhir homili, ia mengajak semua umat untuk senantiasa berjaga-jaga, lewat pertobatan dalam hidup dan lebih mendekatkan diri kepada Allah selama masih ada kesempatan, agar siap jika saatnya sudah tiba. “Karena kita tidak pernah tahu kapan saatnya, meninggal itu gak pake urutan, ngacak dan datangnya gak bilang-bilang,”  begitu pesan Romo Susilo.

Karena berbarengan dengan Misa Jum’at Pertama, maka diadakan juga adorasi, penyembahan kepada Sakramen Maha Kudus sebelum misa diakhiri. Rangkaian Misa Peringatan Arwah sekaligus Misa Jum’at Pertama tersebut selesai pada pukul 20.15.

Umat dengan tertib, mengambil foto-foto keluarga dari bawah altar, untuk dibawa pulang kembali, dengan penuh iman dan percaya bahwa hanya itulah salah satu wujud kasih yang dapat dilakukan untuk orang-orang terkasih yang telah pergi. Mendoakan mereka sesering mungkin terutama pada saat seperti itu.

Semoga semua arwah orang beriman (khususnya orang-orang yang dikasihi) mendapatkan kedamaian kekal dan cahaya wajah Kristus menerangi mereka. (Penulis dan Foto: Triesly Lily Imut / Editor: Ferdinand Lamak)