Dalam rangka memperingati HUT RI ke 76, WKRI Cabang St Gabriel mengadakan aneka macam lomba, diantaranya lomba menghias tumpeng kemerdekaan RI ke 76.

Lomba yang diadakan oleh pengurus Cabang bertema “Kemerdekaan dalam arti luas“. Tema ini bertujuan menggali talenta serta mendorong Wanita Katolik seluruh ranting agar berani tampil, mengaktualisasikan hobynya, kemerdekaan berkreasi serta peran dalam ketahanan pangan.

Dalam lomba tumpeng kali ini, panitia memberikan kriteria menantang bagi para peserta antara lain : budget paling banyak Rp 100,-, memanfaatkan sayuran atau hewan yang dipelihara.

Karena masih di masa pandemic, dewan juri akan menilai proses pembuatan hingga hasil karyanya melalui video yang dikirimkan peserta.

Kepengurusan Wanita Katolik Republik Indonesia yang berumur 97 tahun dan kepengurusan Cabang Gabriel yang hampir seperampat abad atau 24 tahun, menempa kegigihan para peserta.

Kegigihan peserta lomba dalam menghias tumpeng diceritakan antara lain :

Pemenang 1. Ranting Yohanes Pembaptis (Wilayah 10 dan 11, Ketua : Kingkin).

‘Ketika akan menangkap lele sebagai pelengkap tumpeng, lelenya licin sulit ditangkap. Maklum biasanya bapak-bapak yang menangkap lele dari kolam. Padahal hanya mengambil beberapa lele saja akhirnya air di kolam terpaksa dibuang. Suara teriakan proses penangkapan lele seperti menonton TV  penangkapan penjahat yang kabur saat ditangkap. Hiruk pikuk antara gembira, takut, geli dan tertawa menjadi pemandangan yang cukup mengocok perut. Kingkin yang bertugas memasak nasi mempunyai ide membuat nasi berwarna merah putih supaya seperti bendera Indonesia. Atas pertimbangan sehat dan asli, dipakailah perasan air umbi bit ke dalam aronan nasi. Setelah nasi matang, ternyata  nasinya tidak berwarna merah, namun berwarna coklat putih’.

 

Pemenang 2. Ranting Kristoforus (Wilayah 5, Ketua :  Margaretha Heru Winarsih)

‘Hiruk pikuk dan kebingungan terjadi ketika akan menangkap ayam. Sri, pemilik ayam, bingung  harus menangkap dari kaki atau sayapnya, pun saat akan menyembelih ayam. Lama ayam hanya dipandang saja, meski ayamnya teriak teriak “keok keok keok“ sepertinya tahu kalau mau disembelih. Setelah masakan siap dihias, proses menghias tumpeng dilakukan di sebuah taman terbuka  komplek Royal Residence yang berada di wilayah 5. Para suami dan anak-anak  antusias membantu mengangkut masakan yang akan di hias di ruang terbuka. Seperti akan mengadakan pesta di taman, meja di tata secantik mungkin kemudian beberapa ibu-ibu mulai menata tumpeng. Terlalu konsentrasi dan kesibukan  dalam menyiapkan tumpeng, ketika akan di video, para ibu baru menyadari bahwa beberapa tidak mengenakan sepatu seperti yang telah disepakati. Walau hanya memakai sandal tetap gembira dan bersemangat. Bahkan dengan kegiatan seperti ini memunculkan ide, dilain waktu ingin mengadakan kegiatan seperti ini, kumpul di ruang terbuka membawa makanan secara gotong royong’.

Pemenang 3. Ranting Petrus (Wilayah 1, Ketua : Emanuella Haryati)

‘Untuk menjaga keamanan di masa pandemi Covid, ranting ini hanya terdiri dari 3 orang saja untuk persiapan menghias tumpeng. Terlalu bersemangat untuk menyiapkan lomba, ketika memetik daun singkong  dan cabe di kebun yang berada di samping selokan, Ester hampir tercebur ke selokan. Saat memangkas daun pisang pun, Ester tidak bisa menjangkau daun pisang yang tinggi. Beruntung ada beberapa pohon pisang yang lebih rendah. Proses menghias tumpeng dilakukan di rumah Lia, adalah Ninuk yang memiliki ketrampilan menghias telur menjadi seperti anak ayam. Rasa dari tumpeng dan seluruh pelengkapnya tidak diragukan lagi, seperti komentar beberapa orang yang mendapatkan hantaran nasi tumpengnya’.

 

Lomba yang awalnya hanya sebuah obrolan singkat antara Lily Wicaksono (ketua bidang kesra) dan Henny Gunawan (Ketua WKRI Cabang) adalah impian bak sepotong ranting, menjadi  kenyataan yang menggembirakan. Bahkan memunculkan pengharapan baru dari ranting-ranting yang mengikuti lomba.

Semoga karya Wanita Katolik Cabang St. Gabriel bisa menginparasi keluarga keluarga di manapun untuk tetap ulet, tangguh, pantang menyerah, mempunyai ketahanan pangan di keluarga masing-masing. Dengan impian sepotong ranting menumbuhkan  karya dan semangat  tiada tara.

 

Penulis : Senorita (Humas Cabang)