ROSARIO LAUDATO SI (Hari Bumi) bersama RM. ANDANG L. BINAWAN, SJ, Rabu 22 April 2020 pukul 21:00 dari Katedral Jakarta.

Text doa dapat dilihat di http://bit.ly/RosarioLaudatoSi

ROSARIO LAUDATO SI

PERISTIWA GEMBIRA PERTAMA:
Maria Menerima Kabar Gembira dari Malaikat Gabriel.

Salam hai engkau yang dikaruniai, Tuhan me­nyertai engkau; jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendak­lah engkau menamai dia Yesus. (Luk 1:28b,30b-31).

Kabar gembira Allah yang mau datang ke dunia mengingatkan kembali pada kita bahwa pada dasarnya seluruh alam ciptaanNya baik adanya, dan manusia diciptakan sebagai gambar dan rupaNya yang sungguh amat baik (Kej. 1:26-31). Allah mau terus menyapa ciptaanNya, memperbaiki segala kerusakan dan ter­putusnya hubungan-hubungan yang diakibatkan oleh dosa manusia. Dalam peristiwa ini, kita melihat teladan Maria yang mau berperan-serta menjadi hamba Allah, menjadi ‘jembatan penghubung’ antara Allah dan dunia.

Mengikuti teladan Maria, setiap pengikut Kristus, yang pada dasarnya juga punya kehendak baik, diajak untuk terlibat dalam karya penebusan itu, memperbaiki hubungan manusia dan alam yang retak dan rusak.Meneladan Maria menjadi hamba berarti ikut aktif me­melihara alam ciptaan-Nya, bukan menjadi penguasa yang hanya mengambil manfaat dan merusak bumi.

Di Indonesia ini, kita sungguh bersyukur atas ke­kayaan alam yang luar-biasa, meski sekarang banyak yang sudah rusak. Karena itu, mari kita mohon agar bisa menjadi ‘hamba Allah’ seperti Maria, berperan-serta “melindungi alam dan saudara-saudarinya yang paling rentan,” dan memelihara taman dunia.

PERISTIWA GEMBIRA KEDUA:
Maria Mengunjungi Elisabet, Saudarinya.

Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai Ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? (Luk1:42-43)

Sesudah menerima kabar gembira dari malaikat Ma­ria segera pergi mengunjungi Elisabeth, saudaranya. Mereka bersaudara, sehingga mau saling berbagi dan sa­ling menguatkan dalam tugas yang berat. Persaudaraan Maria dan Elisabet tentunya mengingatkan kita pada kata-kata St. Fransiskus Asisi bahwa semua manusia bahkan semua makhluk adalah saudara sebagai anak-anak Allah Bapa yang sama. Seharusnya hidup dalam harmoni, dengan Tuhan, sesama, dan alam.

Pun, seperti Maria, kita seharusnya tidak hanya diam namun bergerak. Kita perlu saling menyapa dan mendukung. Panggilan untuk terlibat dalam kar­ya keselamatan dan penebusan dunia tidak bisa di­laksanakan sendirian. Kita perlu melibatkan semua pihak. Kita bergandeng tangan dan bergerak bersama. Warta keselamatan Allah memang memerlukan gerak dan dialog bersama, apalagi karena terkait dengan keselamatan bumi sebagai rumah bersama. Dialog dan kerjasama dalam lingkungan lokal, nasional, maupun
global sangat diperlukan. Dialog meliputi dialog ilmiah,dialog budaya, dialog politik, dan tentunya dialog iman dan karya serta agama dengan ilmu.

Di sekitar kita, banyak orang juga mau men­­­jaga bumi seisinya. Karena itu, bersama Bunda Maria kita mohon agar bisa bekerjasama dengan siapa pun yang berkehendak baik untuk meme­lihara bumi rumah kita bersama ini.

PERISTIWA GEMBIRA KETIGA:
Yesus Dilahirkan di Bethlehem

Maria melahirkan seorang anak laki-laki, lalu dibungkusnya dengan kain lampin dan diba­ringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. (Luk 2:7)

Dengan lahir di dunia, Yesus mau menyapa secara dekat dan nyata dunia ciptaan Bapa yang begitu berharga. Ia bukan hanya mau menyapa manusia, me­lainkan juga seluruh penghuni bumi. Dengan datang dan hadir di dunia, “Yesus mengangkat kembali iman alkitabiah akan Allah Sang Pencipta, sambil menekan­ kan suatu kebenaran mendasar: Allah adalah Bapa (lih.Mat. 11:25). Dalam percakapan dengan murid-murid-Nya, Yesus mengundang mereka untuk mengenali hu­bungan kebapaan yang dimiliki Allah dengan semua makhluk.” Pun, dengan lahir di dunia, “Satu Pribadi Allah Tritunggal masuk ke dalam dunia ciptaan dan menjalani nasib-Nya bersama alam ciptaan itu sampai di kayu salib
dan bekerja secara tersembunyi di seluruh realitas alam tanpa meniadakan otonominya.”

Ia pun mau mengajarkan bahwa semua mempu­nyai martabat karena diciptakan oleh Allah sebagai Ba­pa yang sama dan setiap makhluk adalah wujud kelembut­ an hati Bapa yang memberinya tempat di dunia. Bahkan kehidupan sekilas dari makhluk yang paling hina adalah objek cinta-Nya, dan dalam beberapa detik hidupnya ia dirangkul dalam kasih sayang-Nya.

Sebagai ucapan syukur, mari kita berdoa: “Putra Allah, Yesus, segala sesuatu diciptakan melalui Eng­kau. Engkau dibentuk dalam rahim Maria, Engkau telah menjadi bagian dari bumi ini, dan Engkau telah melihat dunia dengan mata manusia. Sekarang ini Engkau hidup dalam setiap makhluk dengan kemuliaan kebangkitan-Mu. Terpujilah Engkau!”

PERISTIWA GEMBIRA KEEMPAT:
Yesus Dipersembahkan dalam Bait Allah.

Simeon berkata pada Maria, sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan
perbantahan. Kelak suatu pedang akan me­nembus jiwamu sendiri.(Luk 2:34-35)

Keluarga Kudus memenuhi tradisi Yahudi dengan memberikan persembahan sebagai ucapan terima kasih kepada Tuhan. Rasa suka cita itu pula yang perlu kita kembangkan karena kita telah diberi begitu banyak anugerah melalui ciptaan Tuhan. Seluruh alam adalah tanda kasih Allah. Selain itu, dengan dipersembahkan di Bait Allah, Yesus juga mau menunjukkan kepada kita bahwa Ia sungguh mau mempersembahkan diri untuk dunia, untuk bumi dan seluruh isinya, termasuk manusia. Bersama Maria dan Yosef, Yesus mengundang
kita juga untuk memperhatikan keindahan yang ada di dunia dengan rasa takjub. Adapun Yesus sendiri terus-menerus menjalin relasi dan memberikan perhatian penuh kasih sayang pada alam.

Kemudian, Ia pun mau memberi teladan bagaimana hidup penuh harmoni dengan dunia ciptaan dengan bekerja dalam kesederhanan, sehingga orang-orang heran: “Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?” (Mat 8:27). Ia tidak tampil sebagai petapa yang terpisah dari dunia, atau orang yang memusuhi hal-hal yang menyenangkan dalam hidup.”

Mari kita mohon agar mampu selalu bersyukur atas anugerah alam raya, khususnya di Indonesia ini, dan menjaga harmoni dengannya. Kita bersyukur atas anugerah air, udara, tanah, pepohonan, juga binatang-binatang di sekitar kita.

PERISTIWA GEMBIRA KELIMA:
Yesus Ditemukan dalam Bait Allah.

Mengapa kamu mencari Aku? Tidaklah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam Rumah Bapa-Ku? Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka (Luk 2:49-50).

Peristiwa ini mengingatkan kita tentang hal yang bia­sa terjadi karena salah faham atau sesuatu kekeliruan, juga dalam hidup beriman. Maria dan Yoseph mengira bahwa Sang Putra yang tercinta adalah ‘milik’ mereka, sehingga harus mencari Yesus. Di sini kita juga diingatkan bagaimana manusia juga sering membuat kekeliruan, terutama ketika melihat bumi adalah ‘milik’nya saja.Kekeliruan cara pandang itu membuat kita juga pernah salah menafsirkan Kitab Suci. Kita menafsirkan perintah untuk menguasai bumi dengan lebih banyak merusak, padahal seharusnya memeliharanya. Manusia juga me­ngira bahwa tujuan semua makhluk diciptakan ada­ lah untuk manusia, padahal seharusnya semua saling mendukung dan bersama-sama menuju titik akhir yang sama, yang adalah Allah sendiri.

Di situlah kita diingatkan oleh kata-kata Yesus kepada Maria dan Yoseph, Aku harus ada di rumah Bapaku (Luk 2:49). Dengan itu, Yesus mengingatkan kita agar sungguh mengikuti kehendak Bapa, melihat dunia dengan kacamata Allah Bapa, dan menyadari panggilan “untuk menjadi rekan kerja Allah Bapa agar planet kita menjadi apa yang Dia inginkan ketika Ia menciptakannya, dan agar bumi memenuhi rencana-Nya yaitu perdamaian, keindahan dan keutuhan.”

Mari kita syukuri panggilan untuk menjadi mitra penciptaan Allah, dan mohon kekuatan kehendak agar mampu memelihara bumi seisinya seturut kehendak Bapa, Allah Pencipta. Kita mohon keterbukaan hati agar lebih memahami kehendakNya itu.

PERISTIWA CAHAYA PERTAMA:
Yesus Dibaptis di Sungai Yordan

Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah turun seperti burung merpati dan hinggap di atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari surga yang mengatakan: “Inilah Anak-Ku yang terkasih, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Mat. 3:16-17)

Yesus bersedia dibaptis untuk menunjukkan kepada kita bahwa Ia pun mau mengikuti kehendak Allah Bapa dalam hidup-Nya. Yesus adalah jalan yang perlu kita ikuti. Karena itu, pembaptisan Yesus juga mengingatkan kita akan pembaptisan kita, yang berarti janji dan niat untuk mengikuti jalan Yesus, jalan pertobatan dan ke­ mudian mengikuti kehendak Bapa. Sudah cukup jelas bagi kita bahwa mengikuti kehendak Bapa antara lain ikut memelihara bumi sebagai rumah bersama.

Yesus dibaptis dengan air karena air mempunyai makna simbolis yang kaya. Air bukan hanya untuk kebersihan, tetapi simbol kehidupan dan kesuburan. Air bersih sangat dibutuhkan untuk kehidupan manusia 16dan untuk mendukung seluruh ekosistem, sehingga membutuhkan perhatian yang sangat serius mengingat segala macam persoalannya, dari polusi, kelangkaan, maupun monopoli perdagangannya. Nilai tinggi air itu ditingkatkan lebih lagi oleh Yesus ketika memilih untuk dibaptis dengan air. Kita sendiri pun dibaptis dengan air dan Roh Kudus menjadi anak-anak Allah. Tentunya, sangat bertentangan dengan janji baptis kita apabila kita masih membuang-buang air serta turut mencemarkan air, sungai, danau, dan laut dengan membuang sampah dan mengalirkan limbah rumah tangga dan industri ke sungai-sungai.

Mari kita syukuri anugerah air yang dalam hidup kita, dan mohon agar kita mampu menghargai air dengan benar serta memperhatikan kepentingan orang dan makhluk lain. Kita berusaha menghemat air dan tidak mengotori sumber-sumber air.

PERISTIWA CAHAYA KEDUA:
Yesus Menyatakan Diri-Nya dalam Pesta Pernikahan di Kana

Pemimpin pesta berkata kepada mempelai laki-laki, “Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.” (Yoh 2:9-10)

Sama seperti pada pesta perkawinan di Kana, di mana orang menghabiskan anggur yang baik dahulu, demikian juga selama setengah abad terakhir banyak orang berlomba untuk cepat menghabiskan “anggur ter­baik”, yakni sumber daya alam, untuk mendapat ke­ senangan dan keuntungan cepat. Karena itu, generasi mendatang dan juga makhluk ciptaan lain hanya akan diwarisi bumi tanpa sukacita sebab ‘anggurnya’ sudah habis.

Hal itu tentu berlawanan dengan cara Allah yang mengembangkan bumi yang semakin kaya dan beraneka ragam hayati. Karena itu kita diundang untuk kembali kepada pengembangan dunia dan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan, yang juga bisa diwariskan dengan baik kepada generasi yang akan datang. Sama 18seperti sang mempelai Kristus, kita diminta semakin bijak mengelola alam bumi ciptaan-Nya agar ‘anggur yang baik’ masih terus terjaga kelestariannya bagi mereka yang datang kemudian.

Mari kita syukuri bumi Indonesia yang kaya dan indah ini. Kita syukuri keluarga, orang-tua, serta anak-cucu kita. Mari kita bangun niat untuk bisa mewariskan bumi yang baik kepada anak-cucu kita itu. Mereka juga mempunyai hak hidup yang layak, yang menjadi tanggung-jawab kita juga.

PERISTIWA CAHAYA KETIGA:
Yesus Memberitakan Kerajaan Allah dan Menyerukan Pertobatan

Sesudah Yohanes ditahan, datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Mrk. 1:15)

Dalam banyak kesempatan, datangnya Kerajaan Al­lah dijelaskan dengan bagus oleh Yesus dengan menceritakan perumpamaan tentang alam yang sarat pesan ilahi. Hal Kerajaan Surga itu diumpamakan dengan gandum di tengah ilalang, juga dengan biji sesawi yang akan tumbuh dan berbuah. Kerajaan Allah antara lain tampak dalam harmoni, keadilan, persaudaraan, dan perdamaian dengan seluruh ciptaan. Warta Kerajaan Allah juga mengingatkan kita akan keselarasan hidup manusia yang didasarkan pada tiga hubungan dasar:
hubungan dengan Allah, dengan sesama, dan dengan bumi.

Mengapa Yesus mengajak kita bertobat? Sangatlah jelas bahwa cita-cita harmoni itu masih jauh sekali dari hidup manusia. Manusia hanya mementingkan di­rinya. Manusia memutuskan keterhubungan dan ke­ 20salingtergantungan antarciptaan. Karena itu, setiap perusakan kita terhadap hutan, keanekaragaman hayati,air. dan udara berarti juga menolak datangnya Kerajaan Allah, dan itu berarti dosa melawan Tuhan. Supaya Kerajaan Allah hadir di atas bumi, kita perlu melakukan pertobatan ekologis.

Mari sejenak kita lihat alam di sekitar kita apakah sudah ada keharmonisan sebagai ciri Kerajaan Allah seperti dikehendaki-Nya? Terutama di kota-kota, uda­ra kotor. Air terpolusi. Sampah bertebaran. Pun, hutan-hutan di­gunduli. Bumi dikeruk habis-habisan. Sudahkah kita melakukan upaya pelestarian alam tidak hanya sebatas semboyan tetapi berwujud nyata seperti dalam gerakan menanam pohon, mengurangi sampah plastik?

Mari kita mengikuti seruan Yesus untuk bertobat dari dosa-dosa ekologis yang selama ini kita lakukan.

PERISTIWA CAHAYA KEEMPAT:
Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya

Di sebuah gunung yang tinggi Yesus dan tiga murid-Nya sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya ber­
cahaya seperti matahari dan pakaian-Nya men­ jadi putih berkilauan. (Mat. 17:1-2).

Dalam perjalanan ke Yerusalem, tempat penderita­ an dan kematian Yesus, ditampakkan kepada tiga murid kemuliaan yang akan diberikan kepada Yesus sesudah kebangkitan-Nya. Kemuliaan-Nya menjadi tam­pak dengan bantuan alam ciptaan: di atas gunung yang tinggi, bercahaya seperti matahari, suara dari dalam awan yang terang. Memang, alam ciptaan akan berperan serta di akhir zaman ketika Kristus akan menjadikan segala sesuatu (!) baru, di langit dan bumi yang baru (Why 21:1,5). Saat itu Kristus akan menyerahkan se­gala sesuatu (!) kepada Bapa, supaya “Allah menjadi semua dalam semua” (1Kor 15:28). Kita dipanggil untuk mengantar seluruh alam ciptaan kepada kepenuhannya dalam Allah.

Kemuliaan Yesus ini pun memberi tanda kepada kita agar selalu mempunyai “kesadaran bahwa setiap makhluk mencerminkan sesuatu dari Allah dan mem­bawa pesan untuk kita telaah”. Kristus pun “hadir dalam setiap makhluk, melingkupinya dengan kasih-sayang-Nya dan menembusinya dengan cahaya-Nya.” Ia “menuliskan di dalamnya tata tertib dan dinamisme, dan manusia tidak berhak untuk mengabaikan hal itu.”

Mari kita renungkan bahwa “manusia yang di­berkati dengan kecerdasan dan cinta, serta ditarik kepada kepenuhan Kristus, dipanggil untuk mengantar semua makhluk kembali kepada Pencipta mereka.” Apakah kita sudah menyadari bahwa Kristus juga me­nyelamatkan semua makhluk ciptaan, bukan ha­nya ma­nusia saja, dan kita dipanggil untuk ‘memimpin’ me­reka kepada keselamatan Kristus?

PERISTIWA CAHAYA KELIMA:
Yesus Menetapkan Ekaristi

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang ma­kan, Yesus mengambil roti, mengucap syukur,memecah-mecahkannya lalu memberikannya ke­pada mereka dan berkata, “Ambillah, inilah
tubuh-Ku.” Sesudah itu Ia mengambil cawan,... dan berkata kepada mereka, “Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang.” (Mrk 14:22-24)

Ekaristi, dalam bahasa Yunani, pada dasarnya ber­arti ungkapan terima-kasih. Kita bersyukur karena su­dah menerima kasih Allah, terutama karena Yesus menjadi santapan rohani kita, juga meresapi dunia. “Dalam Ekaristi, dunia ciptaan menemukan keagungannya yang tertinggi. Allah yang telah menjadi manusia, menjadikan diri-Nya santapan bagi makhluk ciptaan-Nya.” Dengan Ekaristi, Yesus “yang menjelma dan yang hadir dalam Ekaristi, menyatu dengan seluruh alam raya mengucap syukur kepada Allah. Ekaristi merupakan tindakan kasih kosmik, karena menyatukan langit dan bumi, merangkul dan meresapi seluruh ciptaan.”

Selain itu, mari kita ingat bahwa Ekaristi adalah pelajaran kasih, pelajaran untuk berbagi. Dengan Eka­risti, Yesus mengajak kita untuk berbagi dengan sesama,berbagi makanan, berbagi pengetahuan, berbagi harapan di atas bumi sebagai rumah bersama, juga berbagi pada segala makhluk, agar kita terbebas dari ketamakan. Pun, dengan itu, Ekaristi yang kita lakukan pada hari Minggu, hari istirahat, bisa “memancarkan cahayanya bagi seluruh minggu dan mendorong kita untuk lebih mengusahakan perlindungan dan pelestarian alam dan kepedulian pada kaum miskin.”

Mari kita bersyukur atas rahmat Ekaristi yang kita terima selama ini. Kita syukuri makanan rohani yang mendorong kita untuk peduli pada penderitaan sesama dan rusaknya bumi ini. Mari kita mohon agar kita pun bisa berbagi dan hidup selaras dengan segala ciptaan Allah di atas bumi.

PERISTIWA SEDIH PERTAMA:
Yesus Berdoa dalam Sakrat Maut

kepada Bapa di Taman Getsemani Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau berkenan, ambilah cawan ini dari hadapan-Ku, tetapi janganlah menurut kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu
yang terjadi.(Mat 26:39).

Doa Yesus di Taman Getsemani jelas menunjukkan bahwa Ia mendahulukan kehendak Allah Bapa di surga dibandingkan kehendak-Nya sendiri. Hal ini mengingatkan kita agar juga berani menjadi “instru­ men Allah Bapa agar planet kita menjadi apa yang Dia inginkan ketika Ia menciptakannya, dan agar bumi me­menuhi rencana-Nya yaitu perdamaian, keindahan, dan keutuhan.” Seluruh ciptaan di alam semesta adalah milik Allah. Bumi ini juga milik Allah. Apakah kita manusia yang diciptakan Allah untuk mengelola dan merawat seluruh isi bumi (Kej 2:15) sudah menjalankan tugas kita?

Saat ini ibu bumi atau saudari kita ini sedang me­rintih kesakitan, dan dalam bayang-bayang ke­han­cur­an,26seperti juga Yesus yang merintih. Bumi merintih kare­na kerusakan yang kita timpakan dan lakukan kepada­ nya. Udara, tanah, dan air diracuni berbagai limbah dan polusi. Kita membuang sampah sembarangan. Lautan dan sungai sudah menjadi lautan dan sungai sampah.Planet bumi bahkan sudah menjadi planet plastik kare­na begitu banyaknya sampah plastik. Meneladan pada Yesus, kita diminta melakukan pertobatan batin yang mendalam, yang terwujud pada pertobatan ekologis.

Mari kita bertobat dengan mengubah cara hidup atau kebiasaan-kebiasaan kita agar mampu merawat bumi supaya tetap bersih dan indah, seperti misalnya kebiasaan menaruh sampah pada tempatnya, memelihara ta­naman, dan juga kebiasaan hemat air serta listrik.

PERISTIWA SEDIH KEDUA:
Yesus Didera

Mereka memukul kepalanya-Nya dengan buluh,dan meludahi-Nya dan berlutut menyembah-Nya. Sesudah mengolok-olok Dia, mereka me­nanggalkan jubah ungu yang dipakai-Nya dan
mengenakan lagi pakaian-Nya kepada-Nya. (Mrk 15:19-20a).

Ketika kita mengikuti St. Paulus yang mengatakan bahwa “kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Allah memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di surga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus” (Kol 1:19-20), menjadi jelas bahwa saat ini pun Yesus didera dan merintih kesakitan ketika kita menyakiti dan merusak bumi dan segala isinya dengan gaya hidup kita. “Kejahatan terhadap alam adalah dosa terhadap diri kita sendiri dan dosa terhadap Allah”. Apakah kita sadar bahwa gaya hidup kita menyakiti Allah Sang Pencipta semesta alam?

Gaya hidup yang menyakiti bumi dan segala isi­nya adalah budaya gampang membuang. Sangat sering kita menggunakan piring, gelas, sendok, garpu, dan sedotan plastik sekali pakai yang langsung dibuang menjadi 28sampah. Kita membuang banyak makanan padahal membuang makanan sama saja dengan mencurinya dari orang miskin dan kelaparan. Tidak hanya barang. Tak jarang, kita pun suka ‘membuang’ atau mengucilkan orang yang tidak kita sukai karena perbedaan suku, agama, pilihan politik, dan perbedaan lainnya.

Mari kita bertobat dengan mengusahakan persau­daraan sejati dengan semua orang, dengan berusaha meng­habiskan makanan yang kita ambil dan mau berba­gi makanan dengan mereka yang miskin dan kelaparan. Mari kita juga berusaha mengurangi pemakaian barang sekali pakai yang biasanya langsung dibuang, seperti kantong plastik dan kemasan-kemasan makanan-mi­numan.

PERISTIWA SEDIH KETIGA:
Yesus Dimahkotai Duri

Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruh di atas kepala-Nya. Kemudian mereka mulai memberi hormat kepada-Nya, katanya, “Salam, hai raja orang Yahudi.”
(Mrk 15:17-18).

Yesus dimahkotai duri berarti Ia dihina meski seo­lah-olah dihormati. Tak jarang, sikap dan pilihan hidup kita, yang seolah menghormati Allah, justru menghina-Nya. Lihatlah, ketika kita memanfaatkan sumber-daya alam dalam ketamakan atau keserakahan, kita bukan memuji dan menghormati-Nya, melainkan memahkotai-Nya dengan duri! Manusia telah ‘dimahkotai’ dengan akal budi untuk bisa hidup dengan baik bersama selu­ruh ciptaan di atas bumi. Sayangnya, sekarang ini, akal budi yang telah dikembangkan dalam ilmu pengeta­hu­an dan teknologi, justru berkembang salah arah, merusak keutuhan ciptaan. Manusia menjadi sombong dan congkak.

Lihatlah, saat ini isi bumi dijarah dengan kegiatan penambangan yang tidak bertanggungjawab. Hutan digunduli dan dibakar, sehingga asapnya menyebabkan banyak orang sakit. Kawasan hutan dan alam yang berguna untuk sumber makanan, obat dan berbagai manfaat, dirusak, dan binatang-binatang pun kehilangan tempat tinggal. Bumi pun makin panas dan iklim berubah. Itulah akibat dari cara berpikir ekonomis jangka pendek yang keliru. Itulah mahkota duri Yesus saat ini.

Mari kita bertobat dengan mengubah cara berpikir kita yang lebih suka akan keuntungan diri yang sesaat. Mari kita juga berusaha mewujudkannya dengan sung­guh menjaga kelestarian hutan dan alam dengan gunung-gunung, lembah dan sungai-sungainya. Mari kita pelihara juga tanaman-tanaman yang ada di sekitar kita dan tidak semena-mena pada binatang-binatang yang ada.

PERISTIWA SEDIH KEEMPAT:
Yesus Memanggul Salib-Nya

Sambil memikul salib-Nya, Ia pergi keluar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, yang dalam bahasa Ibrani disebut Golgota.(Yoh 19:16b).

Sampai saat ini Yesus masih memanggul salib kita,memanggul dosa manusia karena manusia tidak pe­duli pada alam dan sesama. Manusia terus saja egois, serakah, hanya berpikir untuk mencari apa yang menguntungkan dan menyenangkan dirinya sendiri saja. Sangatlah jarang orang yang mau sungguh merawat bumi dan segala isinya agar tetap bersih, indah, dan baik serta dapat menunjang kehidupan anak-anak dan generasi yang akan datang.

Ada tiga antroposentrisme modern yang disebut Paus Fransiskus, yang menjadi sumber keserakahan baru. Hal itu bisa kita refleksikan sebagai tiga hal yang membuat Yesus sungguh terbebani dan membuat-Nya jatuh tiga kali. Yang pertama adalah relativisme praktis, yaitu suatu sikap dan cara pandang yang meng­anggap bahwa segala sesuatu yang tidak langsung me­layani kepentingannya sendiri itu tidak penting. Yang kedua adalah melihat pekerjaan semata-mata untuk menda­pat keuntungan ekonomi, bukan untuk pengembangan diri dan pemeliharaan bumi. Yang ketiga adalah tek­nologi biologis (misal rekayasa genetika) yang tidak memperhatikan etika kehidupan dan melulu untuk ke­
pentingan sekelompok orang.

Mari kita bertanya pada diri: sampai kapan kita ber­kubang dalam egoisme dan keserakahan kita, dengan mengorbankan alam serta sesama? Mari kita mohon rahmat kerendahan hati agar kita mampu bertobat da­ri kecongkakan dan ketamakan kita, tidak mencari ke­untungan diri, dengan mengorbankan sesama dan alam.

PERISTIWA SEDIH KELIMA:
Yesus Wafat di Salib

Yesus berseru dengan suara nyaring “Ya Bapa,ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku”. Sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya.(Luk 23:46).

Kematian Yesus mengingatkan kita akan kematian banyak orang miskin dan bayi-bayi, juga matinya banyak spesies dan hancurnya keanekaragaman-ha­yati sebagai akibat langsung dari rusaknya alam, ‘hasil’ dari dosa ketamakan manusia, dosa ekologis yang paling kentara. Egoisme membuat masing-masing lebih mementingkan diri sendiri, sehingga membunuh yang lemah. Ada banyak manusia serakah yang egois tidak bisa mendengar jeritan ibu bumi yang rusak dan jeritan sesama yang miskin.
Dengan kematian Yesus, kita bukan hanya ditebus,tetapi juga diingatkan tentang makna kematian dan hidup kita, tentang kesaling-tergantungan kita, dan juga tentang suatu masa depan untuk dibagi bersama. Pilihan gaya hidup kita akan menentukan masa depan planet bumi, dan pertobatan ekologis adalah syaratnya. Dalam cakrawala itu, kita diajak untuk meyakini bah­wa tidak 34ada yang sia-sia kalau kita berbuat baik. Meski tampak kecil dan sederhana, satu dua tindakan nyata kepedulian pada sesama serta aktif menjaga ke­asrian lingkungan pasti akan berdampak luas.

Ma­ri kita mohon ampun pada Allah Bapa atas dosa-dosa ekologis kita. Selama ini kita kurang mera­sakan derita kematian saudara-saudara yang lemah dan terlantar, serta kurang peduli atas hancurnya ke­anekaragaman-hayati di bumi kita, khususnya di Indo­nesia ini. Kita mohon rahmat Tuhan, dengan bantuan Bunda Maria, agar bisa mewujudkan pertobatan ekologis dalam hidup sehari-hari.

PERISTIWA MULIA PERTAMA:
Yesus Bangkit dari antara Orang Mati

Malaikat itu berkata, janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya.(Mat 28:5-6).

Dikatakan oleh St. Paulus bahwa Yesus adalah gam­bar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan. Ia pula yang pertama bangkit dan kemudian memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi maupun yang ada di sorga (Kol 1:15,18,20). Itu ber­arti, seperti dikatakan St. Fransiskus Asisi, sebenarnya semua makhluk di atas bumi itu bersaudara, yang harus saling mendukung da­lam gerak menuju Allah, menuju keselamatan, dan ke­bangkitan abadi. Semua ciptaan saling tergantung dan saling memberi kehidupan selama di dunia. Bukan hanya manusia yang akan mendapatkan keselamatan, maka manusia bukan penguasa yang hanya hidup untuk dirinya.

Dalam kesadaran itu, dan dalam kesatuan dengan Yesus yang telah bangkit, marilah kita berdoa:
Ya Allah Tritunggal, persekutuan kasih yang agung dan tanpa batas, ajarkan kami untuk menatap Engkau dalam keindahan alam semesta, di mana segala sesuatu berbicara tentang Dikau. Bangkitkan puji dan syukur kami atas semua makhluk ciptaan-Mu. Anugerahilah kami agar dapat merasakan ikatan mendalam dengan semua yang ada.

Allah yang mahakasih, tunjukkan tempat kami di dunia ini sebagai sarana kasih-Mu untuk semua makhluk di bumi ini, karena tiada yang Engkau lupa.
Terangilah para pemegang kekuasaan dan modal agar mereka menjaga diri terhadap dosa ketidak­pe­du­lian, mencintai kesejahteraan umum, memajukan orang lemah, dan merawat dunia yang kami huni.

Mari, terutama bersama orang-orang miskin dan seluruh bumi kita mohon: Ya Tuhan, peganglah kami dengan kuasa dan terang-Mu untuk melindungi segenap yang hidup, untuk menyiapkan masa depan yang lebih baik untuk mendatangkan Kerajaan-Mu, Kerajaan kea­dilan, damai, cinta, dan keindahan. Terpujilah Engkau!”

PERISTIWA MULIA KEDUA:
Yesus Naik ke Surga

Sesudah Ia mengatakan demikian, Ia diangkat ke surga disaksikan oleh mereka, dan awan me­nutup-Nya dari pandangan mereka. Hai orang Galilea, mengapa kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang diangkat ke surga meninggalkan kamu, akan kembali dengan cara yang sama seperti kamu lihat Dia naik ke surga.(Kis1:9-11).

Yesus naik ke surga untuk menyediakan tempat bagi kita (cf. Yoh. 14: 2). Di akhirat, kita akan menemukan diri kita berhadapan muka dengan keindahan Allah yang tak terbatas (1Kor. 13:12), dan dengan kagum dan bahagia, kita akan mampu membaca rahasia alam semesta yang bersama-sama menuju ke rumah kita bersama di surga. Kehidupan kekal akan menjadi se­buah pengalaman bersama yang mengagumkan, di ma­na setiap makhluk berubah rupa dengan gemerlapan,akan mengambil tempatnya, dan akan memiliki sesuatu
untuk dipersembahkan kepada kaum miskin yang telah dibebaskan untuk selamanya.

Karena itu, Allah yang memanggil kita kepada su­a­tu komitmen yang murah hati dan rela memberikan 38segalanya, memberi kita kekuatan dan juga terang yang kita butuhkan untuk bergerak maju. Di tengah dunia ini, Tuhan kehidupan yang begitu mengasihi kita, terus hadir. Ia tidak menjauhi kita, Ia tidak meninggalkan kita sendirian, karena Ia telah menyatukan diri-Nya defini­ tif dengan bumi kita, dan kasih- Nya terus-menerus men­dorong kita untuk menemukan jalan-jalan baru. Terpujilah Dia!

Mari kita mohon agar mampu merasakan kekuat­an cinta dan harapan-Nya, terutama harapan yang bisa menguatkan kita menghadapi saat-saat sulit ini. Kita mohon harapan yang juga mendorong kita agar bisa bersaudara dengan semua ciptaan di atas bumi. Kita juga mohon agar mendapatkan cara-cara baru untuk me­ngelola bumi dan merawat kehidupan semua mahluk.

PERISTIWA MULIA KETIGA:
Roh Kudus Turun atas Para Rasul

Tiba-tiba terdengarlah bunyi dari langit seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk, lalu mereka se­mua dipenuhi Roh Kudus, dan mulai berbicara dalam bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk dikatakan.(Kis 2:2,4)

Roh Kudus yang turun atas para rasul adalah Roh yang menyatukan, tetapi sekaligus Roh yang menyalakan dan menggerakkan cinta, daya cipta yang tak terbatas. Roh yang menyatukan itu adalah Roh yang menyatakan bahwa kita semua bersaudara dalam Allah Bapa. Seba­gai saudara, kita saling tergantung, saling menghidupi.Karena itu perlu saling menghargai dan melindungi, bu­kan hanya menyelamatkan diri sendiri saja, yang justru akan berujung pada kehancuran dan kematian.

Roh Kudus yang menyalakan cinta adalah Roh yang mendorong kita untuk melakukan hal-hal kecil dan sederhana bagi sesama dan bumi ini. Secara priba­di kita bisa melakukannya, sehingga secara bersama kita bisa membuat kebiasaan baru, seperti hemat air,hemat makanan, hemat listrik, mengurangi pemakaian plastik sekali pakai, dan juga memilah dan mengurangi 40sampah. Pun, jika kita punya kemampuan, Roh itu pula yang mendorong untuk mewujudkan kesejahteraan umum secara nasional maupun global. Kita didorong untuk berani menyampaikan keprihatinan kita dan juga didorong untuk bertindak nyata.

Karena itu pula, mari kita berdoa: “Roh Kudus,dengan terang-Mu Engkau mengarahkan dunia ini ke­­ pada kasih Bapa dan menyambut rintihan segala makh­luk, termasuk rintihan kami pada masa ini. Engkau juga hidup dalam hati kami, menguatkan kami, dan men­dorong kami melakukan apa yang baik. Terpujilah Engkau!”

PERISTIWA MULIA KEEMPAT:
Maria Diangkat ke Surga

Jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bah­wa dengan perantaraan Yesus, Allah akan me­ngumpulkan bersama-sama dengan Dia, me­reka yang telah meninggal. Sesudah itu kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan me­nyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama Tuhan.(1Tes 4:14,17)

Dengan diangkat ke surga, Maria adalah Ibu dan Ratu seluruh ciptaan. Dalam tubuh kemuliaannya, bersama dengan Kristus yang bangkit, sebagian dari ciptaan telah mencapai kepenuhan keindahannya. Ia tidak hanya menyimpan dalam hatinya seluruh kehi­dupan Yesus yang ia asuh dengan setia (bdk. Luk2:19,51), tetapi sekarang pun ia memahami arti segala sesuatu.

Oleh karena itu, marilah kita mohon bantuan Bunda Maria agar kita bisa memandang dunia ini dengan mata yang lebih bijaksana, sehingga kita bisa memeliharanya sebaik-baiknya. Kita mohon agar mampu memahami segala peristiwa yang kita alami sekarang ini, dan bisa dengan sungguh hati mengupayakan untuk berbagi dan berbela rasa, mau menjadi sesama bagi yang lain.

PERISTIWA MULIA KELIMA:
Maria Dimahkotai di Surga

Tampaklah suatu tanda besar di langit; seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepala-Nya.(Why 21:1)

Di surga, Maria telah berubah rupa, dia hidup de­ngan Yesus, dan semua makhluk menyanyikan keelokannya. Dia adalah “perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya”. (Why 12:1).

Dari surga itu, Maria, Bunda yang merawat Yesus, sekarang merawat dunia yang terluka ini dengan kasih sayang dan rasa sakit seorang ibu. Sama seperti hatinya yang tertusuk telah meratapi kematian Yesus, sekarang dia merasa kasihan dengan penderitaan orang-orang miskin yang disalibkan dan makhluk-makhluk dari dunia yang dihancurkan oleh kuasa manusia.

Marilah kita mohon pada Bunda Maria agar kita peka terhadap penderitaan banyak orang miskin dan ju­ga penderitaan banyak makhluk di atas bumi ini, bukan hanya penderitaan diri kita sendiri, se­hing­ga kita terge­rak untuk ikut membantu dan merawatnya. Kita mohon juga agar kita bisa mengupayakan tindakan kasih dan kepedulian yang nyata dalam hidup kita sehari hari.

Pengantar

Pada awal Maret 2020 yang lalu, Paus Fransiskus membuat rekaman ajakan untuk kita semua, khu­susnya umat Katolik, menyediakan waktu tanggal 16-24 Mei 2020 sebagai Pekan Laudato Si. Hal ini bertepatan dengan ‘ulang-tahun’ kelima ensiklik tentang lingkung­an hidup Laudato Si yang dikeluarkan pada tanggal 24 Mei
2015. Beliau mengajak kita untuk sungguh membangun kesadaran, bertobat dan bertindak memelihara bumi se­isinya, dan mewariskan bumi yang baik kepada anak-cucu kita.

Ensiklik Laudato Si memang sudah beliau sam­paikan kepada kita sejak 2015, tetapi ternyata be­lum banyak yang sungguh memahaminya, apalagi melak­sanakannya. Itulah salah satu alasan ajakan di atas. Kita tahu, permasalahan lingkungan hidup menjadi makin berat. Bukan tidak mungkin, rusaknya bumi ikut berpengaruh terhadap merebaknya pandemi co­rona yang sedang kita hadapi. Secara hati-hati, beliau menyatakan bahwa pandemi corona adalah respons atau ‘tanggapan’ bumi atas ulah manusia yang selama ini kurang peduli. Dalam ensiklik Laudato Si, seperti juga ditekankan Bapak Ignatius Kardinal Suharyo dalam homili misa Paskah pontifikal Minggu 12 April 2020 lalu, kita perlu melakukan pertobatan ekologis.

Dalam upaya agar pertobatan ekologis bisa ter­wujud, yang didasari pemahaman dan kesadaran ba­ru itu, ensiklik Laudato Si perlu lebih dikenali umat. Untuk itulah dibuat teks doa Rosario Laudato Si ini, yang mencoba mengaitkan pokok-pokok renungan se­tiap peristiwa dalam doa Rosario dengan beberapa isi penting dalam ensiklik Laudato Si. Upaya ini didasari pengandaian bahwa ensiklik Laudato Si adalah bimbing­ an iman dan spiritualitas Kristen (Katolik) tentang bumi dengan segala macam permasalahannya ini, yang tentu erat kaitannya dengan kisah keselamatan dalam Injil.

Ensiklik ini terdiri dari 6 bab (36 sub-bab, 246 pa­ragaraf). Isinya sangat kaya dan mendalam, sehingga tidak mungkin semua dimasukkan dalam renungan pe­ristiwa-peristiwa doa Rosario. Tentu, baik diketahui bah­wa doa Rosario ini adalah doa Rosario biasa, meski isi renungannya dikaitkan dengan pokok-pokok gagasan yang ada dalam ensiklik Laudato Si.

Upaya mengintegrasikan ensiklik Laudato Si dalam renungan doa Rosario dimulai dengan merasakan ‘nada’ tiap peristiwa dan mencocokkannya dengan ‘nada’ gagasan yang disampaikan Paus Fransiskus dalam bab-bab dan paragraf-paragraf ensiklik itu. Dengan demikian, paragraf diacu tidak berurutan. Pun, yang kemudian di­ tulis sebagian besar hanyalah pokok gagasannya atau keprihatinan dasarnya. Hal itu diupayakan ditulis dengan bahasa yang lebih sederhana, yang diharapkan dapat lebih dipahami umat. Agar renungan bisa lebih mengena, di bagian akhir hampir setiap pokok renungan dibuat satu paragraf ajakan untuk merenungkan lebih dalam, atau melakukan pertobatan, atau juga melakukan satu-dua aksi yang lebih nyata, yang relevan dengan situasi kita. Meski begitu, bagi mereka yang ingin lebih membaca dan mendalaminya, dicantumkan dalam ca­­tatan kaki nomor-nomor paragraf dari ensiklik Laudato Si yang menjadi acuan. Teks ensiklik Laudato Si, baik yang berbahasa Indonesia maupun yang berhasa asing, bisa diunduh melalui internet.

Untuk seluruh proses ini, ‘bahan baku’ kami siap­ kan berempat, masing-masing satu peristiwa, yaitu Rm. Martin Harun, OFM, Rm. Peter Kurniawan Subagyo, OMI, Rm. Ferry Sutrisna Wijaya, Pr dan saya sendiri. Setelah draft pertama saya buat, saya memohon masukan dari banyak rekan awam, yang tidak bisa saya sebut satu persatu, agar bahasa dan pesannya sungguh dapat di­ pahami umat. Untuk mereka itu, saya ucapkan banyak terima kasih.

Akhirnya, semoga teks doa Rosario Laudato Si ini bisa mendorong tumbuhnya pertobatan ekologis, sehingga bumi dan segala makhluk di atasnya, dapat hidup dalam damai di dalam rumah bersama ini. Berkah Allah selalu berlimpah!

Jakarta, pada hari bumi (22 April) 2020
Al. Andang L. Binawan, SJ

Catatan:
Seperti dikatakan dalam pengantar, pada dasarnya Doa Rosario ini adalah doa Rosario biasa, hanya isi renungannya agak berbeda. Karena itu, struktur atau tata urutan doa-doanya sama.

Pokok-pokok renungan di bawah ini dibacakan setelah Doa Bapa kami di awal setiap peristiwa

Doa Fatima

Ya Yesus yang baik, ampunilah dosa-dosa kami.
Selamatkanlah kami dari api neraka, dan hantarlah jiwa-jiwa ke surga,
terutama mereka yang sangat membutuhkan kerahiman-Mu,
Amin.

DOA ORANG KRISTEN DALAM KESATUAN DENGAN CIPTAAN

Allah Bapa,
bersama dengan semua makhluk, kami memuji-Mu.
Mereka berasal dari tangan-Mu yang Mahakuasa.
Mereka semua milik-Mu,
penuh dengan kehadiran dan cinta-Mu yang amat lembut.

Terpujilah Engkau ya Yesus, Putra Allah.
Melalui Engkau semua diciptakan.
Engkau dibentuk dalam rahim Maria, Ibu-Mu.
Engkau menjadi bagian dari seluruh bumi,
dan Engkau memandang dunia ini
dengan mata manusia-Mu.
Hari ini, Engkau hidup dalam setiap makhluk,
dalam kemuliaan kebangkitan-Mu.

Terpujilah Engkau, ya Roh Kudus.
Dengan sinar cahaya-Mu Engkau membimbing dunia ini
menuju cinta Allah Bapa,
dan menemani seluruh ciptaan
ketika mengeluh dan mengesah dalam kedukaan.
Engkau juga hadir di hati kami,
membimbing kami untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang baik.

Terpujilah Engkau ya Allah Tritunggal,
kesatuan cinta abadi yang mengagumkan.
Ajarilah kami untuk merenungkan dan mencecapi-Mu
dalam keindahan alam raya,
karena setiap hal di dunia ini menyebut-Mu.
Bangkitkanlah rasa kagum dan syukur kami
atas setiap makhluk ciptaan-Mu.
Berilah kami rahmat
untuk merasakan kesatuan mendalam
dengan setiap hal yang ada di muka bumi ini.

Allah yang Pengasih,
tunjukkanlah kepada kami
tempat kami di dunia ini,
sebagai saluran kasih-Mu
bagi seluruh makhluk di muka bumi,
karena tak satu pun terlupakan di mata-Mu.

Terangilah mereka yang mempunyai kuasa dan harta,
agar mereka terhindar dari dosa ketidakpedulian,
agar mereka dapat memperjuangkan kebaikan bersama,
mendukung yang lemah, dan memperhatikan bumi,
tempat tinggal kami ini.

Mereka yang miskin,
dan juga bumi ini,
menangis.

Karena itu, ya Tuhanku,
rengkuhlah kami dengan kekuatan dan cahaya-Mu.
Tolonglah kami untuk melindungi seluruh hidup,
agar mampu mempersiapkan masa depan yang lebih baik,
demi datangnya kerajaan-Mu yang penuh keadilan,
damai, cinta, dan keindahan.
Terpujilah Engkau ya Allah!
Amin.

Doa Tahun Keadilan

Allah Bapa, puji dan syukur atas rahmat-Mu yang berlimpah.
Engkau mengajarkan bahwa setiap pribadi berharga dan pantas dicintai.

Dalam terang Roh Kudus, ajarilah kami menyadari bahwa kami semua dipanggil untuk mengasihi dan berbuat adil bagi sesama.
Engkau menghendaki kami memperhatikan kehadiran dan kebutuhan sesama, serta menghormati martabat manusia.

Bimbinglah kami menjadi pribadi yang semakin tangguh, berhikmat dan berkeadilan mengkuti teladan Yesus Putra-Mu.
Bantulah kami mewujudkan damai sehahtera bagi sesama dan alam ciptaan-Mu.

Bunda Maria, Bunda umat berhikmat,
Bunda segala suku, doakanlah kami. Amin.

Doa Malam

Allah, Bapa di surga, aku berlutut dihadapan-Mu dan bersembah sujud kepada-Mu. Aku mengucap syukur atas segala kemurahan-Mu, terlebih atas pemeliharaan-Mu pada hari yang lalu. Terima kasih pula atas bimbingan-Mu terhadap pikiran, perkataan, dan perbuatanku sepanjang hari tadi.

Utuslah Roh Kudus menerangi budiku, supaya aku dapat mengetahui dosa-dosaku, dan berilah aku rahmat-Mu supaya aku dapat menyesalinya dengan sungguh…

[ Pemeriksaan Batin, Hening, Disusul dengan Doa Tobat ]

Bapa, utuslah malaikat-Mu selalu melindungi, menerangi, membimbing dan menghantar aku. Sucikanlah jiwa ragaku, agar aku pun hidup suci seperti Maria yang dikandung tanpa noda.

Ya Bapa, berilah aku berkat-Mu, lindungilah aku terhadap segala yang jahat, dan bimbinglah aku kepada kehidupan yang kekal. [Amin]

Dan semoga orang yang sudah meninggal, khususnya …. beristirahat dalam kententraman karena kerahiman Tuhan. [Amin]

Lagu-lagu

Ya Namamu Maria, Bunda yang kucinta
Merdu menawan hati, di segala anakmu
Patutlah nama itu, hidup di batinku
Dan Nanti kuucapkan, Di saat ajalku
Ya Nama Yang Keramat, Perisai Hidupku
Dalam Nama Maria, Aku pasti menang
Patutlah nama itu, hidup di batinku
Dan, nanti kuucapkan Di saat ajalku
Bila haatiku risau, dan dirundung duka
Kuingat Nama Ibu, yang pasti menghibur
Patutlah nama itu, hidup di batinku
Dan, nanti kuucapkan Disaat ajalku

Mengasih Maria, kerinduanku,
Menjadi Abdinya, cita hidupku
Ya Bunda surgawi, sambut baktiku
Kini ku haturkan doa pada MU

Maria pemurah, Ratu surgawi
Engkaulah Bundaku, aku anakmu
Janganlah biarkan, apapun juga
Memisahkan kita kini dan kelak

Ratu yang perkasa, dengar doaku
Dampingilah aku, di medan hidup
Ulurkan tanganMu, bila ku jatuh
Dan hantarkan aku kedalam surga

Ya namamu Maria bunda yang kucinta
Merdu menawan hati segala anakmu ...(ref)

Ref:
Patutlah nama itu hidup di batinku
Dan nanti kuucapkan di saat ajalku

Namamu yang keramat perisai hidupku
Dengan nama Maria aku pasti menang ...(ref)

Bila hatiku risau dan dirundung duka
Kuingat nama ibu yang pasti menghibur ...(ref)

Ratu Rosari bunda Tuhanku
Engkau melahirkan khalik dunia
Di depan takhtamu rakyatmu bermohon
Bantulah kami Maria
Bantulah kami Maria

Ratu Rosari bunda tersuci
Dengarkanlah madah pujian rakyatmu
Dengan teguh hati berserah padamu
Lindungi kami Maria
Lindungi kami Maria

Ratu Rosari bunda pengasih
Harapan yang tunggal dalam bahaya
Selamatkanlah kami dengan Rosarimu
Doakanlah kami Maria
Doakanalah kami Maria

Oh bundaku yang tercinta
Kini aku didepanmu
Membawakan madah pujian
Bagi dikau bundaku ...(ref)

Engkau perawan teramat suci
Dikandung tanpa noda
Kini engkau pengantara
Menjadi bunda Tuhan ...(ref)

Maria mengandungkan sabda
Sang sabda adalah Allah
Menunjukkan cinta Bapa
Sedari awal mula ...(ref)

Oh... bunda penuh cinta
Pandanglah kami anakmu
Berhimpun, berlagu bersama
Demi Kristus putramu ...(ref)

Santo Yusuf yang menjaga keluarga Nazaret,
kau menjaga Bunda Kudus,
juga Yesus Penebus.
Sudilah doakan kami pada Yesus, anakmu;
dan lindungilah selalu kami sekeluarga.

Di tengah mara bahaya beri kami harapan
kuatkanlah iman kami agar jangan tersesat.
Bapa Yusuf, antar kami ke hadirat Yesusmu;
agar kami berbahagia dalam hidup yang kekal.

Ndherek Dewi Maria, temtu geng kang manah.
Boten yen kuwatosa, ibu njangkung tansah.
Kanjeng ratu ing swarga, amba sumarah samya.
Sang Dewi, Sang Dewi mangestonana.
Sang Dewi, Sang Dewi mangestonana.
Nadyan manah getera, dipun godha setan.
Nanging batos engetnya, wonten pitulungan.
Wit sang Puteri Maria, mangsa tega anilar.
Sang Dewi, Sang Dewi mangestonana.
Sang Dewi, Sang Dewi mangestonana.
Menggah saking apesnya, ngantos kelu setan.
Boten yen ta ngantosa, klantur babar pisan.
Ugeripun nyenyuwun, ibu tansah tetulung.
Sang Dewi, Sang Dewi mangestonana.
Sang Dewi, Sang Dewi mangestonana.

Magnificat, Magnificat,
Magnificat anima mea Dominum.
Magnificat, Magnificat,
Magnificat anima mea.

Magnificat, Magnificat,
Magnificat anima mea Dominum.
Magnificat, Magnificat,
Magnificat anima mea.