PULO GEBANG – Jumat, 13 September 2019, Komunitas Kerahiman Ilahi ( KKI ) Santo Gabriel mengadakan pertemuan rutin bulanan di ruang Lukas, Lantai 2 GKP. Hadir malam itu, Romo Gunawan untuk membawakan renungan, sementara anggota komunitas hadir dengan mengenakan seragam baru komunitas berwarna biru langit. Ini kali pertama mereka mengenakan seragam itu. Sebuah wujud nyata eksistensi KKI sebagai bagian dari kelompok kategorial sekaligus menjadi tanda bahwa komunitas ini sudah memiliki keluarga devosan. Keluarga yang memiliki visi, misi dan seragam yang sama. Seragam jadi salah satu pengenal keanggotaan suatu komunitas, yang akan diabadikan dalam sesi foto bersama keluarga besar KKI di akhir pertemuan.
Seperti biasa, pertemuan yang dimulai pada pukul 19.30 diawali dengan lagu pembukaan dan kali ini langsung masuk ke sesi renungan yang dibawakan oleh Romo Gunawan. Diawal renungan, ia mengucapkan selamat kepada komunitas Kerahiman Ilahi yang sudah mulai hidup dengan kegiatan-kegiatan rutin dan seragam barunya ( yang juga dipakainya pada malam itu ). Selama kurang lebih 30 menit Romo Gunawan memberikan renungan tentang kerahiman Ilahi, yang poin – poin renungannya adalah sebagai berikut:
- Masuk ke sebuah devosi lebih-lebih ke dalam Kerahiman Allah, kita diajak masuk ke sebuah kedalaman rohani yang sungguh terdalam karena kita akan masuk kedalam pusat pribadi yang suci dari Tuhan Yesus sendiri sehingga dari lubuk hati yang terdalam itulah terpancar sinar yang akan membuat dunia yang gelap menjadi terang seperti yang tampak dalam lukisan atau gambar Kerahiman.
- Kerahiman Ilahi menjadi pusat dan sumber dari kasih Ilahi sendiri yang akan ditawarkan kepada kita semua supaya kita manusia menjadi semakin suci seperti yang dikatakan Paus Fransiskus, dan pusat kesucian itu ada dalam diri Tuhan Yesus yang waktu itu menampakkan diri kepada Faustina.
- Menjadi komunitas Kerahiman Ilahi adalah sebuah niat / tujuan yang sangat mulia, karena ingin mencapai suatu tingkat rohani yang tinggi dan begitu dalam dengan mau mengikuti Yesus denga segala aturanNya, dengan segala ajaranNya dalam perjalanan panjang yang tidak mudah ( seperti yang dialami Santa Faustina ) dan siap untuk berjuang bersama Yesus memanggul salib sampai ke puncak Golgota.
- Untuk sampai kepada sebuah nilai Kerahiman Allah, kita diajak untuk masuk ke dalam sebuah pusat dari segala ajaran Tuhan tentang kasih karena kasih itu maha rahim, sangat indah dan dalam. Allah yang Maha Rahim adalah Allah yang hangat dan berbelas kasih kepada semua orang, yang sungguh-sungguh mau mengampuni orang yang berdosa, yang sungguh-sungguh terbuka dan mau merangkul setiap orang yang datang kepadaNya.
- Injil Lukas bab 6, ayat 27-36 adalah sebuah ajaran Tuhan Yesus yang sangat dalam dan sangat sukar dilakukan, namun untuk masuk kedalam sebuah Kerahiman Ilahi salah satunya adalah mau mendoakan orang yang paling kita benci saat ini, sanggup dan bisakah kita? Harus kita coba dan lakukan sehingga komunitas Kerahiman Ilahi bukan hanya ada diruangan ini namun betul-betul mau menjadi seperti Tuhan Yesus yang Maha Rahim, yang Maha Kasih agar salib itu sungguh-sungguh terwujud dalam hidup kita masing-masing, sesuai bentuknya, salib itu bukan hanya keatas hanya berdoa kepada Tuhan dan mencintai Tuhan tapi juga kesamping untuk mencintai sesama manusia dengan berani mengasihi, berani melupakan, berani mengampuni karena kasih itu perlu pengorbanan, kasih itu membahagiakan tapi juga menyakitkan.
- Kata – kata Yesus dalam injil Lukas menjadi konkrit , menjadi nyata jika komunitas punya POWER. Bukan power yang kelihatan hanya dari lagu-lagu dan kalimat doa yang bagus tapi power yang keluar dari dalam diri kita bahwa Saya mau mencintai sesama seperti Yesus mencintai kita semua dengan rela berkorban.
- Orang yang rela mengampuni akan sungguh-sungguh bahagia dan penuh sukacita, contoh yang paling besar dari pengampunan adalah Tuhan Yesus sendiri yang memberikan pengampunan langsung kepada orang-orang yang telah menyalibkanNya. Rela berkorban demi keselamatan orang lain inspirasinya adalah Yesus sendiri, sehingga orang yang mendapatkan Kerahiman Ilahi, sungguh-sungguh merasa terlindungi, terberkati, merasa damai di dalam hati dan kepada sesama kita yang kita jumpai.
Diakhir renungannya, Romo Gunawan mengajak komunitas untuk mencoba mewujudkan Kerahiman Allah tersebut lewat tindakan nyata yang dimulai kepada orang yang terdekat yaitu keluarga, karena dengan demikian akan meningkatkan kualitas hidup kristiani dan iman, walaupun itu tidaklah mudah karena ukurannya adalah salib.
Setelah mendaraskan doa Koronka dan lagu penutup, pertemuan diakhiri dengan sesi foto bersama seluruh devosan komunitas Kerahiman Ilahi yang hadir pada malam tersebut. Semoga devosi kepada Kerahiman Ilahi para devosan yang tergabung dalam Komunitas ini sungguh membuat semua yang bergabung menjadi semakin dekat dengan Tuhan untuk dapat mencapai tingkat rohani yang lebih tinggi, berubah menjadi manusia yang baru, bukan hanya seragamnya yang baru. (Penulis: Lily Imut/Editor: Ferdinand Lamak)