Sabtu (11/6/2022) pagi, nampak umat paroki Pulo Gebang berduyun-duyun memasuki parkiran bawah Gedung Karya Pastoral, Gereja St Gabriel. Beberapa umat menempati kursi yang sudah ditata berjajar rapi. Ada pula umat yang melakukan registrasi, lalu menuju meja-meja yang sudah disediakan panitia. Di setiap meja-meja itu telah tersedia alat penggorengan dan sutil, kompor beserta gasnya dan mie basah seberat 150 gram. Ternyata mereka datang dengan para suporter untuk mengikuti lomba memasak mie goreng Jawa. Hadir 16 pasang suami istri (pasutri) untuk mengikuti lomba itu. Mereka sebagai perwakilan wilayah masing-masing.

Tepat pukul 08.00 WIB, dua pembawa acara tampil mengantarkan acara dan menyemangati para peserta dengan mengajak bernyanyi bersama, kemudian memberikan arahan lomba. Panitia juga memperkenalkan ketiga juri yaitu Romo Alphonsus Setya Gunawan Pr, Natalia Kusbandiyah dan Aloysia Tri Murtini.

Romo Susilo memukul penggorengan tanda dimulainya lomba

Pastor Paroki Pulo Gebang Romo Aloysius Susilo Wijoyo Pr membuka acara dengan ucapan terimakasihnya. “Selamat dan terimakasih kepada para panitia dan dewan juri yang telah mendedikasikan waktunya untuk menyelenggarakan acara meriah ini, yang dihadiri oleh hampir semua wilayah di Paroki Pulo Gebang,” katanya.

“Semoga semua peserta dapat merasakan sukacita kebersamaan dalam perayaan HUT Paroki ke-27 serta HUT Imamat Romo Gunawan ke-40,” lanjutnya sambil memukul penggorengan sebagai penanda lomba memasak mie goreng Jawa siap dimulai.

Terlihat para peserta bersemangat memulai lomba. Dimulai mempersiapkan bahan-bahan yang mereka bawa untuk diolah sesuai resep yang menjadi ciri khas masing-masing.

Keseruan peserta mengikuti lomba

Seperti pasutri Andreas Jenar dari wilayah 15 ini mengungkapkan persiapannya. “Kita menggunakan telur bebek, kol, kubis, ayam kampung, mie basah, dan acar” kata Jenar penuh semangat. Tidak hanya persiapan resep masakan, Jenar dan istri pun terlihat memakai pakaian khas adat Jawa. “Berpakaian adat Jawa sesuai dengan tema lomba ini,” lanjutnya.

Pasutri Jenar berpakaian adat Jawa

Lain lagi dengan pasutri Albertus Andi dari wilayah 2. Andi dan istri mengenakan atribut topi ala chef berbahan kertas bermotif batik. Topi ini disiapkan oleh suporter yang mendukungnya.

Pasutri Andi bertopi ala chef

Lomba ini juga diikuti dari berbagai kalangan usia. Pasutri dari lansia yaitu pasangan Fransisca Rumagianti dan Herbertus Sutarman. Walau usia tidak muda lagi tetapi pasutri ini punya semangat dan jiwa tangguh bisa memasak dengan lincah dengan resep andalannya. Pasutri ini berharap kegiatan ini bisa menjalin kebersamaan. “Semoga terjalin kebersamaan antar umat untuk memeriahkan HUT Imamat Romo Gunawan tercinta. Semoga Romo Gunawan juga terus sehat untuk melayani umat dari Paroki Pulo Gebang,” katanya. Tampak juga anak muda anggota misdinar dari wilayah 5 yang mengikuti lomba bersama ibunya Sri Sulastri. Ternyata anak muda itu mewakili ayahnya yang sedang sakit.

Selama lomba, para peserta dan suporter dihibur oleh tim musik dari Orang Muda Katolik (OMK) paroki. Bahkan Romo Susilo pun ikut menghibur dengan menyumbangkan beberapa lagu.

Romo Susilo menyanyi diiringi grup musik OMK

Menurut seksi acara Cicillia Astuti, bahwa perlombaan memasak ini sendiri bukanlah yang pertama kali. “Sebelumnya pernah mengadakan juga lomba seperti ini. Tetapi khusus tahun ini, dikarenakan HUT paroki jatuh bersamaan dengan HUT Imamat Romo Gunawan, panitia HUT dari wilayah 10 dan 11 sengaja membuat tema perayaan HUT memiliki unsur budaya Jawa. Pemilihan menu masakan ini dipilih karena salah satu menu favorit Romo Gunawan,” ungkapnya.

“Dengan acara ini, semoga Romo Gunawan dapat merasakan sukacita dan selalu diberi kesehatan. Selain itu untuk menjalin kebersamaan umat di gereja ini,” harapnya.

Romo Gunawan keliling menilai peserta

Romo Gunawan sendiri, juga terlibat menjadi juri. Terlihat beliau berkeliling melihat langsung proses memasak para peserta. Sambil menyapa umat, bersendau gurau, berfoto ria, bahkan ada yang memberikan hadiah baju bergambar wajah Romo Gunawan. Romo Gunawan pun mengungkapkan sukacitanya.

“Ini sebagai rangkaian acara syukuran terhadap paroki kita selama 27 tahun dan syukuran rahmat Tuhan, atas rahmat Imamat. Maka suasananya begitu menggembirakan dan menyenangkan, begitu akrab, karena inti seluruh kehidupan kita adalah syukur atas berkat Tuhan pada kita. Panitia dari wilayah 10 dan 11 yang sudah mempersiapkan luar biasa, semangatnya dan kerjanya, hebat sekali. Maka, terima kasih untuk kerja keras dari panitia yang semuanya itu diperuntukan bagi kemuliaan Tuhan. Semoga menambah semangat dalam pelayanan di gereja maupun di tengah masyarakat. Proficiat.” ungkapnya.

Foto panitia dari wilayah 10 & 11

Setelah 45 menit waktu berakhir, para peserta menyiapkan masakannya. Mereka dipanggil satu persatu, menyerahkan ke depan dewan juri untuk dinilai. Penilaian didasarkan atas kekompakan pasangan selama memasak, rasa, tampilan mie dan tampilan penyajian secara keseluruhan. Pengumuman pemenang akan disampaikan saat acara puncak HUT Paroki dan HUT Imamat Romo Gunawan.

Penjurian ala master chef

Foto para peserta lomba

Penulis: Darryl & Stefani, Editor: Deny Kus, Foto: Komsos Paroki Pulogebang