Ada yang berbeda hari-hari ini di Paroki Pulo Gebang. Komunitas umat Katolik dalam wilayah Keuskupan Agung Jakarta yang secara resmi menjadi sebuah paroki pada 23 Juli 1995 dan mengambil pelindung Santo Gabriel, Sang Malaikat Agung. Tidak terasa, tahun ini memasuki usia yang ke-25, sebuah usia yang tidak muda lagi dan patut diratakan dengan penuh syukur. Syukur atas semangat pelayanan yang tumbuh di dalam gereja, atas perkembangan iman umatnya, juga atas persatuan dan kesatuan diantara umat yang datang dari berbagai suku bangsa di Indonesia.

Minggu, 2 Februari 2020 dalam penanggalan liturgi adalah Minggu Biasa III sekaligus Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah. Di Gereja Santo Gabriel, Paroki Pulo Gebang, khususnya misa kedua pada hari tersebut dirayakan dengan cara yang sedikit berbeda dari Gereja Katolik pada umumnya dihari itu. Setelah misa pertama usai, beberapa umat terlihat mulai berdatangan. Yang unik adalah, mereka hadir dengan corak busana yang berbeda-beda. Ada juga sejumlah pasangan pria-wanita yang datang dengan kostum tradisional lengkap dan dipersiapkan secara serius. Ya, misa kedua hari itu adalah Misa Nusantara, sebuah tema yang menghadirkan kekayaan budaya bangsa Indonesia sekaligus sebagai tanda dimulainya rangkaian Peringatan HUT ke-25 Paroki Pulo Gebang.

Misa pun dimulai pada pukul 09.00. Perarakan pasangan yang mengenakan busana tradisional mulai memasuki gereja dan langsung menduduki deretan bangku depan. Diiringi lagu pembukaan, para petugas liturgi, midsinar dan pastor pun berarak menuju altar. Dua orang pastor yang bertugas di paroki ini yang akan memimpin Misa Konselebrasi pagi itu. RD Aloysius Susilo Wijoyo dan RD Alphonsus Setya Gunawan. Semarak misa yang kental bernuansa kultural ini semakin terasa.

Prosesi petugas persembahan dalam balutan busana tradisional

Romo Susilo dalam homilinya menyampaikan pentingnya umat mempersembahkan diri dalam pelayanan dengan sepenuh hati, bukan setengah-setengah. Karena Keluarga Kudus pun dengan kesederhanaannya membawa sepasang burung merpati hadir ke Bait Allah dan mempersembahkan Anak Sulungnya, Yesus kepada Tuhan Allah. Kehadiran Keluarga Kudus ini bukan semata mengikuti kewajiban dalam Hukum Taurat saja, tetapi juga ungkapan sukacita dan syukur mereka kepada Allah, serta menjadi peristiwa pertemuan dua orang Nabi yang soleh yakni Hana dan Simeon dengan Tuhan.

Paduan Suara dari Lingkungan St. Martha yang menyemarakkan Misa Nusantara

Paduan Suara dari Lingkungan St. Martha membawakan lagu-lagu yang menambah semarak perayaan ekaristi itu. Ada juga iringan musik dengan nuansa etnik. Dan yang lebih mengesankan lagi, ketika doa-doa permohonan yang disampaikan pada perayaan ekaristi itu, didaraskan dengan menggunakan bahasa daerah dari lima wilayah di Indonesia. Sungguh sebuah pengalaman iman yang luar biasa ketika Gereja Katolik memersatukan umat dari latar belakang kultur yang berbeda, namun berkiblat pada sebuah iman akan Yesus Kristus. Iring-iringan petugas pembawa persembahan pun tak lupa menghadirkan balutan kain adat. Semua ini menjadi ungkapan syukur keluarga besar Paroki Pulo Gebang dan sekaligus menjadi persembahan 25 tahun pelayanan, ke bait Allah.

Ketua Panitia HUT 25 Paroki Pulo Gebang, Timotius Tri Prabowo

Wilayah 3 yang berlokasi di Perumahan Taman Modern menjadi Panitia Perayaan HUT 25 Paroki Pulo Gebang, dan merekalah yang berada di balik semarak perayaan ini. Itu pula sebabnya, setelah pengumuman mingguan paroki, Romo Susilo mengundang Ketua Panitia HUT 25, Timotius Tri Prabowo untuk menyampaikan sambutannya sekaligus mengumumkan Tema HUT yaitu Keadilan Menghadirkan Sukacita. Tak lama kemudian, gong pun berbunyi. Sebagai penanda dimulainya segala rangkaian acara Pesta Perak Paroki, Romo Susilo, Romo Gunawan dan Tri Prabowo memukul gong sebanyak lima kali. Resmilah sudah pesta perak umat paroki ini dibuka dan besar harapan dapat menjadi sukacita bagi seluruh umat.

Sukacita itu tidak berhenti disini. Sebagian umat bersama-sama dengan para pasangan yang mengenakan busana lengkap tadi, beranjak menuju Lantai III GKP Paroki Pulo Gebang. Selain akan ada rapat DP Pleno, ditempat itu akan dilangsungkan Lomba Busana Daerah yang diikuti oleh 15 pasangan peraga busana yang mewakili 15 dari 16 wilayah di dalam paroki ini. Satu wilayah, yakni Wilayah III tidak ikut lantaran mereka menjadi panitia penyelenggara. Setiap wilayah menghadirkan satu busana adat yang ditentukan melalui undian pada Januari silam.

Lima orang juri sudah duduk di bagian paling depan. Tiga orang juri adalah para anggota DPH yakni Sapta Tjajadi, Yana Kurniadi dan Germana Limiatin. Satu juri lagi adalah Romo Susilo sendiri. MC dengan busana oriental hari itu, Triesly Wigati dan Handoko pun memandu jalannya acara dengan sesekali menyelipkan jenaka dalam ucapan mereka. Keempat juri tampak serius memerhatikan setiap pasangan yang dipanggil mewakili daerah asal busana yang ditampilkan.

Nampak juga setiap pasangan tampil ke panggung dengan serasi. Mereka diberikan ruang untuk berimprovisasi sendiri di atas panggung untuk sedapat mungkin menarik perhatian empat orang juri yang sedang menilai mereka. Sesekali terlihat mereka, peraga wanitanya berlenggok dengan senyuman anggun sambil dituntun gagah oleh sang pria. Sesekali terdengar riuh rendah suara penonton dan gelak tawa sukacita umat yang hadir di GKP menikmati acara lomba sambil menikmati suguhan panganan khas nusantara seperti pisang rebus, jagung, dan ubi. Pra juri pun sepertinya sedikit kesulitan untuk memilih yang terbaik dari semua yang tampil.

Lomba Busana Daerah di GKP dilanjutkan dengan Rapat Dewan Pleno

Pemenang pun harus ditentukan! Keempat juri memutuskan tiga peserta dengan perolehan nilai terbesar, yaitu; juara I dengan busana daerah Maluku dari Wilayah X, diikuti juara II dengan busana adat Betawi dari Wilayah XI dan juara III berbusana daerah Papua dari Wilayah I. Selain ketiganya, panitia juga memberikan hak penilaian kepada penonton yang hadir yaitu dengan voting online dalam durasi voting 5 menit. Hasil voting ini menentukan pemenang busana daerah favorit dan yang terpilih adalah busana daerah Minahasa dari Wilayah VII.

Selamat untuk para pemenang, selamat untuk seluruh peserta busana daerah yang sudah memberikan diri untuk membagikan sukacita kepada orang lain dan selamat untuk seluruh umat Paroki Pulogebang untuk dimulainya rangkaian acara sebagai bentuk sukacita karena 25 tahun melalui perantaraan malaikat Santo Gabriel telah menuntun Gereja hingga saat ini. (Penulis & Foto: Erin/Editor: Ferdinand Lamak)

Photo Gallery