Sebagai pelayan liturgi yang baik, di gereja maupun di lingkungan, akan membantu peribadatan dengan baik, sehingga membawa umat mengalami perjumpaan dengan Kristus lebih baik.

Hal ini disampaikan Pastor Kepala Paroki Pulo Gebang Rm Michael Wisnu Agung Pribadi, Pr saat membuka rekoleksi pelayan liturgi Gereja St Gabriel di Gedung Karya Pastoral lt.3, pada Minggu (19/02/2023) siang.

Romo Mike, beliau biasa disapa, adalah salah satu pembicara dalam rekoleksi ini, selain Rm Antonius Haryanto, Pr dan Frater Thomas Aryangga Abimanyu. Hadir juga pastor rekan Paroki Pulo Gebang Rm Alphonsus Setya Gunawan, Pr.

Rekoleksi yang bertema “Imanku Bertumbuh sebagai Pelayan Liturgi“ dihadiri 229 pelayan liturgi paroki yaitu misdinar, lektor, pemazmur, prodiakon, organis, koordinator paduan suara, dirigen, dekorasi altar, paramenta, koordinator TGK (tatib) dan perwakilan seksi liturgi lingkungan. Seksi liturgi paroki, selaku panitia, diwakili oleh ketua seksi liturgi Emanuela Haryati, mengucapkan terimakasih kepada peserta yang antusias hadir.

peserta rekoleksi mendengarkan dengan antusias

Sebagai pembicara pertama, Romo Mike memberikan materi “Menghidupi Liturgi dengan Bijaksana” yaitu mengupas Kitab Hukum Kanonik/KHK tentang ekaristi.

Romo Mike mengatakan, menurut KHK, bahwa sakramen yang terluhur ialah Ekaristi Mahakudus, didalamnya Kristus Tuhan sendiri dihadirkan, dikurbankan, dan disantap, dan melaluinya Gereja selalu hidup dan berkembang.

Masih dalam KHK, Romo yang pernah bertugas di Timika ini, juga menerangkan tentang pelayan ekaristi kudus, yaitu seorang imam yang ditahbiskan secara sah dan tidak terhalang oleh Hukum Kanonik. Sebagai contoh, beliau mengingatkan kepada peserta agar kalau mengundang Imam dari luar paroki untuk misa lingkungan, disarankan sepengetahuan romo paroki. Hal ini dimaksudkan agar mengetahui status Romo yang diundang.

Hal lain di hukum kanon, Romo Mike juga menyampaikan aturan Pastor/Romo sebagai pelayan liturgi, mengatur tentang konselebrasi, identitas imam (celebret), ekaristi harian, ijin ordinaris 1x sehari atau maksimal 3x sehari dan sahnya misa. “Misa itu sah bila dihadiri minimal 1 orang,” katanya.

Romo yang hobi bertanam Aglonema ini, juga menyinggung aturan kanon tentang partisipasi umat dalam ekaristi. Berapa kali bisa menyambut komuni dalam sehari, peraturan pantang 1 jam sebelum komuni, viaticum bagi orang sakit dapat diberikan beberapa kali, dan sebagainya.

Aturan stips yang dipersembahkan untuk perayaan ekaristi, juga sudah diatur dalam hukum kanon. “Imam boleh menerima stip atas misa atau intensi tertentu namun stip harus dijauhkan dari dagang atau jual-beli,” tegasnya.

Cukup banyak pasal-pasal dalam KHK yang dipaparkan Romo Mike. Peserta yang hadir pun mengikuti dengan serius dan khidmat, karena sangat menarik, mengupas pengetahuan dasar tentang ekaristi. Penyampaian Romo yang santai tetapi seru, mengupas dengan contoh kehidupan menggereja yang begitu kaya.

Romo Mike memberikan rekoleksi

Pembicara kedua, Rm Antonius Haryanto, Pr menyampaikan tema “Spiritualitas Liturgi”.

Romo Hary, beliau biasa disapa, mengingatkan peran pelayan liturgi, yang keliatan maupun yang dibelakang layar, harus focus hati, yakni memuji dan memuliakan Tuhan.

Romo yang bertugas di Paroki Bunda Maria, Cirebon sejak 2021, juga menyampaikan bahwa menjadi pelayan liturgi biasanya berawal dari “ter-pesona/ter-paksa” dan akhirnya menjadi cinta. Artinya pelayan awalnya terpaksa masuk dalam lingkungan pergaulan menggereja, kemudian harapannya akan membangun sikap diri untuk hidup lebih baik.

Menurutnya lagi, penjadi pelayan juga suatu yang “previlage”, maksudnya mempunya posisi “duduk” tertentu karena peran tertentu. Kemudian pelayan akan mempunya wawasan dan pengetahuan lebih.

Menjadi pelayan, menurut Romo Hary, juga suatu “antusiasme”, yaitu mengalami perjumpaan dengan banyak orang, menambah jejaring, dan harapannya akan belajar keteladanan.

Rm Hary menekankan, sesuai Injil Mat 25: 14-19, bahwa setiap pribadi diberikan talenta oleh Tuhan dan sudah seharusnya dikembangkan sesuai ajaran Yesus. Pada dasarnya kehidupan manusia adalah hidup religius (mendapatkan beberapa sakramen) mulai dari lahir sampai dewasa.

Ketiga pembicara rekoleksi pelayan liturgi

Beliau juga mengingatkan bahwa arah sebagai pelayan adalah jalan kebenaran, bukan jalan kebijakan (untung rugi) atau jalan penyesuaian (pandangan mayoritas atau ikut-ikutan).

 

Romo yang dahulu pernah membidangi kepemudaan KWI (2012-2014) juga memberikan tips-tips bagaimana mengajak kaum muda untuk aktif di gereja.

Sedangkan Fr. Thomas Aryangga Abimanyu atau biasa disapa Frater Ar sebagai pembicara trakhir, memberikan tema “dinamika yang menggembirakan sebagai pelayan liturgi”.

Frater Projo Jakarta Tingkat TOP ini, mengingatkan peserta untuk belajar dari sosok Yesus sebagai pelayan (penyembuhan, mukjizat, pengajaran). “Makna pelayan Yesus adalah ungkapan cinta kasih kepada Allah,” lanjutnya.

 

Frater yang sekarang sebagai pendamping misdinar, omk dan bia- biar di Paroki Pulo Gebang ini, juga mengatakan dinamika pelayan liturgi gereja sebagai persekutuan. “Persekutuan adalah ad

1. Sesi Tanya Jawab, 2. Ketua Seksi Liturgi Emanuela Haryati memberi kenangan kepada pembicara, 3. Rm Gunawan memberi sambutan penutup

anya peran atau keterlibatan setiap orang, bukan siapa yang perannya lebih besar,” katanya menutup materinya.

Rekoleksi ini diadakan mulai pukul 10.30 dan ditutup dengan Misa bersama di Gereja St Gabriel pukul 17.00, dipersembahkan oleh Rm Alphonsus Setya Gunawan, Pr konselebran dengan Rm Antonius Haryanto, Pr.

(denykus)