Keuskupan Agung Jakarta ( KAJ ) akhirnya mengeluarkan sebuah surat keputusan yang ditujukan untuk seluruh umat Katolik di Jakarta. Surat keputusan KAJ dengan Nomor : 159/3.5.1.2/2020 yang ditanda tangani oleh Vikaris Jendral KAJ, yaitu RD Samuel Pangestu, secara resmi dikeluarkan pada hari Kamis, tanggal 19 Maret 2020. Surat ini sekaligus menjawab kebingungan dan keresahan umat dalam menjalankan kegiatan ibadah di gereja-gereja di Jakarta. Ini terkait dengan kondisi yang makin tidak pasti dan mengkawatirkan di Indonesia, khususnya di Jakarta akibat makin meluasnya penyebaran wabah virus corona ( dikenal dengan sebutan COVID 19 ).

Penegasan ini mendasarkan diri pada pencermatan dinamika wabah Covid 19 hari demi hari, arahan pemerintah dan atas bimbingan Roh Kudus serta sebagai wujud cinta tanah air serta tanggung jawab sosial. Hasilnya, diputuskan bahwa selama 15 hari, mulai tanggal 20 Maret sampai dengan tanggal 03 April 2020, semua kegiatan kegerejaan yang mengumpulkan banyak orang DITIADAKAN. Misa harian dan mingguan akan disiarkan secara online, atau live streaming melalui kanal Youtube.

Semua paroki yang bernaung dalam KAJ, langsung menyibukkan diri bersama Sie Komsos masing-masing, untuk mempersiapkan Misa online di paroki atau gerejanya. Lantas, mulailah banyak beredar link yang dishare melalui Whatsapp (WA) grup, sebagai salah satu cara yang ditempuh untuk megumpulkan 1.000 like atau subscribe agar proki mereka diperbolehkan untuk mengadakan siaran misa online sendiri, diantaranya seperti yang dilakukan oleh Paroki St Yakobus Kelapa Gading dan  Paroki Hati Kudus Kramat.

Hasilnya wow…seluruh umat Katolik di indonesia, sekarang ini bisa mengikuti misa mingguan, bahkan harian, dengan banyak pilihan paroki, tempat dan waktu misa.  Semua jadwal di share lengkap melalui grup-grup WA, bahkan termasuk jadwal misa paroki di luar Jakarta. Dinamika Rohani tercipta berkat kecanggihan teknologi. Umat hanya perlu meng “klik” link pilihannya dari jadwal misa setiap paroki manapun yang di share, lalu melalui chanel youtube , mereka bisa mengikuti live streaming misa dirumah masing-masing, tanpa harus pergi ke gereja.

Pada hari Sabtu dan Minggu, 21 dan 22 Maret, kami warga Lingkungan St. Monika Taman Modern pun berencana mengikuti live streaming perdana misa hari Minggu dengan penuh antusias, semangat dan rasa ingin tahu yang besar, …seperti apa bentuknya, apa yang akan kami rasakan dengan mengikuti misa lewat layar kaca dirumah dan tidak hadir di gereja?….. . Semua umat dipenuhi rasa penasaran, antusias dan kerinduaan iman untuk merayakan ekaristi bercampur baur didalam hati mereka. Ini baru pertamakalinya diadakan oleh gereja-gereja Katolik di Indonesia. Ini juga untuk pertama kalinya dilakukan oleh umat Katolik di Indonesia.

Jadwal misa sudah dishare melalui WA grup lingkungan beberapa hari sebelumnya, sehingga warga lingkungan bisa memilih sendiri jadwal misa mereka. Mereka memilih untuk mengikuti misa sesuai jadwal yang disediakan, yaitu satu kali pada hari Sabtu sore, pukul 16.00 dan dua kali pada hari Minggu pada pukul 09.00 dan 17.00. Mereka saling mengingatkan di grup saat mendekati waktu misa, baik pada hari Sabtu ataupun Minggu.

Sesuai dengan arahan “petunjuk praktis mengikuti  misa  via online Keuskupan Agung Jakarta” yang sudah beredar sebelumnya, maka penulis sekeluargapun mempersiapkan diri  untuk mengikuti misa. Lima belas menit dari jadwal misa, kami menyalakan lilin dan mengambil salib kecil lalu menaruhnya di meja depan televisi, menghidupkan televisi. Kami lalu mencari kanal Youtube, dan memilih tayangan misa live streaming Komsos KAJ, kemudian kami sekeluarga duduk manis bersama didepan layar TV ruang keluarga, membuat tanda salib untuk doa  pembukaan, lalu menunggu misa dimulai.

Pada pukul 17.00, Misa dimulai dengan ritus pembuka oleh lektris , dengan kalimat: ”Bapak, Ibu serta saudara/i yang terkasih dalam Kristus, selamat mengikuti perayaan Ekaristi di rumah anda masing-masing melalui siaran live streaming dari Gereja Santa Perawan Maria diangkat ke surga, Paroki Katedral Jakarta”.  

Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Rm Triyudo, SJ. Kami sekeluarga dengan kusuk dan pandangan berfokus pada layar televisi, mengikuti tata perayaan ekaristi yang disajikan dengan lengkap. Selain lagu pembukaan, lagu persembahan dan lagu penutup, hanya Bapa Kami yang dinyanyikan, yang lain dibacakan. Penerimaan Komuni dilakukan secara simbolis dalam bentuk Komuni batin dengan berdoa dalam hati secara pribadi (teks doa komuni batin ditampilkan di layar), memohon agar Yesus yang hadir dalam Sakramen Ekaristi, datang secara rohani kedalam hati masing-masing.

Dalam homilinya, Romo Triyudo, meminta umat untuk belajar dari Samuel dan orang buta yang didengar dari Bacaan Injil hari itu (Yoh 9 : 1-41), bagaimana mereka berusaha dalam kepanikan dan kesulitan serta tantangan yang dihadapi untuk tidak kalap, tetap menggunakan akal sehat dan imannya, mewujudkan  tanggung jawab pribadi dan sosial, dengan cara yang rendah hati yaitu mendengarkan dan mentaati Tuhan, tetap tegar dan tidak putus asa.

Selanjutnya Romo Tri berkata, bahwa kerjasama antara akal budi dan iman, keduanya tidak dapat dipisahkan dalam masa sulit, tanpa salah satu dari keduanya, manusia bisa jatuh pada fatalisme semu atau keangkuhan rohani, ataupun kekalapan atau paranoid berlebihan.  Sebagai penutup homilinya, sesuai dengan tema hari Minggu Prapaskah ke IV ( merupakan Minggu lestari / harapan ) yaitu : turut serta dalam karya keselamatan Allah, Romo Triyudo mengajak semua untuk memulai harapan saat itu juga untuk bersikap konkrit dalam masa sulit penuh kepanikan seperti sekarang ini, dengan sikap mau mendengarkan dan mau menaati apa yang menjadi aturan umum dari pemerintah dan gereja, serta membagikan suka cita dalam cara komunikasi yang kreatif dan produktif ditengah situasi yang membatasi.

Pentingnya tanggung jawab pribadi untuk menjaga kesehatan dan menumbuhkan imunitas diri perlu diusahakan , dibarengi dengan tanggung jawab sosial untuk menjaga orang yang dicintai, keluarga, kerabat ataupun orang lain. Mendengarkan dan menaati adalah bentuk kerendahan hati sebagai anak-anak terang, yang membawa terang harapan, dibarengi dengan doa untuk intensi bersama karena akan memperteguh harapan bagi orang yang sedang mengalami kesulitan, ataupun bagi paramedis yang merupakan ujung tombak terdepan, yang sedang berusaha sekuat tenaga mengatasi kesulitan. Berkat penutup dilakukan dengan mengangkat Sakramen Mahakudus dan mengarahkannya kearah umat permirsa dirumah yang sedang mengikuti misa. Lagu penutup dari PS 695 : Aku Dengar Bisikan SuaraMu pun mengakhiri misa live streaming yang berdurasi sekitar 55.51 menit tersebut.

Kami sekeluarga pun membuat Tanda Salib untuk doa penutup, mematikan lilin dan menaruh kembali salib yang dipakai selama misa ke tempatnya. Dengan penuh rasa syukur, kami merasakan Tuhan sungguh hadir dalam rumah kami selama misa, dan jadi mengerti apa arti dan maksud ungkapan yang pernah kami dengar bahwa “keluarga adalah sebuah gereja kecil”.

Hari ini kami merasakan, bahwa Tuhan hadir didalam gereja kecil kami, didalam keluarga kami, didalam rumah kami masing-masing, melalui mediasi misa perayaan ekaristi live streaming yang kami ikuti. Kami yakin, apa yang kami dan keluarga rasakan juga dirasakan oleh seluruh umat Katolik Indonesia yang mengikuti  misa live streaming dirumahnya.

Ini akan menjadi pengalaman yang semakin menguatkan iman kami dan membuat kami yakin bahwa Tuhan memang hadir dalam setiap perayaan ekaristi, dimanapun perayaan itu diadakan. Terima kasih Tuhan, atas kehadiranMu dalam gereja kecil kami, terima kasih atas kunjunganMu ke rumah kami. Tuhan memang Allah yang hidup, Tuhan ada dimana-mana, bahkan ada dirumah kita masing-masing. Tuhan hadir di rumah kami dalam ekaristi hari Minggu. Terpujilah nama Tuhan sebab Dia baik . Tuhan Memberkati, Amin. (Penulis & Foto: Lily Imut / Editor: Ferdinand Lamak)