Urip iku kudu urup, urip iku kudu nguripi wong liyo” Ucapan dari Romo Susilo yang beliau ucapkan saat homili pada misa malam Paskah ke-2 Sabtu (20/04/19) yang lalu membekas sangat di hati dan pikiran saya. Sejalan dengan segala lambang yang berhubungan dengan kebangkitan Yesus, saya merasa hal ini sangat menginspirasi saya. Ucapan yang berasal dari bahasa Jawa tersebut mempunyai arti : Hidup itu harus menjadi terang/bermanfaat, hidup itu harus bisa memberi hidup/terang untuk orang lain. Melihat segala rangkaian peristiwa dari Mingu Palma sampai dengan Sabtu Suci saya melihat semua yang dilakukan dan diajarkan Yesus Kristus, Tuhan kita, sangat mencerminkan ungkapan tersebut.

Hidup Yesus menjadi terang bagi kita. Semua yang dilakukan Yesus semasa hidupNya memberikan banyak pengajaran dan pandangan baru yang menginspirasi kehidupan bangsa Yahudi pada saat itu, dan pada kenyataannya masih tetap relevan setelah kurun waktu 2000 tahun berlalu. Hal ini menginspirasi saya juga. Bagaimana membuat hidup saya menjadi terang dan terang itu juga bisa menghidupi orang lain lewat pekerjaan dan pelayanan saya di dalam kehidupan saya sehari-hari sebagai seorang guru.

Dalam perjalanan saya sebagai seorang guru, di awal-awal karir saya dimulai, mengajar buat saya adalah suatu pekerjaan di mana saya dapat menghasilkan materi untuk kehidupan saya sehari-hari. Semakin dikejar materi tersebut, memang hidup saya menjadi terang karena berhasil ‘memintarkan’ anak-anak didik saya, namun saya merasa ada sesuatu yang hilang. Di satu titik, Tuhan memberikan satu kesempatan kepada saya, membuka tidak hanya akal budi saya, namun juga mata hati saya, membawa suatu dimensi baru di dalam menjalani pengajaran dan pendidikan saya. Sejak saat itu pandangan saya berubah 180° dan hasilnya juga lebih dari yang saya bayangkan. Saat saya menambahkan unsur kasih yang tanpa batas, Tuhan mengembalikan berkali-kali lipat tidak terbatas hanya dalam bentuk materi, namun juga kepuasan batin, prestasi anak-anak didik saya, dan juga kasih berlipat ganda yang kembali kepada saya. Mencintai dulu daru dicintai, memahami dulu baru dipahami, mengampuni dulu baru diampuni, contoh Yesus sudah sangat jelas di dalam rangkaian peristiwa Paskah. Yesus memberi contoh bahwa dengan melayani dan mencintai lebih dulu, kita akan menjadi bangkit seperti Dia dan menjadi manusia baru. Yesus hidup bukan saja menjadi terang, namun hidup Yesus juga menerangi hidup orang lain. (dee_5217)