Oktober 2020 merupakan bulan yang istimewa bagi komunitas kategorial legio maria Gereja Santo Gabriel Paroki Pulogebang, karena pada bulan ini adalah ulang tahunnya yang ke tujuh.

Pelayanan Misa dan Pengakuan Dosa Bagi Lansia di Wilayah IV

Sebelum berkembang sampai sekarang ini, legio ternyata mengalami pasang surut. Seperti yang diceritakan Erni Susanti yang sekarang menjadi ketua presidium Ratu Pecinta Damai (RPD). Dia bercerita pada tahun 2013 dimotori oleh suster sang timur mulai mengaktifkan kembali kegiatan legio di paroki. Saat itu hanya ada 8 orang yang bergabung dalam RPD termasuk dirinya. Pertemuan diadakan seminggu sekali tetapi belum didampingi oleh romo pembimbing. Tahun 2014, kegiatan legio pindah ke gedung serbaguna paroki dan menjadi sie kategorial. Marcus Orong terpilih sebagai ketua. Saat itu mulai ada pendamping yaitu Romo Rafael Y. Kristianto, Pr.

Presidium RPD, presidium pertama yang sudah 4x memekarkan presidium baru

Dalam perjalanannya, anggota RPD semakin banyak, baik sebagai legioner (anggota aktif) maupun auksiliar (anggota tidak aktif) sehingga terbentuk presidium baru yaitu RPSI (Ratu Para Saksi Iman) pada 2015. Saat ini, Yulianti sebagai ketuanya.

Perkembangan legio juga diceritakan Susana Herry yang bergabung 2016 sebagai legioner RPD. Seiring perkembangan jumlah anggota, maka pada Agustus 2017 terbentuk presidium baru dengan nama Maria Immaculata (MI) dan saat ini Susana sebagai ketuanya. Karena anggota MI sudah lebih dari 20 orang, maka dimekarkarkan dan dibentuk presidium baru dengan nama Matter Dei (MD) dengan ketuanya Verona Suharni. Demikian pula RPD pada waktu bersamaan terjadi pemekaran yang kedua dengan terbentuknya presidium BPA (Bunda Penolong Abadi) dengan ketuanya Lidia Tanusaputra. Saat ini RPD sedang mempersiapkan pemekaran ketiga kalinya karena miliki anggota aktif bertambah mecapai 23 orang pada awal tahun 2020 namun tertunda karena tidak bisa rapat offline selama PSBB Covid19.

Presidium BPA

Jadi, saat ini sudah ada 5 presidium yang dimiliki legio yaitu RPD (Ratu Pecinta Damai), RPSI (Ratu Para Saksi Iman), MI (Maria Immaculata), MD (Matter Dei) dan BPA (Bunda Penolong Abadi). Sekarang anggota aktif komunitas sekitar 70 orang, belum termasuk auksiliar.

Menurut Ketua Komunitas Kategorial Legio Maria Paroki Pulogebang Marcus Orong, tiap presidium yang terbentuk mengatur kegiatannya sendiri. “Setiap presidium memilih namanya sendiri, mengatur rapat mingguan dan kegiatan tugas sendiri. Semua Presidium melaporkan hasil rapat atau tugas ke Kuria Maria Assumpta di Pulomas. Kuria meneruskan laporan tersebut ke Dewan Senatus Bejana Rohani di Jakarta (untuk Indonesia bagian Barat). Senatus akan meneruskannya ke Dewan tertinggi yaitu Konsilium yang berkedudukan di Dublin. Legio Maria merupakan komunitas Dunia,” katanya.

Presidium MI

“Sedangkan tugas melayani di paroki dikoordinir oleh kategorial legio sesuai program paroki dan dilaporkan hanya ke paroki, ”tambahnya lagi.

 

Kesan Mendalam

Melalui komunitas legio, anggota merasakan kesan yang mendalam terhadap Bunda Maria seperti yang dialami Susana Herry. “Saya semakin mencintai Bunda Maria, mengenal banyak orang dengan berbagai karakter dan iman yang berbeda-beda, sehingga saya bisa belajar banyak dari hal ini,” katanya.

Hal sedana diungkapkan Lidia Tanusaputra. “Saya merasa bangga bisa menjadi legioner dan belajar melayani. Banyak pengalaman, belajar untuk tetap setia, mendapatkan teman-teman legioner yang baik,” katanya. Sedangkan bagi Suharni, melalui legio, hidup rohani semakin berkembang dalam doa dan kunjungan orang sakit.

Pelayanan doa bagi Lansia dan umat yang sakit “Total Care” di rumahnya

Bagi Yulianti, legio punya kesan dan tantangan tersendiri. “Selain rapat, berdoa, mengunjungi orang sakit dan membantu tugas paroki, saya pernah kunjungan ke seorang lansia, tetapi ditolak. Walaupun begitu saya tidak menyerah dan putus asa justru lebih semangat untuk mewartakan karya kerasulan,” ungkapnya.

 

Menyongsong Harapan

Legio punya harapan untuk terus berkembang. Seperti harapan Erni Susanti terhadap legio St Gabriel. “Dengan memiliki 5 presidium, saya berharap legio St Gabriel bisa membentuk kuria sendiri,” ungkapnya. Sedangkan Suharni mempunya harapan agar legioner semakin berperan aktif dalam mengambil bagian untuk perkembangan paroki.

Rosario dan Novena Tiga Salam Maria

Bagi Susana Herry dan Lidia Tanusaputra, legioner bisa meneladan Bunda Maria yang rendah hati dan tulus serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Yulianti berharap para junior seperti orang muda katolik bisa tergerak hatinya bersama-sama melayani sesama dan gereja lewat legio maria.

 

 

Legioner hadir dalam doa rosario lingkungan maupun wilayah

Pembimbing Rohani (PR) dan Asisten Pembimbing Rohani (APR) legio maria paroki pulogebang adalah Romo Alphonsus Setya Gunawan, Pr dan Suster Tarsisia. Menurut Romo Gunawan, tujuan legio maria dibentuk adalah untuk berdevosi menuju kepada kesempurnaan kasih dan kesucian hidup sebagai pengikut Kristus. “Seorang legioner harus ambil bagian dalam karya misi Kristus di dalam tugas menguduskan diri dan melayani sesama,” kata Romo Gunawan.

Beberapa harapan Romo Gunawan untuk legio, pertama, semakin banyak umat tertarik untuk ikut berdevosi bersama legio. Kedua, anggota legio bisa mendalami nilai-nilai rohani sehingga meneladan Bunda Maria yang setia kepada Allah. Bunda Maria sebagai model, teladan dan dasar kebaktiannya. Ketiga, berharap nilai-nilai itu benar-benar dihayati dan diwujudkan dalam hidup sehingga anggota legio punya ciri khas tersendiri bahwa dia seorang legio.

 

Deny Kus Indarto