KOTA HARAPAN INDAH: Bekasi – Salah satu pelayanan rutin yang dilakukan oleh kelompok kategorial Legio Maria St. Gabriel Pulo Gebang yang sudah dijadwalkan dalam rencana kerja tahunan adalah melakukan kunjungan ke sejumlah rumah sakit pada Selasa setiap minggunya. Dan, hari itu Selasa, 2 September 2019. Ditengah terik matahari jam 12 siang, saya pun ikut serta bersama kelompok kecil Legio Maria, kami berempat, saya, Bu Leoni, Pak Yance dan Bu Ria. Kami berangkat menuju ke rumah sakit Citra Harapan yang berada di kawasan Kota Harapan Indah, Bekasi.
Rumah sakit Citra Harapan adalah salah satu rumah sakit yang sudah beberapa bulan belakangan ini mengikat perjanjian tertulis dengan kelompok Legio Maria St. Gabriel sebagai bentuk kerjasama dalam program kunjungan rohani untuk para pasien mereka sesuai dengan agama yang dianut para pasien yang sedang menjalani rawat inap di rumah sakit tersebut.
Tuhan memang punya cara sendiri memenuhi kebutuhan anak-anakNya, sebelumnya, saat pertama kali kelompok Legio mendatangi kepala rumah sakit untuk meminta ijin melakukan pelayanan doa untuk para pasien yang sedang rawat inap di rumah sakit ini. Kepala rumah sakit malah merasa ini adalah jawaban doa mereka karena mereka memang sedang mencari kelompok pelayanan doa bagi para pasien rawat inap yang beragama Kristen untuk melengkapi program kunjungan rohani yang memang mereka sediakan sebagai salah satu bentuk pelayanan terhadap para pasien yang dirawat ditempat tersebut. Tentang hal ini, Bu Leoni yang mengisahkannya kepada saya.
Hari itu, saat tiba di rumah sakit sekira pukul 12.30, kami langsung menuju konter pendaftaran untuk mengisi daftar kunjungan. Setelah itu kami langsung menuju ke ruang rawat inap yang terletak di lantai 3 dan menanyakan ke meja perawat yang ada di lantai tersebut tentang jumlah pasien yang akan kami doakan. Perawat di rumah sakit ini sudah tahu maksud kedatangan kami karena mereka sudah mengenal Legio Maria Pulo Gebang yang rutin setiap Selasa datang ke sana. Dari perawat yang bertugas kami diberitahukan berapa orang pasien yang akan kami doakan. Ternyata pasiennya hanya satu orang saja. Seorang anak berumur kurang lebih 3 tahun.
Memang, jumlah pasien setiap kunjungan kami tidak menentu, bisa 7 orang, bisa tidak ada dan bisa cuma satu seperti hari itu. Setelah diberitahu nomor kamar, kami berempat pun menuju ke kamar rawat inap yang dimaksud. Setelah mengetuk pintu, dan mengucapkan syalom, kami pun masuk dan disambut oleh seorang ibu muda yang sedang mendampingi pasien kecil cantik yang terbaring, sedang diinfus. Sejenak kami beramah tamah dan memperkenalkan diri sebagai kelompok Legio Maria dari Gereja Katolik St. Gabriel Pulo Gebang yang rutin mengadakan pelayanan doa di rumah sakit Citra Harapan setiap Selasa.
Ibu muda tersebut ternyata beragama Kristen, dan putri tunggalnya dirawat karena diare terus menerus selama 3 hari dan kemungkinan keesokan harinya pulang karena sudah membaik walaupun masih di infus. Ibu tersebut tidak keberatan untuk kami doakan secara Katolik. Kami pun berdoa bersama.
Karena hanya ada satu pasien, pelayanan hari itu cepat selesai, tepat pada pukul 13.05. Kami merasa masih punya banyak waktu dan memutuskan untuk mengunjungi seorang anak yang sedang sakit karena hari minggu tiga hari yang lalu tangannya patah dan tinggal di Panti Asuhan Anak Vita Duceldo yang lokasinya tidak jauh dari rumah sakit itu, di Harapan Indah juga. Kedatangan kami disambut dengan ramah oleh Suster Hillaria KYM, yang merupakan suster pengurus kepala panti tersebut.
Karena kedatangan yang mendadak, kami tidak membawa apapun yang dapat kami berikan kepada anak-anak kecil penghuni panti tersebut selain kasih, perhatian dan kepeduliaan kami yang tulus, yang di sambut dengan sukacita oleh Suster Hillaria dan beberapa anak yang sedang ada dirumah itu.
Penghuni panti itu adalah 20 orang anak berumur antara 5 sampai 15 tahun. Semuanya anak perempuan dan mayoritas berasal dari Papua yang dikirim ke Jakarta untuk tinggal di panti ini. Ada 3 orang suster pengurus dan 1 karyawan pembantu. Saat kami sedang berbincang-bincang, keluarlah seorang anak kecil berparas manis dari kamar. Egi namanya. Tangan kanannya harus di-gips karena patah.
Setelah bercengkerama sebentar, kunjungan singkat kami ini pun berakhir. Kami akhiri dengan doa bersama yang dipimpin oleh Suster Hillaria didepan Gua Maria yang berada di ruangan tersebut. Vita Dulcedo berasal dari Bahasa Latin yang berarti Hidup yang Bersinar. Kami berdoa, semoga dengan doa, perhatian, kasih dan kepedulian yang kami bawa hari itu, dapat menyinari anak-anak dan suster yang tinggal di panti ini khususnya dan orang-orang yang kami kunjungi di rumah sakit tadi, seperti sebuah lilin kecil.
Kunjugan kasih kami pada hari itu kami akhiri dan lambaian tangan Suster Hillaria dan 7 bidadari kecil yang mengantar kepergian kami pung menghilang dari kejauhan. Kami kembali ke rumah kami masing-masing dengan penuh sukacita. (Penulis: Limut/Editor: Ferdinand Lamak)