GUNUNG GEULIS – BOGOR: Misdinar atau putera puteri altar adalah anak-anak yang mengabdikan dirinya untuk melayani seluruh umat di setiap paroki, pun termasuk di Paroki Pulo Gebang. Peran mereka nyata dalam setiap hal yang berkaitan dengan perayaan ekaristi di gereja. Dalam upaya untuk semakin meningkatkan kwalitas pelayanan mereka dalam paroki ini, Pengurus Putra Putri Altar (PPA) Gereja Santo Gabriel pun menggelar Servant Leadership 2.0 atau Kepemimpinan Yang Melayani versi 2.0. Kegiatan diadakan di Rizen Kedaton Resort, Gunung Geulis, Bogor, Jawa Barat, Selasa 19 Juni hingga Jumat 22 Juni 2018.

Kepemimpinan yang Melayani 2.0 sekaligus merupakan tema yang dipilih oleh Pengurus Putra Putri Altar (PPA) Gereja Santo Gabriel. Kegiatan ini sekaligus merupakan kelanjutan dari kegiatan tahun sebelumnya untuk mengetahui, menemukan dan membentuk kader-kader diantara para putra putri altar sendiri.

Kelompok 1

Tepat pukul 06.00 Selasa, 19 Juni 2018, para PPA dan calon PPA Santo Gabriel sudah mulai berkumpul di areal Gereja Santo Gabriel untuk mengikuti acara Rekoleksi dan LDK dengan tema tersebut diatas. Peserta yang hadir terlihat sangat antusias untuk mengikuti kegiatan ini. Sebagian besar, peserta telah menyiapkan dan membawa perlengkapan pribadi yang sudah ditentukan oleh panitia. Ini terlihat dari perbekalan tas yang dibawa oleh para peserta untuk acara selama 4 hari 3 malam. Para peserta mulai melakukan pendaftaran ulang di lobi gereja dan panitia membagikan tanda pengenal sebagai identitas kepesertaan berupa nama peserta dan atribut kegiatan.

Panitia mengatur peserta dengan membagi ke dalam kelompok-kelompok per kendaraan. Kendaraan yang digunakan adalah tronton dinas ketentaraan yang memang biasa digunakan oleh PPA. Sebelum keberangkatan dilaksanakan, rombongan memohon berkat melalui doa yang dipimpin Romo Alphonsus Gunawan Pr. Acara dilanjutkan dengan foto bersama per tronton.

Tronton pun mulai diberangkatkan secara beriringan tepat pukul 08.00 sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Perjalanan diawal berjalan lancar, namun berdasarkan informasi yang panitia dapatkan bahwa masih terjadi arus balik ke Jakarta, sehingga tidak memungkinkan perjalanan dilanjutkan sampai ke Tol Ciawi. Oleh karena itu, supir yang membawa tronton pertama diikuti oleh keempat tronton lainnya dan satu kendaraan pribadi pendamping keluar melalui pintu Tol Sentul Selatan dan dilanjutkan melalui jalur arteri.

Kelompok 3

Ternyata jalur yang dilewati sangat berlika-liku diantara perbukitan dengan jalan yang kurang baik. Para peserta yang berada di dalam tronton pun ikut terguncang seturut jalan yang dilalui oleh tronton. Dengan melewati jalur yang seperti itu, para peserta tiba di Rizen Kedaton Resort pada pukul 10.40 dari jadwal yang diperkirakan akan tiba pukul 09.30. Hal ini yang mengakibatkan mundurnya beberapa acara.

Tiba dilokasi, para peserta diarahkan untuk mengumpulkan tas dan perlengkapan pribadi di Aula karena jadwal check-in belum dimulai. Acara dilanjutkan dengan seluruh peserta menuju ke lapangan untuk melakukan apel pembuka. Apel pembuka dilakukan untuk menandai bahwa rekoleksi dan LDK ini siap dimulai.

Cuaca memang sedang tidak bersahabat bagi beberapa peserta. Panas terik membuat beberapa peserta terasa pusing sehingga tidak dapat melanjutkan apel. Entah karena kurangnya makan atau minum, atau karena kondisi tubuh yang lemah. Tepat pukul 11.30 seluruh peserta kembali ke aula untuk persiapan makan siang.

Masih ditempat yang sama, seksi acara memberikan arahan kepada seluruh peserta untuk pembagian regu. Anggota regu ini berbeda dengan kelompok tronton sebelumnya. Seluruh peserta terlihat sangat cemas dan deg deg-an karena tidak tahu siapa teman seregunya. Regu dipilih secara acak oleh panitia, namun tetap memperhatikan keseimbangan umurnya karena anggota dan calon PPA ini terdiri dari usia mulai SD kelas 6 sampai SMA. Setelah pembagian, para peserta berkumpul dalam regunya. Ada yang terlihat senang, ada pula yang terlihat kurang senang.

Kelompok 4

Setelah berkumpul dalam regunya, anggota regu berdiskusi untuk memilih nama regu dari nama-nama para pemimpin yang menurut regunya dapat memberikan perubahan. Ada yang memilih dari nama pemimpin Indonesia seperti Ki Hajar Dewantara, Soekarno, Joko Widodo dan Basuki Tjahja Purnama, tetapi ada pula yang memilih dari nama pemimpin bukan dari Indonesia seperti Abraham Lincoln, Napoleon dan Martin Luther King. Selain itu regu juga diminta untuk menyebutkan tiga kelebihan dari pemimpin yang telah dipilih tersebut dan membuat yel yel regu.

Acara selanjutnya adalah misa pembukaan yang dipimpin oleh Romo Gun. Doa dan homili yang disampaikan oleh Romo Gun dari Bacaan Pertama dan Injil dikaitkan dengan kegiatan PPA yang sedang berlangsung. Selesai misa, Romo Gun membawakan sesi yang berisi tentang pelayanan PPA, bagaimana melayani dengan tulus hati, dan setia kepada iman katolik. Peserta pun diajak berinteraksi dalam sesi tersebut. Secara lengkap untuk homili dan sesi yang disampaikan oleh Romo Gun, akan dibuatkan dalam tulisan terpisah. Kegiatan sesi oleh Romo Gun berakhir menjelang pukul 4 sore dan seluruh peserta meneruskan dengan makan snack bersama. Sambil kemudian panitia membagikan kamar untuk peserta, lalu para peserta diminta untuk mandi sore. Sementara itu, Romo Gun harus kembali ke Jakarta dengan diantar oleh salah seorang orang tua pendamping.

Kegiatan rekoleksi dan LDK PPA kali ini difasilitasi oleh Kelompok Maple yaitu suatu organisasi kemahasiswaan dari UNIKA Atma Jaya. Kelompok Maple yang hadir berjumlah 10 orang. Hari pertama ini, fasilitator dari kelompok Maple memberikan materi yang berjudul Hopes and Worries.

Malam pun berlanjut dan seluruh peserta menikmati santapan makan malam yang telah disediakan. Sesi pun masih dilanjutkan dengan berbagi pengalaman menjadi PPA dan calon PPA. Kegiatan di hari pertama ini diakhiri dengan renungan malam yang dipimpin oleh salah satu orang tua pendamping yaitu Ibu Dolly. Lalu peserta menuju ke kamar masing-masing untuk beristirahat supaya besok pagi memulai kegiatan hari kedua tepat pukul 06.00 untuk berolah raga bersama. (Penulis: ClaraHP & Njoz / Editor: Ferdinand Lamak)